Mohon tunggu...
Doddy Salman
Doddy Salman Mohon Tunggu... Dosen - pembaca yang masih belajar menulis

manusia sederhana yang selalu mencari pencerahan di tengah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Mengintip Keseriusan Bagyo dan Gibran di Media Sosial

9 September 2020   11:14 Diperbarui: 9 September 2020   11:21 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah pasangan Bagyo-Supardjo alias Bajo memiliki kans memenangkan pilwakot Solo?

Pertanyaan ini mungkin populer di masyarakat. Sebagai pasangan independen Bajo memang terlihat underdog dalam segala hal. Salah satunya popularitas.Bagaimana kita membandingkan kepopuleran Bagyo Wahyono dan Gibran Rakabuming?

Pertanyaan kepopuleran penting diajukan berkaitan dengan demokrasi, khususnya demokrasi langsung. Ketika seseorang maju menjadi calon kepala daerah popularitas adalah kunci pertama yang harus dimiliki. Mengapa demikian?

Semenjak demokrasi langsung mewabah di bumi nusantara ini politik tak lepas dari prinsip-prinsip pemasaran alias marketing. Kandidat diasumsikan sebagai produk yang dijual kepada masyarakat untuk dipilih. Sebelum dipilih maka ia harus dikenal terlebih dahulu.

Bagaimana dapat dipilih jika ia tidak dikenal? Lebih rinci lagi sebelum terkenal maka ia melalui proses diketahui. Artinya dikenal adalah bentuk dari diketahui banyak orang. Bagaimana kita mengukur bahwa ia diketahui banyak orang?

Di dunia digital saat ini  internet menjadi alat yang dapat dijadikan ukuran. Melalui pencarian google maka akan muncul angka yang menunjukkan jumlah kepopuleran nama, kata atau apapun yang berkaitan.

Makin besar angka yang muncul maka secara sederhana makin populer apa/siapa yang dicari. Ini tentu dengan asumsi masyarakat abad 21 menggunakan mesin pencari internet. Mesin pencari (search engine) populer adalah Google.

Mengapa mesin populer dapat menunjukkan kepopuleran sesuatu/seseorang? Jawabannya adalah karena internet mencatat semua hal yang berkaitan dengan suatu kata atau bahkan gambar yang  muncul di internet. Sehingga semua hal yang tertulis/ tercatat dalam bentuk visual/video akan dapat dirangkum dalam konteks kuantitas atau jumlahnya.

Dengan mengetik kalimat "Bagyo Wahyono" di kolom google maka ditemukan kalimat Sekitar 76.000 hasil (selama 0,35 detik). Sedangkan ketika kalimat"Gibran Rakabuming" hasil pencarian menunjukkan kalimat Sekitar 1.250.000 hasil (0,49 detik).

Temuan ini secara sederhana menunjukkan seberapa besar kepopuleran seorang Bagyo Wahyono dibandingkan dengan putra sulung presiden Jokowi. Pencarian kepopuleran juga dapat kita telusuri dari akun media sosial. Akun Gibran Rakabuming di facebook telah disukai banyak orang. Akun ini juga memuat kegiatan Gibran menyapa warga kota Solo.

Terbaru ketika tulisan ini dibuat adalah tautan video youtube berjudul Peduli dan Berbagi di saat Pandemi. Video ini terlihat diproduksi secara profesional . Video dibuka dengan OBB alias opening billboard. Ada tagline Gigih Brani dalam video tersebut. Gibran terlhat menggunakan kaos Fly Emirates putih ditemani sejumlah orang berkeliling kampung.

Sesuai judul videonya ia peduli dan berbagi di saat pandemi. Akun youtube Gibran dinamai GibranTV. Apakah ini sudah dikategorikan kampanye? Silahkan simak sendiri di https://www.youtube.com/watch?v=JCVbfutMWd0&feature=youtu.be&fbclid=IwAR22KGsMuSDcO6rz5I-Mjs9qnx4E9oMkz_mU25MpiKWii4guSQs0S3WnkLg

Gibran juga muncul di Instagram dengan akun @gibran_rakabuming  dengan aktivitas sudah melakukan 903 kiriman.

Bagaimana dengan Bagyo Wahyono? Ada akun facebook Bagyowahyono . Namun sepertinya akun pribadi sudah lama tidak aktif. Terlihat perubahan profil dilakukan 29 Desember 2018.

Di media youtube diketemukan akun Bajo Independen. Isinya video-video kegiatan Tikus Pithi Hanoto Baris, organisasi pendukung pasangan Bajo.Jumlahnya 5 video dengan durasi paling lama 3 menit 18 detik.

Silahkan cek di sini https://www.youtube.com/channel/UCExwQiJgs379UzgOhRM-rSg Bagaimana dengan Instagram? media sosial ini sepertinya lebih banyak memuat tautan #bagyowahyono.

Di facebook juga belum diketemukan akun organisasi Tikus Pithi. Organisasi yang mengklaim sudah lama berdiri dan tersebar di berbagai daerah di luar Solo.  Sudah menjadi kelaziman anggota masyarakat atau organisasi memiliki akun media sosial seperti facebook. Selain bersilaturahmi sesama anggota organisasi dapat saling mendukung. Identitas keorganisian juga muncul dan keterkaitannya dengan organisasi lain. Kalau tidak punya bagaimana?

Tidak ada syarat sebuah organisasi seperti organisasi kemasyarakatan harus memiliki akun media sosial.Ini menjadi pertanyaan menarik. Yang jelas upaya pasangan Bajo menaikkan kepopuleran melalui media  sosial sepertinya belum maksimal.

Padahal saingannya yang jelas-jelas sudah populer membangun dan merawat kepopuleran melalui semua saluran termasuk media sosial. Sampai di sini persoalan keseriusan meraih kemenangan di pilwakot Solo menjadi pertanyaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun