"Saya ya gak tau Mbah. Tadi saya tinggal shalat subuh ke mushola sama Mbah Kaji Jono kan. Cuma, kata Yu Lah waktu pulang dari mushola, malingnya bawa roda tiga (Tosa) ada 2 orang dari arah barat," jelas Pak Warto.
"Dulu waktu bunga kamboja mahal, punya Mbah Kaji kan pernah dicuri malam-malam juga kan dari arah barat?" ucap Afif, ketua pemuda desa.
"Woo ya bener, Mas Afif. Dulu juga pernah kejadian ya waktu harga bunga kamboja mahal, punya Mbah Kaji dimaling," sahut Pak Kamituo.
"Kalau begitu, gapura masuk baik barat dan timur harus lebih diketatkan ini, Pak Wo. Pak RT 1 dan RT 5 harus lebih ketat," ucap Pak Nanang.
"Apa perlu dilaporkan ke polisi saja ya, Pak Wo?" usul Pak RakiÂ
"Gak usah, Pak.... Gak usah. Malah ruwet nanti. Kita berdayakan warga desa saja. Tiap malam giliran ronda muter lagi seperti biasanya, lebih diketatkan. Yang mau jemur gabah, jangan ditaruh jauh dari pintu rumah tumpukannya," sahut Kaji Jono.
"Setuju, Mbah Kaji, setuju," sepakat hadirin semuanya.
"Kita harus lebih waspada. Musim ketigo (kemarau) banyak sawah gagal panen. harga beras naik. Banyak orang kesusahan. Sudah biar punya saya jadi pelajaran. Gak usah lapor polisi. Kasihan," kata Pak Warto.
"Musim kemarau seperti ini biasanya disebut el nino. Memang efek el nino itu besar, apalagi bagi warga desa, terutama petani dan buruh serabutan. Hasil sawahnya gak dapat, banyak yang nelongso. Kita sama-sama waspada dan saling membantu saja. Kalau ada yang butuh bantuan, jangan sungkan bilang ke saya. Jangan bergeming (diam) saja ya ,"pesan Pak Kamituo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H