Melihat kondisi Danau Batur yang saat ini sangat memprihatinkan. Bagaimana tidak? Danau yang dulunya sangat indah nan asri dengan airnya yang jernih dan tanah yang belum tercemar seperti sekarangini, kini menjadi sebaliknya.
Air yang kumuh disertai tanahnya yang tercemar oleh sampah plastik membuat danau tak seindah seperti apa yang sewaktu kecil saya rasakan. Dulu, anak anak sekolah dasar sering kali melakukan aktivitasnya di pinggir danau sehabis pulang sekolah. Mulai bermain, mencari ikan hingga mandi berlarut-larut hingga senja. Kini, semuanya telah berubah tak ada lagi momen seperti itu lagi.
Begitu banyak permasalahan yang menimpa Danau Batur saat ini, mulai reklamasi pinggir danau beberapa meter persegi, bekas makanan tambak ikan yang mencemari air dan tanah didasar danau, para petani yang tidak begitu peduli dengan sisa panennya hingga mencemari tanah yang ada dipinggir danau, hingga kurangnya intens pemerintah yang mewiliki wewenang untuk pengelolaan Danau Batur itu sendiri.
Tentu saja dengan keadaan danau batur seperti saat ini, menjadi dampak terhadap apa yang ada disekitaran danau batur dan apa yang akan terjadi ke depannya jika danau batur semakin hari semakin memprihatinkan.
Dengan adanya permasalah yang menimpa danau batur saat ini, beberapa masyarakat sekitar memilih untuk tidak diam. Mereka adalah Sibuh Nirmala, sebuah kelompok masyarakat yang peduli lingkungan dengan beranggotakan hanya beberapa orang saja.
Kelompok ini bermarkas di Desa Kedisan yang menjadi wilayah sekitar danau batur itu sendiri. Adapun esensi mereka bergerak dalam hal ini adalah untuk menjaga kelestarian Danau yang menjadi warisan leluhur, agar terus menjadi sumber kehidupan bagi mahluk hidup.Â
Pergerakan mereka mulai dari melakukan permbersihan atau bersih bersih danau dua bulan sekali, minggu pertama dan minggu ketiga, mengoperasikan bank sampah, hingga memproduksi pupuk organik yang bahannya diambil dari sampah organik, mulai dari bekas canang (sarana sembahyang umat hindu), dedaunan, hingga eceng gondok yang ada di pinggiran danau batur.
Mereka sudah bergerak hampir dua tahun lamanya. Tidak ada respon masif oleh masyarakat disekitar bahkan intansi pemerintah, karna memang saya sudah mengetahui bahwasanya sangatlah sulit untuk menstimulus masyarakat untuk bergerak di bidang lingkungan apalagi ada sangkutpautnya dengan sampah.
Saya sangat mengapresiasi dan bangga terhadap orang orang yang tergerak oleh rasa peduli ini, di saat kesibukannya mengurusi keluarga, pekerjaan hingga hal hal yang lain, mereka masih mampu meluangkan waktunya untuk peduli dengan lingkungan sekitar mereka.
Banyak orang yang mengatakan ini sebuah pencitraan atau mencari nama semata, tapi cobalah berpikir dengan logic. Orang yang sudah jelas jelas melakukan dan bergerak nyata, apakah itu pencitraan? Saya rasa tidak.
Saat ini banyak yang belum peka terhadap kerusakan danau batur, apalagi pemerintah. Danau Batur adalah aset berharga yang dimiliki oleh kabupaten Bangli, pemerintah kabupaten bisa saja mengajukan permohonan untuk pengelolaan danau batur menjadi lebih baik ke pemerintah provinsi atau ke pemerintah pusat untuk meningkatkan pendapatan daerah kabupaten. Tetapi, pemerintah kabupaten sampai saat ini lebih memilih untuk bungkam terhadap permasalahan ini.
Saya berharap, kedepannya kerusakan alam dalam hal ini danau, harus menjadi pembahasan prioritas pemerintah kabupaten, eksekutif maupun legislatif. Kewenangan ada di tangan kalian, masyarakat hanya pemantau kinerja kalian, kalianlah yang bekerja.
Doddy Arie Kresna,
3/5/19
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H