Mohon tunggu...
Doddy Salman
Doddy Salman Mohon Tunggu... Dosen - pembaca yang masih belajar menulis

manusia sederhana yang selalu mencari pencerahan di tengah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ketika Anies Menjadi "Gabener"

6 November 2017   12:35 Diperbarui: 7 Desember 2017   10:27 13311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapakah yang paling populer di dunia maya antara Jokowi, Prabowo dan Anies Baswedan?  Tanpa mengklik mbah google orang  mungkin sudah yakin bahwa Jokowi akan menduduki posisi paling populer. Kedudukan Jokowi sebagai presiden yang sedang menjabat memungkinkan sorotan mata pewarta berita menghadirkannya di layar kaca atau surat kabar. Belum lagi tulisan pendukung dan juga pembencinya di media sosial. Namun dengan tingkat kepopuleran tertinggi apakah otomatis pemilik suara alias voter pasti memilih Jokowi sebagai Presiden RI 2019-2024?

Pertanyaan ini penting untuk dijawab dan dijelaskan menyusul gencarnya ajakan untuk tidak membahas, mengirim beritanya di media sosial, bahkan menulis kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di status media sosial (FB,Twiter dll).  Diharapkan dengan tidak membahas, mengirim berita bahkan menulis Anies Baswedan maka popularitasnya akan turun. Anies akan tenggelam dalam mesin pencari google. Bahkan untuk menghindari kata Anies-Sandi dimunculkan kata baru Gabener dan Wagabener sebagai pengganti kata gubernur dan wakil gubernur.

Untuk menjelaskan permasalahan ini marilah kita tengok sebuah model komunikasi yang kerap digunakan orang-orang yang berkecimpung di dunia marketing. Model itu disebut AIDA. Akronim dari  Attention, Interest, Desire dan Action. Di Indonesia AIDA populer juga dengan AIDDA dengan D terakhir adalah Decision.  AIDA dalam dunia pemasaran dikembangkan oleh Elias St.Elmo Lewis di akhir tahun 1800. Model ini menjelaskan 4 tahap yang dilalui seseorang sebelum mencapai keputusan untuk membeli. Dengan kata lain agar sebuah produk sukses dalam pemasarannya (dibeli orang) maka proses ini harus dilalui.

Proses pertama yang harus dilewati adalah Attention.Perhatian. Artinya sebelum diperhatikan harus diketahui dahulu. Bagaimana mau diperhatikan jika tidak diketahui? Perhatian adalah bentuk kesadaran bahwa sesuatu/seseorang diketahui.Istilah marketingnya adalah awerenes.Populer. Memasyarakat. Jumlah pencarian google adalah kuantifikasi dari Attention atau perhatian. Film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2) mempopulerkan banyak tempat wisata baru. Di antaranya Gereja Ayam.

Setelah diketahui maka proses selanjutnya adalah dikenal. Informasi tambahan yang lebih rinci.  Lokasi Gereja Ayam itu di mana ya? Oh ternyata di Magelang Jawa Tengah.Sebetulnya Gereja Ayam yang lebih dahulu populer adalah Gereja Ayam Pasar Baru Jakarta. Bangunan peninggalan kolonial Belanda dibangun awal tahun 1900.Namun  Cinta dan Rangga menghadirkan "Gereja Ayam" yang baru. Cinta dan Rangga membuat Gereja Ayam Magelang lebih dikenal. Inilah tahap Interest.Tak sekedar diketahui namun dikenal.Gereja Ayam diketahui lebih rinci.

Bentuk bangunan unik Gereja Ayam menarik untuk lokasi swafoto dan wefie. Belum lagi di dekatnya ada lokasi bernama Punthuk Setumbu yang memukau kala sang surya menyapa pagi dari balik candi Borobudur.Gereja Ayam, Punthuk Setumbu dan Borobudur bisa dikunjungi dengan pergi ke Yogyakarta. Kota wisata nomer dua setelah pulau dewata. Selain wisata mata maka wisata perut pun terpenuhi. Kesemuanya mendorong keinginan untuk pergi berwisata bersama orang tercinta. Tahap ini disebut Desire. Hasrat.

Pergi melancong tentunya harus dipersiapkan matang. Kapan, di mana menginap, transportasi apa yang digunakan menjadi pertimbangan. Yang paling penting tentu biaya. Selain juga kesehatan . Seluruh pertimbangan ini akan melahirkan tindakan. Pergi atau tidak pergi. Inilah tahap final. Inilah  Action.

Model AIDA dapat diterapkan juga dalam politik. Produknya adalah para calon pejabat publik. Pemilik suara (voter) adalah sasarannya. Setiap calon pejabat publik yang ingin terpilih harus memperhatikan 4 tahap ini. Popularitas adalah pintu awalnya. Inilah jawaban mengapa para artis seperti mudah untuk menjadi anggota legislatif. Popularitas sudah dipegang. Attention bahkan Interest sudah mereka miliki. Tinggal menebar Desire agar Action terjadi.Meskipun bukan menjadi jaminan. Kegagalan Rano Karno, Andre Taulani adalah bukti pesohor tak menjamin keterpilihan.

Dengan model AIDA ini maka ajakan untuk tidak mempopulerkan, dengan tidak menulis nama dan memposting berita di media sosial, Gubernur DKI Anies Baswedan tidaklah beralasan. Anies tetap akan populer. Saat ini mesin pencari google bahkan mengindikasikan Anies lebih populer dari pada Prabowo. Hal ini beralasan karena Jakarta adalah ibu kota. Media massa nasional berkedudukan di ibu kota. Semua gerak gerik pemimpin Jakarta adalah berita. Siapapun namanya.Jangan berharap layar kaca, surat kabar dan siaran berita radio tidak membincangkan seorang Gubernur DKI Jakarta. Gubernur DKI pastilah populer.

Kepopuleran memang berdaya magis tinggi. Sejak Joko Widodo sukses meloncat menjadi Presiden RI posisi Gubernur DKI Jakarta menjadi seksi. Blusukannya diliput media massa dalam dan luar negeri.Dengan kesuksesan Jokowi menjadi mitos baru kancah politik Indonesia. Posisi Gubernur Jakarta adalah pintu  menuju Medan Merdeka Utara.

Kini pintu itu ada di hadapan seorang Anies Baswedan. Hingga kini tidak ada pernyataan definitif ia akan nyapres di 2019. Tidak ada pula pernyatan tegas untuk menolaknya.Namun pidato politik usai dilantik, yang belakangan heboh dengan kata pribumi", sangat presidensil daripada sekedar Gubernur. Bandingkan dengan pidato Jokowi kala menjabat gubernur DKI yang lebih teknis.Bicara kepada warga Jakarta. Pidato Anies seperti klarifikasi kepada masyarakat Indonesia bahwa dirinya kini sudah ada di depan pintu menuju Merdeka Utara.

Meski pintu sudah di depan mata namun  Anies tak dapat membukanya semudah membalikkan telapak tangan. Ada laki-laki bernama Prabowo Subianto yang juga punya ambisi memimpin Indonesia. Sejarah mencatat Prabowo Subianto bersama partai Gerindra menjadi pendukung pertama dan utama pencalonan Joko Widodo sebagai Gubernur DKI berpasangan dengan Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok sebagai Wakil Gubernur.Hanya berselang dua tahun orang yang didukung menjadi pesaing capres 2014. Pengalaman pahit ini tentunya akan menjadi pelajaran berharga purnawirawan Jendral bintang tiga ini. Apakah Prabowo "rela" dirinya digantikan Anies Baswedan demi kemenangan partai Gerindra?"Kerelaan" ini yang dilakukan Megawati sehingga merestui Jokowi nyapres dan menang di pilpres 2014. Apakah hal ini akan terulang pada diri Prabowo Subianto? Ataukah maju bersama Anies sebagai wapresnya? Masih kita tunggu saat pendaftaran calon presiden dan wakil presiden awal Agustus 2018.

Anies Baswedan sendiri harus membuktikan dirinya sebagai mantan pecatan kabinet Jokowi yang mampu mengurus ibu kota. Dengan dua tahun masa "kampanye" untuk memposisikan diri layak jadi RI-1. Acara besar Asian Games 2018 bisa jadi portfolio dirinya.Sukses tidaknya acara skala dunia ini menjadi catatan masyarakat Indonesia. Anies sendiri tampaknya berusaha mempertahankan diri sebagai pemimpin muslim.Citra pemimpin muslim, yang dinisbatkan dan menjadi faktor penting kemenangannya di pilkada DKI, sepertinya mulai dipasarkan untuk konsumsi nasional.

Kasus penutupan Alexis adalah contoh bahwa label sebagai pemimpin muslim yang memberantas kemaksiatan ingin dilekatkan ke dirinya.Meskipun bukan tanpa resiko. Para pengusaha restoran dan hotel Jakarta pun bertanya-tanya dengan kebijakan gubernur barunya itu. Apalagi pernyataan bahwa ia menolak sumber pendapatan DKI dari uang yang haram. Uang haram tidak berkah katanya.Pernyataan ini menanggapi  klaim pihak Alexis yang membayar pajak Rp 30 milyar setahun.

Masalahnya makin lebar. Uang yang haram itu  seperti apa? Khusus pajak dari Alexis? Bagaimana dengan pajak dari restoran, panti pijat dan hotel lainnya? Jumlahnya tidak sedikit.Bagaimana dengan Bank DKI? Bukankah bunga bank itu haram seperti dilansir beberapa pihak?

Di sini konsistensi sebagai pemimpin diuji. Keputusan harus jelas. Tidak tebang pilih. Tidak sekarang iya besok tidak. Inilah yang disebut ketegasan.Ketegasan inilah yang diuji sebagai seorang Anies Baswedan yang pernah ikut konvensi partai Demokrat dalam menjaring capres, jadi juru bicara capres Jokowi dengan mengkritisi Prabowo Subianto dan kini menjadi Gubernur DKI dengan dukungan orang yang dikritiknya.

Kesadaran pendukung Jokowi bahwa Anies Baswedan berpotensi maju dalam pilpres sudah ada. Ajakan untuk tidak mempopulerkannya adalah salah satu bukti. Seharusnya yang diperjuangkan  pendukung Jokowi adalah bagaimana mengemudikan wacana Anies Baswedan alih-alih tidak mempopulerkannya. Tidak menuliskan kata Anies dalam postingan media sosial hanya memberi kesempatan para pendukung Anies untuk  mengisinya dengan informasi/berita positif dirinya. Mereka akan terus membandingkan dengan para pejabat lama (Jokowi, Ahok, Djarot). Anies akan dihadirkan dengan informasi yang mendorong citra positif semua tindak tanduknya sebagai pejabat publik yang lebih baik daripada ketiga gubernur sebelumnya. Sikap kritis akan hilang.

Yang hadir hanya permakluman. Masyarakat tidak mendapat informasi seluas-luasnya dan sebanyak-banyaknya. Tidak tercipta well informed society.

Akhirnya marilah kritisi para pejabat publik termasuk Gubernur DKI Anies Baswedan. Berilah alasan. Tulislah jika kerjanya bagus akui bagus. Jika kerjanya jelek, tulis dan tunjukkan kejelekkannya. Kepopuleran bukanlah jaminan untuk keterpilihan.Bagaimanapun akal sehat harus tetap ditegakkan meskipun menghadapi orang atau kelompok yang menghalalkan segala cara, termasuk dengan menunggangi agama sekalipun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun