Beberapa waktu yang lalu sejumlah media massa memberitakan  Menteri Pertahanan (Menhan) Republik Indonesia Prabowo Subianto tertarik dan berminat untuk membeli sejumlah alutsista buatan negara Perancis, salah satu diantaranya adalah jet tempur generasi terbaru buatan pabrikan Dassault Aviation Perancis: Rafale. Meski baru merupakan rencana dan masih harus melalui proses yang panjang karena menyangkut keputusan politis yang strategis, namun seandainya rencana tersebut benar terwujud maka hal tersebut akan menjadi sebuah babak baru dalam alutsista kekuatan dirgantara kita.
Nama jet tempur Rafale mungkin masih terdengar agak asing di telinga kita karena sebagian besar jet tempur yang digunakan oleh Angkatan Udara kita adalah jet-jet tempur buatan USA atau Rusia. Sebut saja beberapa di antaranya yang terkenal: di masa lalu Angkatan Udara kita pernah menggunakan pemburu lincah P-51 Mustang (USA), pesawat jet tempur supersonik MIG-21 Fishbed (Rusia/Uni Sovyet saat itu) bahkan AURI (nama TNI-AU di masa lalu) pada dekade tahun 60-an pernah mengoperasikan pesawat pembom strategis jarak jauh Tupolev TU-16 (Rusia/Uni Sovyet) yang menggentarkan Belanda saat konfrontasi merebut Irian Barat (Papua).Â
Saat ini TNI-AU mengoperasikan varian jet tempur canggih F-16 (USA) serta Sukhoi Su-27 (Rusia) dan Su-30 (Rusia). Karenanya nama-nama jet tempur buatan negara-negara Eropa seperti Rafale masih terdengar agak asing bagi kita. Saat ini negara-negara Eropa juga telah mengembangkan  jet tempur canggihnya, selain Rafale ada Eurofighter Typhoon yang dibuat oleh konsorsium 4 negara Eropa, lalu ada Swedia yang mengembangkan jet tempur SAAB JAS-39E/F Grippen (Gripen Next Generation).
Perkembangan pesawat jet tempur dimulai ketika di masa akhir Perang Dunia II di Palagan Eropa secara mengejutkan Angkatan Udara Jerman Luftwaffe mengoperasionalkan pesawat tempur jet pertama mereka Messerschmitt Me-262 yang memiliki kecepatan jauh lebih cepat dari pesawat pemburu tercepat Sekutu saat itu yang masih menggunakan mesin piston baling-baling, namun kehadiran jet tempur pertama Jerman di medan laga Eropa tersebut dinilai sudah sangat  terlambat dan tidak bisa lagi mengubah jalannya peperangan. Perang Dunia II di palagan Eropa berakhir dengan menyerahnya Jerman tanpa syarat kepada pihak sekutu.
Setelah Perang Dunia II teknologi mesin jet terus dikembangkan dan disempurnakan oleh negara pemenang perang sehingga terjadi perkembangan pesat pada pesawat tempur bermesin jet pada dekade-dekade selanjutnya. Negara-negara maju  seperti Amerika dan Eropa berlomba-lomba mengembangkan pesawat tempur yang akan menjadi kekuatan dan supremasi dirgantaranya. Salah satu negara yang mengembangkan teknologi jet tempurnya adalah Perancis dan dari negara ini lahir 2 jet tempur yang namanya cukup terkenal di dunia dirgantara: Mirage dan jet tempur generasi terbaru mereka Rafale yang menarik minat Menhan Prabowo.
Berikut 5 fakta jet tempur Rafale buatan Perancis tersebut:
1. Jet tempur Rafale dibuat oleh Pabrik  Dassault Aviation- Perancis dan menjadi bukti tekad mandiri Perancis dalam melahirkan jet tempur generasi baru secara mandiri.
Jet tempur Rafale adalah jet tempur generasi terbaru yang dibuat oleh pabrikan Dassault Aviation di Perancis . Kiprah pabrikan Dassault sendiri dalam dunia pembuatan jet tempur telah cukup panjang. Agak sedikit melebar dari pembahasan, Pabrik Dassault  pernah membuat jet tempur dengan nama Mirage yang cukup dikenal dalam dunia dirgantara sejak beberapa dekade yang lalu.Â
Sebagaimana  dituliskan dalam The Story of Six Day War June 5-10,1967 (Edisi koleksi majalah Angkasa, 2007), Angkatan udara  Israel (Chel Ha' Avir) menggunakan  Dassault Mirage-IIICJ sebagai tulang punggung kekuatan udara mereka dalam menghadapi kekuatan Angkatan Udara Mesir pada Perang 6 hari yang terjadi pada tanggal 5-10 Juni 1967.Â
Kehebatan jet-jet tempur Mirage-2000 juga pernah diperlihatkan di atas langit kota Jakarta pada gelaran Indonesian Air Show  yang digelar di bekas  Bandara Udara Kemayoran pada tahun 1986 silam. Saat ini varian Mirage-2000 masih operasional dan beberapa negara masih menggunakan jet tempur ini untuk pertahanan udaranya.
Kembali kepada Rafale , dalam bahasa Perancis Rafale bisa diartikan sebagai angin yang berhembus tiba-tiba dalam kecepatan yang sangat tinggi yang biasanya mengawali terjadinya hujan badai. Dalam sejarah kelahirannya sebagaimana dituliskan dalam artikel The latest generation of Jet Fighter, bab: Dassault Rafale Tekad Mandiri Perancis (Edisi koleksi Majalah Angkasa, 2015: 58), jet tempur Rafale menjadi bukti nyata keberhasilan negara Perancis dalam melahirkan jet tempur generasi terbaru secara mandiri.Â
Pada awalnya Perancis bergabung dengan Jerman Barat dan Inggris (ditambah Italia dan Spanyol) dalam sebuah proyek pembuatan jet tempur Eropa namun kemudian Perancis memutuskan untuk pisah jalan. Kemandirian Perancis ini harus dibayar dengan ongkos penelitian dan pengembangan yang mahal yang berimplikasi pada harga jual Rafale.
2. Jet tempur Rafale memiliki kemampuan misi segala peran (Omnirole)
Dalam sejarah konflik-konflik yang pernah terjadi, salah satu komponen kekuatan pertama yang dapat merespon suatu konflik adalah kekuatan udara. Kekuatan udara terbagi lagi dalam misi-misi yang terspesialisasi seperti: misi supremasi udara, misi pemboman ataupun misi close air support untuk memberikan payung perlindungan udara dan mendukung gerak maju pasukan darat di daerah pertempuran.Â
Melansir dari situs dassault-aviation.com, dalam konsep peperangan modern keunggulan udara sejak hari pertama pertempuran adalah sebuah keharusan sehingga operasi operasi berikutnya seperti operasi darat dan operasi laut dapat diakukan dengan lancar. Pada masa lalu dibutuhkan pesawat-pesawat yang memiliki spesifikasi khusus untuk melakukan misi-misi terspesialisasi tersebut.
Seiring kemajuan jaman dan keefektifan strategis yang menjadi sebuah faktor krusial dalam medan pertempuran dibutuhkan pesawat-pesawat tempur yang mampu untuk melakukan lebih dari satu peran seperti: peran supremasi udara, peran serangan darat maupun peran close air support bagi gerak maju pasukan darat.
Rafale dihadirkan untuk menjawab semua kebutuhan tersebut dan jet tempur Rafale dengan kemampuan misi segala perannya (omnirole)  menjadi jawaban tepat untuk semua kebutuhan tersebut. Mengutip informasi dari situs Dassault Aviation, berikut cakupan misi yang mampu diemban jet tempur Rafale: misi respon reaksi cepat, misi pertahanan udara atau supremasi udara, misi serang darat, misi serangan ke kapal laut, misi dukungan udara untuk gerak maju pasukan darat, misi pengintaian (reconnaissance) bahkan misi-misi taktis dan strategis penggunaan senjata nuklir.
Dalam perwujudan fisik airframenya Rafale adalah jet tempur yang menggunakan sayap delta dan menggunakan sirip kendali depan atau yang dikenal dengan sayap bebek (canard) di  bagian atas  depan sayap. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan keuntungan dari konfigurasi sayap dan canard ini.Â
Konfigurasi tersebut menjamin kemudahan pengendalian pesawat untuk semua posisi penerbangan. Konfigurasi canard dan sayap delta merupakan kunci dari combat performance dan kelincahan jet tempur Rafale baik untuk pertempuran udara maupun misi penyerangan meski dengan sejumlah senjata berat dan tangki bahan bakar tambahan eksternal yang dipasang pada tubuhnya yang memiliki desain compact.
Secara teknis  dengan mesin 2 X Snecma M88-2 turbofan pesawat ini  mampu mencapai kecepatan Mach 1.8 pada ketinggian jelajah dan mampu take off dengan maximum take-off weight sebesar 245,000 kg (24.5 ton).
3. Jet tempur Rafale mempunyai 3 tipe varianÂ
Sejauh ini jet tempur Rafale memiliki tiga buah varian yaitu:Â
- The Rafale C kursi tunggal (single seater) yang dioperasikan dari landasan udara di daratan
- The Rafale M kursi tunggal (single seater) yang dioperasikan dari carrier atau kapal induk untuk penerbangan Angkatan Laut Perancis
- The Rafale B kursi ganda (two -seater)Â yang dioperasikan dari landasan udara di daratan.
4. Jet tempur Rafale dilengkapi dengan sistem radar  dan senjata yang canggih
Sebagai pesawat tempur generasi terbaru jet tempur Rafale dibekali dengan radar canggih yang bernama RBE2/AESA-Active Electronically Scanned Array" Radar". Melansir informasi dari www. dassault-aviation.com, radar RBE2 dikembangkan oleh Thales dan memiliki kecanggihan yang tidak dimiliki radar yang hanya memiliki kemampuan scan mekanis.Â
Sejumlah informasi menyebutkan radar RBE2 memiliki kemampuan berpindah  frekuensi secara cepat  dan sulit diacak secara elektronis (jamming). Radar ini memiliki kemampuan untuk mengendus musuh dari jarak jauh ketika musuh belum menyadari kehadiran Rafale di medan tempur. Berikut beberapa hal keunggulan radar RBE2:
- Melakukan pelacakan terhadap sejumlah sasaran udara untuk pertarungan jarak dekat dan misi pencegatan jarak jauh dalam segala kondisi cuaca dan lingkungan pertempuran yang dipenuhi oleh radar jamming.
- Kemampuan melacak target di dalam ataupun di luar domainnya yang menjadikan keunggulan tersendiri di medan tempur
- Menampilkan peta real time tiga dimensi medan pertempuran
- Menampilkan peta darat  real time  2 dimensi dengan kualitas tinggi untuk update navigasi maupun untuk melacak dan mengidentifikasi sasaran darat
- Melacak berbagai macam sasaran di area perairan
Selain radar utama, sensor-sensor canggih pesawat dapat memberikan informasi real time kepada pilot untuk membantunya mengambil keputusan krusial selama di medan tempur
Masuk ke sistem senjata, jet tempur Rafale mampu membawa senjata yang bisa digunakan untuk berbagai misi baik untuk misi pertahanan udara/supremasi udara, serang darat maupun anti kapal laut. Berikut adalah sejumlah senjata yang dapat dibawa oleh jet tempur Rafale Â
- Rudal udara ke udara MICA (Missile d' Interception et de Combat d'Autodefense)
- Rudal udara ke udara jarak jauh The Meteor
- Roket udara ke darat presisi tinggi The Hammer (Highly Agile and Manoeuvrable Munition Extended Range)
- The Scalp long range stand off missile
- Rudal anti kapal The AM39 EXOCET
- Bom berpenuntun laser dengan berbagai hulu ledak
- Bom jatuh bebas
- Canon 30mm Nexter dengan 2,500 peluru per menit
- Rudal nuklir ASMP-A
5. Jet tempur Rafale sudah teruji dalam misi tempur yang sesungguhnya (Combat proven)
Tidak dapat dipungkiri bahwa sejumlah kecanggihan yang tersemat dalam jet tempur harus dibuktikan dalam medan tempur sesungguhnya atau dengan kata lain harus mendapatkan cap combat proven.Â
Melansir informasi dari situs dassault-aviation.com, jet tempur Rafale baik untuk varian angkatan udaranya maupun varian angkatan lautnya telah membuktikan kehandalannya ketika diikutsertakan dalam misi operasi tempur di Afghanistan selama tahun 2006 hingga tahun 2011.Â
Senjata-senjata yang dibawanya seperti senjata udara ke permukaan Hammer, bom-bom berpenuntun lasernya sampai Canon 30mm telah terkonfirmasi banyak menghancurkan target musuh dengan presisi.
Pada tahun 2011, dalam misi koalisi di Libya, jet tempur Rafale membuktikan  kemampuan omnirolenya baik untuk supremasi udara, serang darat bahkan misi pengintaian. Senjata-senjata yang diluncurkan dari jet tempur ini dikonfirmasi banyak menghancurkan ratusan target pihak lawan seperti pesawat tempur, tank, kendaraan lapis baja dan persenjataan artileri.
Kemampuan tempur dan terbang jarak jauh juga pernah dibuktikan jet tempur Rafale pada tahun 2013. Sebagaimana dituliskan dalam artikel The latest generation of Jet Fighter, bab: Dassault Rafale Tekad Mandiri Perancis (Edisi koleksi Majalah Angkasa, 2015: 65),pada bulan Januari 2013 insurjen radikal terus merangsek hendak menguasai ibukota Mali yang merupakan  salah satu eks koloni Perancis di Afrika. Perancis merespon permintaan bantuan Mali dengan mengirim pasukan khusus dan sejumlah helikopter bersenjata.Â
Selain itu, pada pertengahan Januari 2013, di tengah pekatnya malam Perancis mengirimkan satu flight jet tempur Rafale dari pangkalannya di barat laut Perancis. Flight yang terdiri dari sepasang Rafale B dan sepasang Rafale C tersebut terbang 9 jam nonstop dengan dukungan 5 kali isi bahan bakar di udara oleh pesawat tanker.Â
Tiap jet tempur Rafale dipersenjatai sepasang Rudal MICA dan enam bom berpemandu (GBU-12 dan AASM). Setelah berhasil menghajar target yang berupa depo-depo amunisi insurjen radikal tersebut keempat jet tempur Rafale berhasil mendarat dengan selamat di bandara N' Djamena di Chad, negeri sebelah utara Mali
6. Jet tempur Rafale memiliki kemampuan buddy-refueling
Video dari channel youtube milik account Military Aviation Video (sumber: https://www.youtube.com/watch?v=SiBgybR4Ps8 )  di atas memperlihatkan kemampuan jet tempur Rafale dalam melakukan pengisian bahan bakar antar pesawat jet Rafale itu sendiri. Dalam situasi dinamis di medan tempur terkadang  masalah bahan bakar menjadi masalah krusial dalam menyelesaikan sebuah misi pertempuran. Bisa saja karena suatu misi pertempuran diupdate atau adanya suatu masalah darurat terjadi krisis bahan bakar di atas wilayah musuh.Â
Dalam situasi biasa, pesawat bisa melakukan isi ulang bahan bakar di udara kepada pesawat tanker di wilayah yang aman, namun dalam situasi yang tidak biasa, Â bisa saja pesawat tanker tidak bisa mendekat karena bahayanya situasi pertempuran. Untuk menghadapi situasi tersebut jet tempur Rafale memiliki kemampuan untuk melakukan pengisian bahan bakar antar pesawat yang disebut dengan Buddy-Buddy refueling
Segudang kecanggihan ditambah dengan biaya penelitian dan pengembangan yang tinggi dari  jet tempur Rafale menyebabkan jet tempur ini dibanderol dengan harga yang tinggi. Menurut sejumlah informasi harganya lebih tinggi dari jet tempur Sukhoi Rusia.Â
Tentu pihak-pihak berwenang akan mempertimbangkan secara matang rencana pembelian alutsista yang akan digunakan dalam sistem pertahanan negara Indonesia. Apakah jet tempur Rafale akan menjadi bagian dari pertahanan udara kita? pada harinya nanti waktu yang  akan menjawabnya.
Referensi:
- Oktorino, Nino.2018. Messerschmitt Me-262-Pesawat Tempur Hebat Yang Muncul Terlambat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Â Â
- Edisi Koleksi Majalah Angkasa No. XLI (2007). "The Story of Six Day War June 5-10, 1967"
- Edisi Koleksi Majalah Angkasa No. 96 (2015). "The Latest Generation of Jet Fighter"
- dassault-aviation.com. Diakses pada tanggal 22 Februari 2020 pukul 21.45 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H