Narasi besar yang terlewatkan dalam analisis pertemuan Jokowi-Prabowo adalah bahwa pertemuan tersebut sangat besar kemungkinan bagian dari pelaksanaan program yang disampaikan Joko Widodo sebagai pidato kemenanganya bertajuk Visi Indonesia sehari setelah pertemuan di MRT.Â
Visi Indonesia sangat besar titik perhatiannya pada pembangunan ekonomi. Investasi, baik materi maupun manusia dengan perbaikan kualitas SDM begitu gamblang dan jelas menjadi fokus kerja periode kedua Jokowi.Â
Bebeda dengan Nawacita yang memuat persoalan hukum, HAM dan penyelesaikan persoalan masa lalu, pidato Visi Indonesia sama sekalai tidak memuat ketiga persoalan tersebut.Â
Meskipun telah dibantah bahwa persoalan hukum tetap menjadi perhatian penting 5 tahun ke depan namun tentunya dapat dikatakan bukan prioritas utama.
Dengan mengedepankan persoalan ekonomi dan kemajuan pembangunan maka stabilitas politik menjadi persoalan penting bahkan utama. Kegaduhan politik harus sebisa mungkin dihindari. Dalam jargon orde baru maka Stabilitas Nasional harus didahulukan.
 Dengan merangkul Prabowo Subianto, entah dengan menempatkan anggotannya dalam kabinet atau memasukkan program kerjanya dalam praktek pemerintahan 5 tahun ke depan, maka diharapkan kegaduhan dapat dikurangi kalau bisa malah ditiadakan.Â
Di sisi lain masuknya parpol pendukung Prabowo ke dalam kabinet Jokowi adalah suatu hal yang bukan mustahil. Dalam sejarah politik Indonesia mungkin hanya PDIP yang terbukti mampu bertahan 10 tahun menjadi oposisi di luar pemerintahan SBY.
Kesimpulan
Kesimpulannya pertemuan antara Jokowi, Megawati dan Prabowo hari ini patut diduga adalah bagian dari pelaksanaan Visi Indonesia yang sangat menekankan aspek pembangunan ekonomi.Â
Agar pembangunan ekonomi berjalan mulus maka semua halangan politik harus disingkirkan. Salah satu caranya adalah merangkul pesaing yaitu Prabowo Subianto.
Info terbaru ternyata Joko Widodo dipastikan tidak hadir dalam pertemuan ini. Hanya Megawati dan Prabowo yang direncanakan bertemu.Meskipun demikian pertemuan tersebut menurut penulis tetap dapat dikatakan sebagai upaya merangkul Prabowo Subianto.