Mohon tunggu...
Doddi Ahmad Fauji
Doddi Ahmad Fauji Mohon Tunggu... Editor - Jurnalis Mandiri, penulis puisi, aktivis tani ternak

Another Voice

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Pandemi

23 Mei 2021   02:43 Diperbarui: 23 Mei 2021   02:45 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Berapa judul puisi mesti kurangkum
dari rasa perih dan putus asa

Sungguh tak patut berlarut-larut

Bumi lebih nelangsa dan piatu
di mana ibukota lebih kejam dari ibu tiri
kerusakan paling parah di muka bumi
direncanakan oleh bengis orang kota

Remah-remah cintaku berpendaran
tak kenal musim dan waktu
kepada-mu yang berpipi seperti apel

Melintasi sungai waktu yang mengering
saat pasar kagetan menghilang sendiri
tiba-tiba puisiku tak berdaya
bahkan untuk melipur lara diri

Tapi bumi lebih piatu
dan sering berduka

Bandung, 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun