Menjelang berakhirnya Bulan Juli, wilayah Kabupaten Indramayu kususnya bagian selatan yaitu Kecamatan Gantar sebagian besar sudah memasuki masa bera. Berbeda dengan wilayah Kabupaten Indramayu lainnya yang masih masuk masa penanaman hingga bersiap memasuki masa panen.
Sama hal-nya dengan beberapa tempat di wilayah Sragen, sebagian sudah nampak memasuki masa bera. Hal ini terlihat saat kunjungan kerja beberapa waktu yang lalu ke Sragen, nampak anak-anak kecil dengan puasnya bermain sepak bola di sawah hingga larut petang.
Pemandangan yang sering terlihat di pedesaan saat masa bera sawah sudah tiba. Umumnya petani akan mendiamkan sawahnya satu hingga dua bulan sebelum memasuki masa tanam berikutnya atau mendiamkan sawahnya hingga sumber pengairan sudah ada.
Momen ini tidak dilewatkan begitu saja oleh anak-anak untuk bermain sepak bola. Mengandalkan pintu gawang yang terbuat dari tumpukan sandal atau bebatuan, mereka begitu piawai memainkan bola plastik di kakinya.
Biasanya anak-anak memulai aktivitas main bolanya setelah adzan asyar tiba yaitu sekitar pukul tiga sore hingga terdengar adzan maghrib tiba yaitu pukul 6 sore.
Jika lupa waktu, mereka baru pulang setelah mamak mereka datang sambil mengayunkan sandal di tangan kanannya, untuk meminta anak-anaknya segera bergegas pulang.
Di desa, anak-anak tidak perlu berebut tempat dengan pemuda-pemuda desa untuk sekadar bermain bola. Cukup mencari sawah bera yang belum ada aktivitas usaha tani apapun di areanya.
Jika hujan tiba, makin rianglah anak-anak, area sawah menjadi basah berlumpur. Sambil bertelanjang dada, menanggalkan kaosnya, mereka semakin semangat memainkan bolanya.
Di kota, gambaran aktivitas anak-anak semacam ini, tidak mudah ditemukan. Jangankan mencari tempat lapang untuk bermain bola, sekadar ruang untuk memparkirkan mobil saja harus mengambil badan jalan.
Belajar dari desa, bagaimana kota seharusnya memainkan perannya untuk menyediakan ruang bagi anak-anak mengeksploitasi kemampuan dan potensi dalam dirinya, seperti bermain bola.