Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Independen

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

7 Cara Berhemat Siasati Kenaikan Harga Pangan

6 September 2022   20:25 Diperbarui: 8 September 2022   03:25 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum permintaan adalah prinsip dasar ekonomi yang menyatakan bahwa pada harga yang lebih tinggi konsumen akan meminta jumlah barang yang lebih rendah.(KOMPAS.com/IKA FITRIANA)

Badan Pusat Statistik (BPS) RI mencatat, inflasi pangan atau volatile food pada bulan Juli 2022 mencapai 11,46 persen (yoy) dan lebih terkendali di Bulan Agustus menjadi sebesar 8,93 persen (yoy).

Inflansi atau kenaikan tersebut dipicu oleh krisis geopolitik global yaitu perang antara Rusia dan Ukraina, serta gagal panen yang melanda pertanian berbagai negara di belahan bumi.

Belum juga pulih, awal September 2022, Presiden Indonesia, Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi hingga 30 persen, di saat harga minyak dunia sedang turun.

Tak dipungkiri, dampak dari naiknya harga BBM subsidi pasti akan turut mengerek harga berbagai komoditas pangan seperti sembako.

Hal ini, membuat kita harus memutar otak untuk pandai menyiasati pengeluaran, agar kebutuhan pangan tetap terpenuhi dan keuangan tetap terkendali. Terlebih jika tidak diimbangi dengan naiknya pendapatan.

Berikut 7 cara berhemat siasati kenaikan harga pangan.

1. Buat Rencana Kebutuhan Pangan

Harga pangan yang fluktuatif membuat kita harus pandai untuk menyiasatinya. Salah satunya dengan membuat perencanaan yang tepat.

Perencanaan ini meliputi skala prioritas, periode kebutuhan, lama kebutuhan, dan berbagai jenis pangan yang harus dipenuhi sesuai dengan skala prioritas yang telah dibuat.

Tujuannya adalah agar lebih efisien dan meminimalisir sampah makanan atau boros. Contohnya skala prioritas primer adalah sembako seperti beras, minyak goreng, gula pasir, daging, bumbu dapur, susu, telur ayam, buah-buahan dan termasuk gas LPG.

Selanjutnya kebutuhan pangan sekunder contohnya adalah jajan cemilan dan mie instan. Disesuaikan dengan kebutuhan dalam satu periode waktu.

2. Hunting Harga Promo

Hunting harga promo merupakan bagian dari survei harga sebelum kita memutuskan untuk belanja bahan pangan.

Di era modern ini kita tidak harus pergi ke pasar tradisional atau atau supermarket hanya untuk melihat harga, kita bisa memantaunya lewat ponsel.

Banyak website-website resmi baik dari pemerintah atau ritel yang sudah update harga bahan pangan setiap hari. Bisa juga update harga di online shop.

Dari sinilah kita bisa hunting harga promo sehingga lebih hemat untuk belanja kebutuhan pangan.

3. Stok Pangan Rumah

Setelah memutuskan bahan pangan apa saja yang akan dibeli, sebaiknya jangan lupa untuk mempertimbangkan stok pangan rumah.

Pertimbangan tersebut meliputi jenis bahan pangan yang dapat disimpan lama dan bahan pangan yang harus segera dihabiskan.

Tujuannya adalah agar bahan pangan yang dibeli dapat bertahan lama tanpa mengurangi kualitasnya. 

Selain itu adanya stok pangan di rumah, dapat menjadi solusi stabilisasi pengeluaran keuangan jika terjadi lonjakan kenaikan harga secara tiba-tiba dan cepat.

4. Substitusi Bahan Pangan Serupa

Kenaikan harga minyak goreng sawit kapan hari, membuat ibu-ibu kebingungan untuk memenuhi makanan keluarga. Pasalnya, makanan di dapur rumah tangga Indonesia, umumnya banyak mengandalkan dari minyak goreng sawit.

Agar hal tersebut tidak kembali menjadi kebingungan, maka tidak ada salahnya untuk substitusi bahan pangan seperti minyak goreng sawit dengan margarin atau minyak kelapa.

Bisa juga memasak tanpa menggoreng dengan minyak sawit. Substitusinya adalah memasak dengan merebus, memanggang, atau air frayer.

Bahan pangan yang diolah pun bisa dipilih dengan bahan-bahan pangan yang dapat direbus seperti tempe tahu dan dipanggang seperti daging ayam. Sehingga kebutuhan pangan tetap terpenuhi.

5. Diversifikasi Pangan

Ketergantungan terhadap beras padi membuat rentan menjadi penyebab inflasi bahan pangan lainnya ketika harga beras naik. 

Padahal dapat dilakukan diversifikasi pangan atau memvariasikan makanan pokok yang dikonsumsi sehingga tidak terfokus pada satu jenis saja.

Tidak hanya bergantung pada beras padi atau gandum saja, melainkan juga dapat mengonsumsi jagung, kentang, sagu, sorgum dan umbi-umbian. Harganya lebih murah namun kualitasnya tidak kalah.

Hanya saja perlu penyesuaian untuk menggantikan beras sebagai bahan pangan pokok. Namun tidak ada salahnya, mencoba mengganti makan beras dengan makan umbi bakar atau singkong rebus. Satu atau dua hari dalam seminggu, sudah cukup membantu.

6. Berkebun di Pekarangan Rumah

Cara paling sederhana namun sulit diterapkan adalah dengan cara berkebun di pekarangan rumah.

Menanam sayuran seperti tomat, cabai, sawi, kangkung, dan terong di pekarangan rumah dapat membantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri. Sehingga pengeluaran dapat ditekan. Selain itu lebih sehat dan meminimalisir dampak paparan residu pestisida kimia yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Sayuran dapat ditanam di polybag atau langsung di tanah. Disesuaikan dengan kondisi pekarangan rumah. Jika panen, contohnya saja panen cabai rawit dalam 5 polybag tanaman dapat hasil 1 kg sudah menghemat belanja bahan pangan hingga Rp 100.000.

7. Menerapkan Gaya Hidup Zero Waste

Gaya hidup zero waste selain dapat berdampak pada keselamatan lingkungan, juga dapat diterapkan dalam pemenuhan kebutuhan pangan seperti meminimalisir sampah sisa makanan.

Adanya perencanaan di atas adalah untuk mengurangi potensi boros atau sia-sia setiap bahan pangan yang habis dikonsumsi.

Dengan seperti ini, kita dapat mengoptimalkan bahan pangan yang ada. Semaksimal mungkin untuk tidak membiasakan ada bahan makanan sisa yang sia-sia dan tidak dapat diolah kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun