Mohon tunggu...
Doddy Salman
Doddy Salman Mohon Tunggu... Dosen - pembaca yang masih belajar menulis

manusia sederhana yang selalu mencari pencerahan di tengah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Naga, Ngayogyakarta dan Indonesia

1 Januari 2022   22:38 Diperbarui: 1 Januari 2022   22:44 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelang akhir tahun 2021 naga menjadi topik menarik yang melambung di media sosial. Adalah Mustofa Wardaya pengurus Partai Ummat yang memantiknya. Unggahan di twitter yang mempertanyakan patung naga di bandara Internasional Yogyakarta. "Kenapa bukan Garuda atau pahlawan nasional?" adalah kalimat menarik yang layak ditanggapi secara nalar dan saintifik.

Patung berdimensi panjang 7 meter, lebar 3 meter dan tinggi 2,5 meter tersebut adalah karya Tri Suharyanto, seniman asal Bantul Yogyakarta. Patung bernama Naga Jalur Sutra tersebut adalah bagian dari karya 3 dimensi yang bergantian mengisi bandara internasional baru tersebut. Artinya pantung naga akan tampil secara temporer dan pasti diganti dengan karya seni lainnya.

Sepertinya pihak pengelola ingin mendandani bandara anyar tersebut semenarik mungkin. Bandara tak hanya berfungsi sebagai singgahan warga yang datang dan pergi namun juga memiliki nilai estetika. Apalagi di era media sosial dengan prilaku selfie maka karya seni menarik menjadi lokasi yang instagramable, layak diinstagramkan. Ini mungkin alasan teknis.

Namun cuitan pengurus partai pimpinan Amien Rais tersebut juga perlu ditanggapi lebih mendalam. Apalagi sebagai tokoh politik tentunya cuitan tersebut harus dibaca dalam kontes politik. Naga adalah China alias Tiongkok. Patung naga di bandara adalah bukti propinsi yang dipimpin raja ini sudah dikuasi China. Itukah makna yang ingin disebar luaskan atau dipolitisasikan? Benarkah cara berpikir demikian?

Dengn berpikir naga adalah China maka sesungguhnya kita tidak memahami dan menyaksikan bahwa selama berpuluh bahkan beratus tahun naga menjadi bagian dari masyarakat Jawa khususnya dan Indonesia umumnya.

Secara bahasa maka kata "naga" berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti ular besar. Majalah Intisari melalui situs nationalgeographic.grid.id menjelaskan bahwa mahluk mitologi bernama naga telah menjadi bagian masyarakat Jawa dan Bali dalam dunia pewayangan. Tokoh  Hyang Antaboga adalah penguasa bumi yang memiliki kesaktian menghidupkan orang mati. Hyang Antaboga adalah naga.

Narasi naga dalam dunia pewayangan yang juga populer adalah perjalanan Bima mencari air keabadian (perwita) atas perintah gurunya Resi Dorna. Kabar bahwa perwita ada di tengah samudra yang dijaga naga mengantar putra kedua keluarga Pandawa tersebut menaklukannya. Kesaktian Bima merobek naga dengan kuku pancanaka ini adalah bagian dari lakon Dewa Ruci yang sangat populer.

Istilah naga juga muncul dalam kisah-kisah populer seperti keris nagasasra dan sabuk inten yang kisahnya sambung-menyambung di surat kabar. Dalam seni gamelan maka tiang penyangga gong sering dihias dengan ukiran naga. Kraton Ngayogyakarta sendiri menandai berdirinya keraton dengan sebutan Dwi Naga Rasa Tunggal sebuah candra sengkalan alias penanda. Wujud fisik dua naga dapat disaksikan mata kepala di bangsal Kemagangan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Dwi Naga Rasa Tunggal (detik.com) 
Dwi Naga Rasa Tunggal (detik.com) 

Menarik pula bahwa kisah naga juga muncul dalam legenda Ngarai Sianok Sumatera Barat. Silahkah dicari dan dibaca untuk diresapi..he...he..he... Ini artinya kisah naga bukan cuma milik orang Jawa dan Bali namun juga Sumatera dan mungkin juga pulau-pulau nusantara. Di Jawa Barat ada kampung Naga yang jelas bukan suku Tionghoa yang tinggal di sana melainkan suku sunda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun