Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Independen

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Utilisasi Drone Tingkatkan Efisiensi Usaha Tani Padi

29 Juli 2023   06:00 Diperbarui: 30 Juli 2023   09:07 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dihimpun dari berbagai sumber, tingkat penguasaan teknologi dan penggunaan mekanisasi pertanian Indonesia di tahun 2018 berada di level 1,68 hp per hektare kalah jauh dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya yaitu Thailand yang berada di level 2,5 hp per hektare.

Namun, tren positif didapatkan Indonesia yang melonjak hingga 236 persen di tahun 2021 menempatkan Indonesia berada di level 2,1 hp per hektare, dan ditargetkan hingga 2024 level mekanisasi pertanian Indonesia mencapai 3,5 hp per hektare.

Salah satu upaya untuk menaikkan level mekanisasi Indonesia adalah dengan intensifikasi penggunaan mesin-mesin pertanian seperti mesin penanaman (transplanter), mesin penyemprotan pupuk dan pestisida (drone), dan mesin pemanenan (combine harvester).

Khusus untuk penggunaan drone dalam pengaplikasian pupuk dan pestisida, dewasa ini di Indonesia sudah masif dilakukan. Salah satunya melalui program taksi alsintan yang dipelopori oleh Kementerian Pertanian.

Tidak hanya itu, perusahaan-perusahaan swasta, BUMN/BUMD Pangan, dan perusahaan rintisan (startup) juga sudah begitu gencar mensosialisasikan sekaligus mendemokan penggunaan drone dalam kegiatan pertanian contohnya budidaya padi.

Kelebihan Drone untuk Usaha Tani Padi

Terdapat beberapa jenis drone yang support untuk membantu kegiatan usaha tani. Baik untuk pemetaan lahan, mendeteksi kesuburan tanah, hingga pengaplikasian pemupukan dan penyemprotan pestisida.

Banyak jenis drone yang digunakan untuk pengaplikasian pemupukan dan penyemprotan pestisida. Rata-rata drone memiliki berat 50 kilogram panjang 1 meter bertenaga baterai listrik. 

Memiliki kapasitas tangki hingga 15 liter, mampu menyelesaikan pengaplikasian pupuk cair dan penyemprotan pestisida 12 hektare per jam. Namun, rata-rata untuk kapasitas terbang mampu 1,5 hektare dalam 15 menit setara dengan sehari 20 hektare.

Penggunaan drone tidak merusak tanaman padi, karena tinggi drone dapat diatur dan disesuaikan dengan kecepatan angin yang ada. Utilisasi drone dalam usaha tani padi, mampu meningkatkan efisiensi biaya tenaga kerja dan menghemat waktu, karena selama ini 60 persen komposisi biaya usaha tani padi Indonesia adalah dari tenaga kerja.

Indonesia sebagai negara agraris, potensi untuk pengembangan utilisasi drone cukup tinggi. Drone sebagai solusi petani mampu menekan biaya hingga 20 persen dari komponen biaya tenaga kerja dan biaya pemupukan karena penggunaan pupuk cair lebih efektif dibandingkan pupuk padat. 

Selain itu pupuk cair juga mampu meningkatkan produksi hingga 20 sampai 25 persen, karena pupuk cair lebih mudah diserap oleh akar tanaman.

Kendala terbesar untuk pengembangan utilisasi drone adalah pada kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai operator drone. Namun saat ini sudah banyak pihak yang membuka kelas pelatihan menerbangkan drone, seperti dari Kementerian Perhubungan.

Akses Drone Pertanian Melalui Kemitraan

Harga drone yang cukup mahal yaitu rata-rata di atas 100 juta rupiah per unit, membuat petani kadang kala enggan untuk mengaksesnya. Jika melalui taksi alsintan atau sewa di tempat mekanisasi pertanian, sekali sewa bisa mencapai 200 sampai 300 ribu, sekali aplikasi per hektare. 

Selain itu, pola kemitraan pertanian dengan menjadi petani binaan memiliki keuntungan bagi petani, karena dapat mengakses drone secara murah. Contohnya kemitraan dengan perusahaan pupuk atau pestisida. Petani mendapatkan pendampingan teknis agronomi sekaligus pendampingan teknologi.

Perbandingan penggunaan drone dan konvensional, dapat dihitung jika rata-rata aplikasi pupuk dan pestisida di usaha tani padi per musim 6 kali tergantung kondisi tanaman (serangan hama dan penyakit), maka hitungan kasarnya per musim tertinggi adalah 1,8 juta rupiah untuk penggunaan drone.

Sedangkan untuk pengaplikasian pupuk dan pestisida secara konvensional per hektare dalam sehari membutuhkan 2 tenaga kerja selama 2 hari, per tenaga kerja upahnya 150 ribu (patokan Indramayu) per hari maka untuk 6 kali aplikasi membutuhkan biaya 3,6 juta, atau 2 kali menggunakan drone.

Cukup efektif sekaligus solutif untuk petani menekan biaya produksi dan meningkatkan hasil pertaniannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun