2. Mendefinisikan permasalahan
Tahapan selanjutnya adalah mampu merumuskan permasalahan. Masalah sendiri muncul berkaitan dengan pemahaman, kebiasan, cara berpikir. Kemampuan memahami permasalahan menentukan solusi yang harus dicari.
3. Menguji bukti
Menguji bukti tak selalu dalam laboratorium. Dalam kehidupan sehari-hari pengujian atas suatu  pernyataan atau kesimpulan atau opini dapat dilakukan. Informasi yang diperoleh dibenturkan dengan informasi  yang sudah ada.
4. Menganalisis asumsi dan bias.
Bias dan prasangka adalah rambu-rambu yang harus diwaspadai para pemikir kritis. Tak hanya kepada orang lain, namun sangat utama dilakukan kepada diri sendiri. Apakah argumentasi yang diberikan hanyalah sekedar balasan karena memang sudah benci dari awal? Apakah pernyataan dikeluarkan karena mengharap keuntungan?
5. Hindari memberikan alasan dengan dasar emosi.
Jauhilah pernyataan bahwa sesuatu anda dukung karena perasaan. Jauhi pula pernyataan yang  mengklaim benar karena perasaan. Perasaan ada tempatnya. Sedangkan berpikir kritis bergerak menuju kebenaran secara saintis dan kemajuan zaman.
6. Hindari penyederhanaan.
Pintu dari menyederhanakan permasalahan adalah generalisasi. Stereotype tentang orang tidak dapat menjadi alasan pembenaran suatu pernyataan. Laki-laki itu tidak boleh menangis. Kalau menangis itu perempuan. Itu contoh generalisasi. Penyederhanaan. Lalu jika ibu anda wafat atau anak anda meraih juara karena kerja kerasnya anda yang laki-laki tidak boleh menangis setidaknya menangis haru?
7.Pertimbangkanlah pendapat orang lain