Mohon tunggu...
Doddy Salman
Doddy Salman Mohon Tunggu... Dosen - pembaca yang masih belajar menulis

manusia sederhana yang selalu mencari pencerahan di tengah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Capres Delegitimasi Pers

15 Desember 2018   07:56 Diperbarui: 15 Desember 2018   16:04 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuduhan pers suka berbohong jelas menggoyang kredibilitas pers, media arus utama (main stream) atau bukan, tanpa terkecuali. Padahal kredibilitas pers tidak pernah lahir mendadak. Ia lahir dari perjuangan, kerja keras, kejujuran dan ditempa waktu yang lama. Dengan kepercayaan itulah kredibilitas lahir

Tudingan bahwa pers kini menjadi bagian dari antek-antek orang yang menghancurkan republik juga terkesan berlebihan. Sejarah mencatat bahwa justru perslah yang membangun imaji kebangsaan (imagined communities) masyarakat terjajah yang dipersatukan revolusi kertas dan mesin cetak (Anderson, 2018). 

Tak heran muncul istilah pers perjuangan yang melabeli para aktivis pers bersimbah peluh mewartakan semangat kemerdekaan di era perjuangan kepada masyarakat.

Namun dibalik tudingan menyudutkan pers tersebut terkesan kuat bahwa pers, khususnya media arus utama, sesungguhnya diakui masih memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. 

Hal ini menarik dikala seseorang/sekelompok orang saat ini dengan mudahnya mewartakan suatu peristiwa baik hanya kata-kata hingga gambar suara (audio visual) secara langsung (live). Dengan kata lain kini semua orang secara teknis dapat mewartakan suatu peristiwa tanpa harus melalui pers.

Mungkin meminjam istilah lagu posisi pers saat kini adalah benci tapi rindu di mata Prabowo dan pendukungnya. 

Dibenci karena dianggap berat sebelah dan mendukung rezim yang berkuasa, namun dirindukan liputannya karena menganggap kesuksesan acara salah satunya diukur dari kemunculan di media.

Tudingan bahwa pers suka berbohong sehingga layak untuk tidak dipercaya dan dicap sebagai antek-antek orang yang ingin menghancurkan NKRI adalah bagian dari upaya delegitimasi pers. 

Dengan pers yang terdelegitimasi maka membuka celah ketidakpastian informasi yang beredar di masyarakat.

Meskipun ada upaya pendelegitimasian yakinlah bahwa pers Indonesia akan terus menjaga kredibilitasnya dengan berusaha menjunjung nilai-nilai luhur yang tertuang dalam kode etik jurnalistik. Pers Indonesia akan terus mengupayakan terciptanya masyarakat sadar informasi (well informed society).

Meskipun diboikot, ditolak atau bahkan diancam dengan kekerasan pers Indonesia tidak akan mundur memperjuangkan kepentingan publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun