Mohon tunggu...
Dodi Bayu Wijoseno
Dodi Bayu Wijoseno Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar, membuat hidup lebih indah

Penyuka Sejarah, hiking dan olah raga

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengunjungi 5 Kelenteng Bersejarah di Ibu Kota

26 Januari 2020   21:57 Diperbarui: 26 Januari 2020   22:20 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Budha tersenyum menjadi salah satu ciri khas di Kelenteng ini. Sumber gambar: dok.pribadi

Gerbang pintu masuk Kelenteng Ancol ini dihiasi oleh ornamen indah dua ekor naga yang sedang memperebutkan mustika. Setelah melewati pintu masuk kita akan melihat bahwa Kelenteng ini cukup megah dan memiliki halaman yang luas. Saat hari Raya Imlek kemarin, Sabtu 25 Januari 2020 Kelenteng ini terlihat sangat ramai dikunjungi oleh umat Konghucu yang akan beribadah.

Halaman depan Kelenteng Ancol. Sumber gambar: dok.pribadi
Halaman depan Kelenteng Ancol. Sumber gambar: dok.pribadi
Dominasi warna merah dan lilin-lilin besar yang menyala menambah semaraknya suasana Imlek di Kelenteng ini. Ornamen-ornamen dan relief pada dinding Kelenteng ini didominasi oleh warna cerah yang juga menjadi ciri khasnya.

Lilin-lilin besar di bagian depan Kelenteng Ancol. Sumber gambar: dok.pribadi
Lilin-lilin besar di bagian depan Kelenteng Ancol. Sumber gambar: dok.pribadi

Mengutip informasi dari National Geographic Indonesia, tempat ibadah ini dikenal juga dengan nama Kelenteng Da Bo Gong atau Tua Pe Kong ( bahasa Hokkian), nama lain dari Dewa Bumi Tu Di Gong. Beberapa bagiannya menjadi tempat pemujaan agama Budha, Konghucu dan Tao.

Ada hal unik di Kelenteng Ancol ini, yaitu: daging babi dan petai tidak boleh dibawa dan dikonsumsi dalam area Kelenteng ini.  Dalam buku Tempat-Tempat bersejarah di Jakarta karya A. Heuken, Sj (bab: Kelenteng dan kuburan Tionghoa, 1997: 187-189) dikisahkan bahwa pada suatu ketika seorang juru mudi kapal Tionghoa tiba di tempat ini dan jatuh cinta dengan seorang Ronggeng Sunda. Singkat kata juru mudi Tionghoa tersebut melamar wanita itu. Namun sebelum menikah , karena wanita tersebut seorang muslim, mereka berjanji  tidak akan makan daging babi yang dianggap haram oleh kaum muslim atau masak petai yang menurut orang Tionghoa totok menjijikkan karena baunya.

Lebih lanjut dalam buku tersebut dikisahkan bahwa juru mudi tersebut menyuruh seseorang untuk membangun Kelenteng sebelum ia berlayar jauh tetapi sebelum Kelenteng tersebut diselesaikan juru mudi dan istrinya Sitiwati meninggal. Mereka dikuburkan dalam Kelenteng bersama-sama dengan adik istrinya,Ibu Mone. Beberapa cerita menyebutkan adanya keterkaitan antara Kelenteng di Ancol dan Kelenteng di Jawa Tengah.

2. Kelentang Jin de yuan (Vihara Dharma Bhakti).

Pintu gerbang Kelenteng Jin de yuan. Sumber gambar: dok.pribadi
Pintu gerbang Kelenteng Jin de yuan. Sumber gambar: dok.pribadi
Kelenteng Jin de yuan atau juga dikenal dengan nama Vihara Dharma Bhakti terletak di kawasan Petak Sembilan Glodok tepatnya di Jalan Kemenangan III Petak Sembilan RW. 02. No. 19. Bersama Kelenteng Ancol,  Kelenteng ini adalah salah satu Kelenteng tertua di Jakarta yang dibangun pada pertengahan abad ke-17 atau sekitar tahun 1650-an

Pada hari Imlek 25 Januari 2020 kemarin, Kelenteng ini dipadati oleh Umat  yang beribadah, selain itu juga terlihat banyak orang yang mengantri pembagian sedekah yang akan dibagikan oleh pihak Vihara.

Halaman depan Kelenteng Jin de yuan. Sumber gambar: dok.pribadi
Halaman depan Kelenteng Jin de yuan. Sumber gambar: dok.pribadi

 Sewaktu sampai di Kelenteng ini prosesi pelepasan burung pipit baru saja dimulai di halaman depan Kelenteng. Secara tradisi,prosesi pelepasan burung pipit tersebut dimaknai sebagai pembebasan untuk mendapatkan karma yang baik dalam setiap langkah kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun