Mohon tunggu...
Dody Wibowo
Dody Wibowo Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti bidang Pendidikan Damai

Konsultan untuk bidang pendidikan damai dan studi perdamaian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Menjadi Pendidik dari Pak Rizal

14 September 2017   08:57 Diperbarui: 14 April 2018   11:41 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di belakang memberi dukungan, itulah bagian ketiga dalam pedoman Patrap Triloka. Seorang pendidik hendaknya mendorong pembelajar untuk tidak berpuas diri dengan pendidikan yang didapat di sekolah dan mendorong pembelajar untuk terus mencari kesempatan belajar guna mengembangkan kemampuan diri.

Untuk bagian ini, saya melihat bagaimana Pak Rizal selalu memberikan dukungan kepada para anak didik beliau. Sudah banyak anak didik beliau yang melanjutkan sekolah dengan referensi dari Pak Rizal, termasuk saya. Ada sebuah cerita tentang dukungan dari Pak Rizal. Cerita ini dibagikan oleh seorang mahasiswi beliau di program Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik UGM, Mbak Ria. Dalam tulisannya mengenang Pak Rizal, Mbak Ria bercerita pernah dikontak oleh Sekolah Pascasarjana UGM terkait rencana penerbitan tesis Mbak Ria menjadi buku. Ternyata Pak Rizal yang memberikan rekomendasi untuk penerbitan buku itu.

Pak Rizal tidak pernah merasa bahwa dirinya adalah yang paling menguasai ilmu. Mas Zhuge, salah satu kolega Pak Rizal, dalam kenangan yang dibagikan di Facebook menceritakan bahwa Pak Rizal meminta diberi briefing tentang perkembangan Sekolah Sukma Bangsa. Pemilihan kata "briefing" ketimbang menggunakan istilah "meminta laporan," menurut Mas Zhuge menunjukkan kerendah hatian Pak Rizal yang bersedia belajar dari mereka yang lebih yunior. Di berbagai kesempatan training, ketika Pak Rizal berada dalam satu tim maka beliau tidak pernah mencoba mengambil posisi sebagai tokoh sentral. Beliau akan meminta para yunior untuk mengambil alih tugas-tugas penting sebagai bentuk pembelajaran. Itu juga yang saya alami dalam kegiatan terakhir saya bersama Pak Rizal di Sekolah Sukma Bangsa Aceh bulan Februari 2017 lalu. Berdua dengan Pak Rizal, kami melakukan assessment untuk persiapan training Manajemen Konflik Berbasis Sekolah. Dalam kegiatan assessment itu saya diminta untuk memimpin kegiatan sedangkan Pak Rizal memilih menjadi pelengkap saya dan sibuk memotret mendokumentasikan acara :D

Penutup

Menjadi seorang pendidik punya konsekuensi yang berat. Seorang pendidik dituntut untuk bisa menempatkan diri secara bijaksana. Dia bisa menghidupi nilai yang diajarkan, menunjukkan dalam laku hidupnya sebagai contoh; kemudian menempatkan diri setara dengan pembelajar agar bisa mendampingi sang pembelajar dalam menemukan potensi dan kepercayaan diri; terakhir, sang pendidik menjaga sikap rendah hati untuk memberi kesempatan bagi pembelajar mengembangkan diri.

 Terima kasih Pak Rizal atas pembelajaran yang telah anda berikan selama ini. Pengetahuan dan keterampilan yang anda bagikan tetap hidup dan berkembang, juga menjadi amalan bagi anda yang tak pernah putus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun