Mohon tunggu...
Doddy Salman
Doddy Salman Mohon Tunggu... Dosen - pembaca yang masih belajar menulis

manusia sederhana yang selalu mencari pencerahan di tengah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies dan Cek Ombak Nasdem

24 Juli 2019   21:50 Diperbarui: 24 Juli 2019   22:04 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiada musuh yang abadi dalam politik. Yang ada hanyalah kepentingan yang abadi. Dua kalimat populer ini bolehlah kita sematkan kepada dua peristiwa hari ini. Yang pertama adalah makan siang antara Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo Subianto dan pertemuan antara Gubernur DKI Anies Baswedan dan Ketua umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh.

Meskipun pernah berpasangan pada pilpres 2009, 10 tahun terakhir ini Prabowo berseberangan dengan Megawati . Setelah sempat bersaing namun kini kembali rukun riang. Mereka berdua makan siang di kediaman Megawati di Teuku Umar Jakarta.Entah apa yang sebetulnya mereka bicarakan namun pertemuan ini tentu banyak mendapat reaksi positif.

Di waktu hampir bersamaan Gubernur DKI Anies Baswedan berjumpa dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Mereka makan siang bersama. Saat jumpa pers Surya Paloh mengatakan partai Nasdem mendukung Anies Baswedan sebagai capres potensial 2024. Nasdem mendukung Anies lahir bathin.

Pernyataan bos Metro TV ini tentu mengejutkan. Ketika tahun 2017 pilkada DKI partai Nasdem mendukung Gubernur DKI petahana Basuki Tjahaya Purnama dan Djarot bersaing dengan pasangan Anies dan Sandi. Setelah masuk putaran kedua akhirnya Basuki kalah. Bukan hanya itu saja Basuki alias Ahok masuk penjara karena dinyatakan bersalah melakuan penistaan agama. Sebelum proses peradilan berlangsung tuntutan untuk memenjarakanAhok dilakukan dengan pengerahan massa ke jalanan puluhan ribu bahkan diklaim hingga jutaan.

Untuk mengajukan seorang Anies Baswedan tentunya tidaklah mudah. Partai Nasdem harus berkoalisi agar memenuhi persyaratan mengajukan calon presiden. Selain itu dinamika politik hingga 2024 masih sangat panjang. Perjalanan karir Anies juga masih berliku. Sesuai amanat UU Pilkada  maka ia akan berhenti menjadi Gubernur tahun 2022, lima tahun setelah 2017. Setelah itu selama 2 tahun Jakarta akan dipimpin pejabat sementara gubernur hingga 2024. 

Hal ini disebabkan penyelenggaraan pemilu serentak, pilpres dan pilkada akan dilangsungkan tahun 2024. Itu artinya Anies akan "nganggur" selama dua tahun. Konsekuensinya popularitasnya akan menurun karena bukan lagi sebagai sorotan pejabat publik oleh media.Padahal popularitas ikut menentukan aksebilitas.

Dengan demikian langkah kepagian Surya Paloh dan Partai Nasdem tampaknya hanyalah sekedar testing the water alias cek ombak. Partai Nasdem ingin mengetahui reaksi masyarakat jika dukungan diarahkan kepada Anies Baswedan. Di sisi lain mereka yang bersikeras menolak partai pendukung penista agama (maksudnya Ahok) mungkin berada dalam posisi galau. Karena kini jagoannya Anies Baswedan mendapat dukungan pagi-pagi untuk menjadi calon presiden 2024 dari parpol yang dulu mendukung Ahok

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun