Mohon tunggu...
Dodi Ilham
Dodi Ilham Mohon Tunggu... karyawan swasta -

1. General Secretary of Centre for National Security Studies (CNSS) Indonesia. 2. SekJend Badan Pekerja Pelaksana Agenda Rakyat (BPP-AR) Nasional. 3. CEO of Revolt Institute.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

.:: Securency Gate ::.

3 Agustus 2014   20:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:31 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Kemungkinan ke 2, yaitu adanya korupsi/ mark up jumlah nilai yg ada di MOU. Siapa yg korupsi? Tentu saja bkn beye/mega, tapi pasti menkeu/gub BI + jajarannya yg terlibat/ tanda tangan di MOU pencetakan uang. Jika spt ini, maka yg dirugikan adalah bkn Australia, tapi justru Indonesia, karena utk pembuatan duit tadi kan yg keluar duitnya Negara Indonesia (utk bayar australia). Nah, jika spt ini maka Australia serahkan penyelesaian ke masing2 negara utk kasus hukumnya. Hukum di Indonesia? Ya, KPK hrs menangkap org2 itu (pres/ menkeu/ gub BI + jajaran yg terlibat pembuatan uang wkt itu).. Dan bkn pres/menkeu/gub BI skrg. Tentu saja segenap BI wkt itu yg terkait dg pencetakan uang juga terlibat. Sepanjang orgnya msh hidup, maka msh bisa diadili krn ini extra ordinary crime, tentang TPPU (TP Pencucian Uang) nanti pasal yg digunakan (karena kejadiannya sblm ada UU TP korupsi dan blm ada KPK), dan extra ordinary crime ini gak kenal kadaluwarsa, sepanjang org nya msh hidup, tetap bisa ditangkap + adili.

3. Jika kejadiannya adalah kemungkinanan ke 3. Kemungkinan no 3 muncul dgn analisa spt ini : Pada saat MOU selesai ditandatangani, segera australia mencetak duit2 tsb, sdgkan indo/malay/vietnam baru bayar uang muka pencetakan ke australia. Dr 55 trilyun yg diminta indonesia, kemungkinan indonesia baru bayar yang 25 trilyun (krn yg diributkan skrg adalah korupsi 30 T oleh SBY/ Mega). Sesuai MOU, australia memang hrs bergegas bikin duit2 pesanan tsb n hrs dikirim ke masing2 neg pemesan. Ternyata, 'millenium bug' tdk terjadi. Situasi aman. Tdk ada inflasi. Neg2 tsb jadi tdk mau terjadi 'over bank note' (beredar uang yg berlebihan di masyarakat/ atau di kas BI untuk Indonesia), krn justru akan bikin inflasi (krn uang yg beredar over, jadi gak imbang antara demand dan supply). Krn tdk mau terjadi inflasi, maka neg2 tsb include indo jadi gak butuh lagi duit tsb dan dibiarkanlah sisa2 duit mangkrak di australia. Apalagi indo lalu terjadi bbrp kali pergantian/suksesi kepemimpinan. Bisa jadi pemerinta australia sdh berkali2 nagih ke presiden2 selanjutnya, dan mungkin australia nagih saat pemerintahan Mega dan SBY (karena yg disebut Australia hanya 2 nama itu. Australia gak nyebut habibie n gusdur). Mungkin australia sdh nagih ke Mega dan SBY, tapi gak digubris. Nah ini skrg yg hrs di investigasi. Apakah benar australia blm dibayar ? Atau... Pemerintahan jaman Mega dan SBY sudah keluarkan duit dr APBN utk bayar cicilan utangnya yg 30 T ke australia, tapi ternyata uang itu gak sampai ke australia?

Atau.. Ada kedip2 mata antara SBY dan Mega, gak mau bayar, tapi nanti sisa uang yg msh ada di australia, akan dimasukkan ke indonesia, kan msh bisa tukar di BI, lalu bagi2 berdua saja? Kalau sdh begini, ini kewenangan KPK utk investigasi. .. KPK hrs kerjasama dg australia. Duit plastik ini sdh gak laku sejak 2013. Tapi msh bisa ditukar di BI. Atau... Bisa juga didaur ulang krn materi plastiknya bagus banget.

Info terakhir: 3 container duit plastik senilai 30 T tsb sdh siap masuk ke Indonesia. Dan yg bisa mengakses masuk ke Australia untuk di bawa ke Indonesia, hanyalah SATU ORANG di Indonesia..... Siapakah DIA???

Jakarta, 3 Agustus 2014

Dodi Ilham
General Secretary of CNSS Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun