Beberapa hari yang lalu, saya menemukan reels di Instagram mengenai penelitian Eksperimen Marshmallow yang dilakukan oleh Prof Walter Mischel bersama timnya di tahun 1960-an.
Eskperimen tersebut menggunakan sampel 600 anak kecil yang berumur 4 sampai 6 tahun. Satu per satu anak dimasukkan ke dalam suatu ruangan yang steril dari gangguan apapun hanya ada kursi dan marshmallow di atas meja.
Peraturannya sederhana, anak-anak diberi waktu 15 menit untuk menahan diri tidak memakan marshmallow di depannya setelah para peneliti keluar dari ruangan.
Anak-anak yang berhasil menahan diri untuk tidak makan marshmallow selama 15 menit akan diberi hadiah 1 marshmallow lagi, sedangkan anka-anak yang tidak bisa menahan diri, tidak mendapatkan marshmallow lagi.
Hasilnya, ada anak-anak yang langsung memakan marshmallow  setelah peneliti keluar ruangan tidak memperdulikan perintah menahan diri selama 15 menit, ada juga yang awalnya diam namun di menit menit akhir tergoda juga, dan ada pula yang berhasil menahan diri selama 15 menit.
Prof Walter dan timnya dalam eksperimen marshmallow ini menggunakan metode longitudinal, yaitu dengan melakukan pengamatan selama 25 tahun  untuk mendapatkan kesimpulan yang utuh atas eksperimennya,
Hasilnya, anak-anak yang berhasil menahan diri saat eksperimen berlangsung, memiliki kehidupan social dan akademik yang lebih baik dan sukses. Selain itu tingkat risiko menghadapi stress dan krisis lebih kuat. Hasil ini konsisten hingga di tahun ke 40 pengamatan.
Saya mengidentifikasikan bahwa konsep delayed gratification berperan nyata dalam meningkatkan potensi anak terutama bagi anak-anak yang sabar dan mampu menahan godaan.
Lalu Apa itu Konsep Menunda Kepuasan (Delayed Gratification)?
Dunia yang semakin canggih, memaksa segala sesuatu yang ada di dalamnya untuk dapat bergerak cepat dan instan. Hal inilah yang terkadang, membuat beberapa orang terlena dengan segala kenikmatan yang diciptakannya hanya menempatkan kesenangan jangka pendek dalam setiap mengambil keputusan.