Saya sulit membayangkan bagaimana beratnya situasi pendakian di atas sana.  Saya memiliki pengalaman ketika  melakukan hiking santai di Gunung Prau Dieng pada puncak musim kemarau beberapa tahun lalu, ketika tiba tengah malam di puncaknya yang datar dan terpapar angin serta suhu sekitar 4 derajat Celcius saja rasanya sudah sangat tidak nyaman bahkan untuk tidur di dalam tenda pun sulit karena terasa dingin sekali, beberapa pendaki saya lihat juga sudah kehilangan nafsu makannya, tentu ini tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan situasi pendakian di K2. Â
Kebetulan saat ini saya juha memfollow akun instagram Colin O' Brady (@Colinobrady) yang juga sedang melakukan upaya pendakian winter K2. Di salah satu feed instagramnya dia memposting video ketika suhu di dalam tendanya saat bangun tidur berada di kisaran -30 derajat Celcius, yang berarti jauh lebih dingin daripada di ruang freezer kulkas rumah kita. Â
Di masa lalu pendaki-pendaki profesional elite Polandia selalu memimpin rekor pendakian winter gunung-gunung tertinggi namun tidak ada satupun yang berhasil di Gunung K2. Akhirnya pada awal tahun 2021 ini, para pendaki asal Nepal yang mayoritas berasal dari suku Sherpa berhasil menaklukkan puncak K2 pada periode winternya dan mencatatkan sejarah baru dalam dunia pendakian.Â
Para pendaki Nepal dan  khususnya mereka yang berasal dari suku Sherpa memang bukan orang sembarangan. Mereka memiliki adapatasi dan daya tahan tubuh yang luar biasa di ketinggian yang tidak dimiliki oleh orang-orang biasa dan mereka membuktikannya dalam  pendakian winter K2 kali ini.Â
Saya dan mungkin sebagian orang pada awalnya mengetahui Sherpa hanya sebagai porter pengangkut barang dan guide untuk ekspedisi pendakian Everest, namun setelah membaca sejumlah literatur fakta tentang Sherpa ternyata  lebih dari itu.Â
Mereka adalah suku  yang bermigrasi dari Tibet timur ke Nepal ratusan tahun yang lalu dan telah mendiami kaki gunung Everest selama ratusan tahun sehingga mereka paham benar mengenai medan Everest.Â
Fakta sejarah mencatat bahwa ketika Sir Edmund Hilary menjadi manusia pertama yang mencapai puncak tertinggi dunia: Everest di tahun 1953 dia ditemani oleh seorang Sherpa bernama Tenzing Norgay.
Setelah peristiwa tersebut,  orang-orang Sherpa mulai dikenal dan banyak  dipekerjakan untuk membantu ekspedisi pendakian seperti mebawa barang (porter), menjadi guide, memasang tali temali di tempat-tempat berbahaya untuk dilalui, menjadi konsultan ekspedisi dan lain-lainnya. Karena pendakian Everest roda perekonomian berkembang di desa-desa terpencil mereka.Â
Memang tidak selalu cerita-cerita yang menyenangkan mengenai roda perekonomian suku Sherpa yang membaik karena pendakian Everest ini, sejumlah kisah tragis juga terjadi seperti sejumlah Sherpa yang kehilangan nyawanya selama proses pendakian baik karena sakit maupun karena bencana di lokasi pendakian yang terkadang terabaikan karena kepentingan bisnis dari pendakian Everest itu sendiri.
Orang Sherpa dikenal memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa di ketinggian karena genetika mereka yang telah menyesuaikan diri hidup di tempat yang tinggi dan lebih tipis kadar oksigennya.Â