- Stres dan Kelelahan Meningkat: Tekanan untuk memenuhi ekspektasi manajer mikro dapat menyebabkan tingkat stres yang      tinggi dan kelelahan di antara karyawan.
  - Kepuasan Kerja Rendah dan Retensi: Karyawan mungkin menjadi tidak puas dengan lingkungan kerja mereka dan mencari        peluang di tempat lain, yang mengarah pada tingkat turnover yang lebih tinggi.
3. Dampak pada Produktivitas:
  - Aliran Kerja Terhambat: Micro-management dapat mengganggu alur kerja alami dan menghambat produktivitas dengan         menciptakan bottleneck yang tidak perlu.
  - Pemborosan Waktu dan Sumber Daya: Pengawasan dan intervensi yang konstan dapat menghasilkan pemborosan waktu dan      sumber daya karena karyawan tidak dapat bekerja dengan efisien.
  - Perkembangan Karyawan Terhambat: Micro-management menghambat kemampuan karyawan untuk belajar dan                  berkembang sebagai profesional, karena mereka tidak diizinkan untuk memiliki tanggung jawab atas tugas-tugas mereka        dan belajar dari kesalahan mereka.
4. Mengatasi Micro-management:
  - Membangun Kepercayaan: Membangun kepercayaan antara manajer dan karyawan sangat penting untuk mengatasi micro-      management. Manajer harus berkomunikasi secara terbuka, mendistribusikan tugas dengan efektif, dan memberikan             dukungan dan bimbingan daripada pengawasan yang konstan.
  - Mendorong Otonomi: Memberdayakan karyawan untuk membuat keputusan dan memiliki tanggung jawab atas pekerjaan        mereka mendorong rasa kemandirian dan tanggung jawab.
  - Menetapkan Harapan yang Jelas: Manajer harus berkomunikasi tujuan dan harapan yang jelas kepada karyawan mereka,          memungkinkan mereka memahami apa yang dibutuhkan tanpa pengawasan yang konstan.
  - Umpan Balik dan Dukungan: Manajer harus memberikan umpan balik konstruktif dan dukungan untuk membantu karyawan     meningkatkan kinerja mereka dan mengembangkan keterampilan mereka.