Mohon tunggu...
Doddi Ahmad Fauji
Doddi Ahmad Fauji Mohon Tunggu... Editor - Jurnalis Mandiri, penulis puisi, aktivis tani ternak

Another Voice

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi dan Hukum Pantul

26 September 2022   21:06 Diperbarui: 26 September 2022   21:08 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Maka hukum pantul akan berlaku

Siapa pernah menarik nafas, ia akan melepaskannya

Maka mari menengok ke belekang, bukan untuk berkubang, tapi untuk bercermin, dan kira-kira harus bagaimana melangkah ke depan.

Sudah apa saja kita dengan 'puisi'? itu nengok ke belakang
Mau apa kita dengan puisi? itu rencana kini dan ke depan
Kita lihat ke belakang, dengan puisi kita sudah apa saja, dan apa yang dipantulkan puisi kepada kita?

Lalu ia berkata lagi:

Iya, betul Pak. Intinya, mau dijadikan bahan cuan, ya mangga. mau dijadikan bahan masturbasi (kasarnya) ya silakan.

Saya pribadi, masih elab-elob belum luak-leok. masih slow motion, pak.

Suatu hari, jika ada kuncinya (sudah ditemukan lagi) dia akan menuntunku menuju kemahnya yang hangat dan benderang.

(pesan untuk puisi yang pergi)

Lalu aku berkata:

Nah maka, dengan puisi, aku bermaksud menyampaikan pemberitahuan, bahwa kita itu punya potensi yang dapat digali melalui kesadaran, dijabarkan dengan kewarasan, dan disikapi dengan kewajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun