Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Independen

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menunda Kesenangan Hari Ini Untuk Esok yang Lebih Baik dengan Menerapkan Konsep Delayed Gratification

21 Mei 2023   18:50 Diperbarui: 22 Mei 2023   19:54 1555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menunda kerja (Sumber: LumiNola via parapuan.co)

Beberapa hari yang lalu, saya menemukan reels di Instagram mengenai penelitian Eksperimen Marshmallow yang dilakukan oleh Prof Walter Mischel bersama timnya di tahun 1960-an.

Eskperimen tersebut menggunakan sampel 600 anak kecil yang berumur 4 sampai 6 tahun. Satu per satu anak dimasukkan ke dalam suatu ruangan yang steril dari gangguan apapun hanya ada kursi dan marshmallow di atas meja.

Peraturannya sederhana, anak-anak diberi waktu 15 menit untuk menahan diri tidak memakan marshmallow di depannya setelah para peneliti keluar dari ruangan.

Anak-anak yang berhasil menahan diri untuk tidak makan marshmallow selama 15 menit akan diberi hadiah 1 marshmallow lagi, sedangkan anka-anak yang tidak bisa menahan diri, tidak mendapatkan marshmallow lagi.

Hasilnya, ada anak-anak yang langsung memakan marshmallow  setelah peneliti keluar ruangan tidak memperdulikan perintah menahan diri selama 15 menit, ada juga yang awalnya diam namun di menit menit akhir tergoda juga, dan ada pula yang berhasil menahan diri selama 15 menit.

Prof Walter dan timnya dalam eksperimen marshmallow ini menggunakan metode longitudinal, yaitu dengan melakukan pengamatan selama 25 tahun  untuk mendapatkan kesimpulan yang utuh atas eksperimennya,

Hasilnya, anak-anak yang berhasil menahan diri saat eksperimen berlangsung, memiliki kehidupan social dan akademik yang lebih baik dan sukses. Selain itu tingkat risiko menghadapi stress dan krisis lebih kuat. Hasil ini konsisten hingga di tahun ke 40 pengamatan.

https://www.vecteezy.com/free-vector/chair
https://www.vecteezy.com/free-vector/chair

Saya mengidentifikasikan bahwa konsep delayed gratification berperan nyata dalam meningkatkan potensi anak terutama bagi anak-anak yang sabar dan mampu menahan godaan.

Lalu Apa itu Konsep Menunda Kepuasan (Delayed Gratification)?

Dunia yang semakin canggih, memaksa segala sesuatu yang ada di dalamnya untuk dapat bergerak cepat dan instan. Hal inilah yang terkadang, membuat beberapa orang terlena dengan segala kenikmatan yang diciptakannya hanya menempatkan kesenangan jangka pendek dalam setiap mengambil keputusan.

Salah satu cara untuk tidak mudah tergoda dalam kenikmatan dunia adalah menerapkan konsep Delayed Gratification atau menunda kepuasan. 

Menunda kepuasan dalam ilmu psikologi dimaknai sebagai kemampuan untuk menahan godaan atau kesenangan demi mendampatkan kesenangan dan kepuasan yang lebih besar di masa depan. Sama halnya dengan konsep dikotomi kendali.

Banyak contoh dari perilaku menunda kepuasan yang sangat penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari contohnya :

  • Menunda kesenangan Hari Minggu hanya untuk "mager" dan bersantai-santai saja, dengan memanfaatkannya untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah dan laporan praktikum, agar saat liburan panjang sebelum ujian semester bisa liburan ke luar kota dengan keluarga.
  • Menunda membeli motor secara kredit setelah mendapatkan gaji pertama, memanfaatkan uangnya untuk investasi sehingga dikemudian hari bisa membelinya secara cash.
  • Memilih menggunakan transportasi umum daripada mobil pribadi, untuk menghemat tenaga, waktu, dan uang sehingga bisa membeli rumah cash.

Bagaimana Melatih Diri Untuk Dapat Menunda Kepuasan (Delayed Gratification)?

Menunda kepuasan memiliki banyak manfaat dalam kehidupan, selain untuk kehidupan ekonomi yang lebih matang, waktu yang lebih produktif, secara psikologi pikiran dan perasaan juga lebih tenang karena tidak dibayang-bayangi cicilan atau pekerjaan yang masih menumpuk.

Konsep menunda kepuasan diri sangat baik untuk diterapkan apalagi bagi anak-anak muda yang memiliki banyak rencana panjang dalam hidupnya. 

4 cara yang biasanya saya gunakan untuk menerapkan konsep menunda kepuasan, yaitu :

Membuat  Tujuan Yang Realistis

"Prinsip Adalah Pedoman, Dan Tujuan Adalah Arah Berjalan"

Apa tujuan saya diusia 25 Tahun? Apa tujuan saya setelah lulus kuliah? Apa tujuan saya setelah mendapat gaji pertama?

Setiap saya mengingat tujuan, saya selalu berpikir ulang untuk melakukan suatu hal. Hari Minggu ini cuaca cukup cerah, seharusnya saya pergi berlibur bersama teman-teman. Namun, karena saya punya tujuan minggu ini semua tugas kuliah harus beres, maka saya menunda kesenangan saya untuk berlibur.

Menerapkan Konsep Dikotomi Kendali

Apa-apa yang bisa dikendalikan oleh diri seperti perasana, pikiran, perilaku, dan lisan merupakan bagian dari dikotomi kendali. Saya tidak peduli dengan pandangan orang lain ketika saya menunda untuk membeli rumah KPR, demi bisa membeli rumah secara tunai. Yang dapat saya kendalikan adalah pikiran saya untuk bisa bekerja keras, kerja cerdas, dan tidak membenci orang lain.

Mengendalikan Lingkungan Pergaulan

Lingkungan memang support system yang sangat berpengaruh. Terkadang positif terkadang toxic. Saya cukup selektif dalam bergaul. Menghindari lingkungan yang suka flexing, adalah salah satu cara agar komitmen menerapkan konsep delayed gratification.

Ingat Selalu Risiko Dan Manfaatnya

Saya selalu memetakan segala dampak yang terjadi disetiap mengambil keputusan salah satunya dalam menunda kepuasan. Risiko yang saya hadapi di masa depan jika saya tetap mengambil rumah KPR atau manfaat jika saya pergi kerja menggunakan kendaraan umum demi dapat membeli rumah cash di kemudian hari. Dengan mengingat risiko dan manfaat saya lebih memiliki banyak kesempatan untuk terus mencoba sampai tujuan utama tercapai.

Konsep Delayed Gratification tidak masuk kategori prokrastinasi. Delayed gratificaton justru mengganti pekerjaan-pekerjaan yang berkualitas rendah dengan pekerjaan-pekerjaan yang produktif. Menunda kesenangan sesaat untuk kebahagiaan yang lebih besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun