Mohon tunggu...
Dodi Bayu Wijoseno
Dodi Bayu Wijoseno Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar, membuat hidup lebih indah

Penyuka Sejarah, hiking dan olah raga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sound of Borobudur: Rekaman Seni Bermusik dalam Bingkai Perjalanan Sejarah dan Waktu di Relief Candi Borobudur

13 Mei 2021   19:34 Diperbarui: 13 Mei 2021   19:35 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Relief kapal berlayar di Candi Borobudur. Sumber gambar:  MichaelJLowe/wikimedia.org

Lebih lanjut masih menurut tulisan M. Dwi Cahyono pada relief di Candi Borobudur ini ditampilkan tiga ragam bentuk waditra berdawai menurut bentuk resonatornya, yaitu: (1) resonator gemuk, dan (2) resonator langsing. Terdapat dua varian dari waditra dengan resonator berbentuk gemuk yaitu: (1a) neck lurus panjang namun jumlah tuning peg kurang jelas, dan  (1b) neck membengkok ke arah kanan bagian atas dengan tuning peg berjumlah empat. Waditra  dengan resonator langsing mengarah pada bentuk relatif persegi panjang, neck lurus panjang dan tuning peg berjumlah dua.

Alat-alat musik berdawai tersebut  kemudian didiskusikan oleh pihak-pihak terkait untuk kemudian  dibuatkan replikanya sehingga apa yang tadinya tergambar di relief Candi Borobudur diinterpretasikan dan diwujudkan ke dalam dunia nyata dalam sebuah bentuk alat musik yang bisa dibunyikan dan dimainkan, tentu butuh usaha yang keras dan dedikasi yang luar biasa dari para seniman musik untuk mewujudkan alat musik ini pada saat ini. Alat-alat musik tersebut yang pada akhirnya dibunyikan dan dimainkan dalam Sound of Borobudur yang banyak mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak dan masyarakat umum. 

Kemungkinan Borobudur menjadi tempat interaksi pertemuan kesenian dan alat-alat musik dari berbagai tempat


Relief kapal berlayar di Candi Borobudur. Sumber gambar:  MichaelJLowe/wikimedia.org
Relief kapal berlayar di Candi Borobudur. Sumber gambar:  MichaelJLowe/wikimedia.org

Adanya kemungkinan bahwa cikal bakal bentuk alat-alat musik tersebut  berasal dari beberapa tempat atau bahkan dari tempat yang sangat jauh membuka kemungkinan Borobudur adalah sebagai tempat pertemuan alat-alat musik dari berbagai tempat di dunia. Hal tersebut sangatlah menarik karena sebagaimana dituliskan dalam artikel " Ekspedisi Perahu Borobudur Samudra Raksa" (lipi.go.id, 2017) terdapat bukti-bukti sejarah mengenai adanya jejak-jejak pengelana (phantom voyagers)  dari bumi Indonesia yang telah mencapai Afrika di masa lalu, yang menimbulkan sebuah pertanyaan bagaimana caranya pengelana tersebut dapat sampai di tempat yang sangat jauh di seberang samudra. 

Salah satu petunjuk kunci  yang mungkin dapat membantu  memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut adalah penggambaran perahu layar bercadik ganda yang terpahat pada relief Candi Borobudur. Relief tersebut menjadi salah satu bukti adanya pengembangan kebudayaan bahari oleh Kerajaan Mataram kuno di Jawa tengah pada masa itu. Kapal dari relief tersebut akhirnya dibuatkan replikanya oleh seorang pembuat kapal ulung di Indonesia, kapal kayu replika tersebut dibuat tanpa menggunakan paku. Sebagaimana dituliskan oleh Nuswantoro dalam artikelnya yang  berjudul " Kapal Samudra Raksa, Kejayaan Maritim Nusantara di Pahatan Borobudur." di laman mongabay.co.id,  Kapal  layar Samudra Raksa berhasil melakukan eskpedisi pada 15 Agustus 2003, dari Ancol dan berakhir pada tanggal 23 Februari 2004 di Pelabuhan Tema, Accra, Ghana, Afrika Barat.

Selain interaksi perdagangan di masa lampau, interaksi kebudayaan dan kesenian pasti terjadi di antara nenek moyang bangsa Indonesia dengan orang-orang yang ditemuinya di tempat-tempat yang disinggahinya ketika berlayar. Saling mempelajari kesenian  dan  kebudayaan termasuk seni bermusik  yang pada akhirnya mereka membawa pulang hal-hal baru yang dipelajari tersebut lalu dikembangkan dengan cara sendiri  menjadikan Indonesia menjadi begitu kaya akan seni budaya dan berbagai jenis alat musik untuk berkesenian dan bermusik . Mungkin hal tersebut yang dinarasikan dalam pahatan relief di Candi Borobudur sehingga membuka kemungkinan bahwa Borobudur juga sebagai pusat musik dunia.

Meskipun saat ini Candi Borobudur adalah tempat tujuan  wisata namun perlu diingat bahwa Candi Borobudur pada awalnya juga merupakan tempat ibadah dan masih  digunakan sebagai tempat ritual keagamaan Budha pada waktu-waktu tertentu, jadi jangan lupa sopan santun perlu dijaga di tempat ini. Kemegahan Borobudur akan terus berjalan melintasi waktu hingga abad-abad mendatang dan mengisahkan kisah-kisah besarnya kepada setiap generasi dan bukan tidak mungkin apa yang belum semuanya terungkap saat ini akan terungkap di masa depan. Semoga kita semua dapat melestarikan peninggalan sejarah, budaya dan kesenian sebagai salah satu pencapaian  penting dalam perjalanan panjang sejarah peradaban umat manusia. 

Terima kasih Borobudur yang telah memberikan inspirasi dan pembelajaran, semoga setelah selesai masa pandemi ini bisa berkunjung kembali ke sana.

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun