Mohon tunggu...
doan aji prianto
doan aji prianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Hidup Tidak Biasa Sensen Septiadi: Hingga Membangun Bisnis

8 Desember 2024   09:23 Diperbarui: 8 Desember 2024   09:29 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sisi akademik, Sensen juga menunjukkan peningkatan. Nilai-nilai akademiknya terus mengalami kenaikan dari semester ke semester. Puncaknya adalah saat ia berhasil diterima di Universitas Padjadjaran melalui jalur SNMPTN. Ia memilih Program Studi Agroteknologi di Fakultas Pertanian sebagai pilihan pertama dan Program Studi Perikanan di universitas yang sama sebagai pilihan kedua. Alasan memilih Perikanan adalah karena perempuan yang ia sukai di masa SMA juga memilih program studi tersebut.

Namun, di balik prestasi dan hobi yang ia jalani, Sensen juga menghadapi sisi kelam masa SMA. Ia sempat terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik sehingga pernah membolos sekolah hingga tujuh kali dalam sebulan. Kebiasaan ini dipicu oleh prinsipnya yang bergantung pada mood. Ketika merasa malas atau sedang emosional, ia memilih untuk tidak memperhatikan pelajaran atau bahkan bermain game di warnet. Meski begitu, Sensen memiliki kebiasaan unik. Saat pulang ke rumah, ia justru belajar dengan serius, seolah menebus waktu yang hilang saat ia membolos.

Ketika berada di bangku SMA, Sensen juga memiliki kisah unik terkait percintaannya. Salah satu peristiwa yang membekas dalam ingatannya terjadi saat ia sering mengobrol dengan seorang perempuan di kelas. Obrolan yang berlangsung intens itu membuat Sensen merasa bahwa perempuan tersebut sangat menyenangkan. Ia pun mulai menyukai perempuan itu. Namun, Sensen adalah tipe orang yang tidak mudah membicarakan perasaannya kepada orang lain. Ia memilih untuk memendam perasaannya sendiri.

Suatu waktu, saat teman-teman satu kelasnya pergi berlibur ke sebuah vila, Sensen memiliki kesempatan untuk lebih dekat dengan perempuan tersebut. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, seperti jajan, berbincang, dan bepergian bersama selama liburan. Kedekatan itu semakin memperkuat rasa sukanya terhadap perempuan tersebut. Namun, di sisi lain, ada temannya yang juga menyukai perempuan yang sama. Sensen, dengan besar hati, memilih untuk membantu temannya mendekati perempuan itu karena ia tidak ingin persahabatannya hancur hanya karena urusan perasaan. Meski Sensen sering menghabiskan waktu bersama perempuan tersebut, seperti belajar di tempat les yang sama dan bepergian bersama, semuanya berubah setelah mereka lulus SMA. Hubungan yang awalnya dekat menjadi renggang, hingga akhirnya mereka kehilangan kontak tanpa alasan yang jelas.

Saat SMA, Sensen sebenarnya memiliki cita-cita menjadi seorang polisi. Ia sudah mempersiapkan berbagai hal, mulai dari berkas administrasi hingga latihan fisik. Namun, pada akhirnya, ia harus mengubur impian tersebut karena ia diterima melalui jalur SNMPTN di Universitas Padjadjaran. Berdasarkan aturan, jika ia menolak jalur undangan tersebut, hal itu akan berdampak buruk bagi sekolahnya. Sensen tidak ingin membuat masalah bagi pihak sekolah, sehingga ia memutuskan untuk menerima kesempatan tersebut.

Ketika memilih jurusan di SNMPTN, Sensen sebenarnya hanya sekadar mencari aman. Pilihan pertamanya adalah Agroteknologi, sementara pilihan keduanya adalah Perikanan. Ia tidak memiliki banyak pengetahuan tentang kedua jurusan tersebut, tetapi ia memilihnya karena terdorong oleh alasan praktis dan emosional. Meski begitu, ia diterima di Fakultas Pertanian, Program Studi Agroteknologi.

Awal masa kuliahnya cukup berat. Ketika menjalani ospek, Sensen merasakan tekanan yang besar. Ospek di jurusannya masih cukup keras, dengan banyak aturan dan tuntutan untuk membangun kebersamaan satu angkatan. Ia sempat merasa bingung dan hampir kehilangan arah, terutama karena ia tidak mengetahui apa yang akan dipelajari di Agroteknologi atau apa prospek karier di masa depan. Namun, sebuah seminar motivasi yang ia ikuti di awal masa kuliah menjadi titik balik baginya. Dalam seminar itu, ia diajarkan bahwa kuliah bukan hanya soal ilmu akademik, tetapi juga tentang membangun relasi dan mengembangkan soft skill.

Motivasi tersebut membuat Sensen mencoba memandang segala sesuatu dengan lebih positif. Ia mulai berpikir bahwa apa pun yang ia jalani, termasuk hal-hal yang tidak menyenangkan, pasti memiliki manfaat di kemudian hari. Di semester pertama, ia banyak menghabiskan waktu untuk mengikuti ospek. Meski berat, ia mulai merasa terhubung dengan teman-temannya melalui norma-norma yang ditanamkan selama ospek, seperti nilai kebersamaan yang sering disebut dengan istilah "tidak makan tulang kawan." Prinsip ini mengajarkan bahwa ketika teman sedang mengalami kesulitan, seluruh kelompok harus saling mendukung, begitu pula sebaliknya.

Pada semester kedua, Sensen mulai merasakan bagaimana sibuknya menjadi mahasiswa. Ia menghadapi jadwal kuliah yang padat dengan banyak mata kuliah yang harus dikuasai. Selain itu, ia juga terlibat dalam berbagai organisasi di kampus, yang semakin menyita waktu dan energinya. Akibatnya, beberapa hobinya, seperti bermain musik dan futsal, sempat terhenti sementara. Meski harus mengorbankan kegemarannya, Sensen merasa bahwa semua kesibukan tersebut memiliki manfaat besar untuk masa depannya.

Memasuki semester keempat, Sensen mulai bekerja sebagai pelayan di sebuah kedai kopi bernama Janji Joni yang terletak di Jatinangor. Ia mengambil pekerjaan ini untuk membantu orang tuanya secara finansial, mengingat kondisi keluarganya yang membutuhkan tambahan pemasukan setelah ayahnya pensiun. Sayangnya, pekerjaan ini tidak berlangsung lama karena dampak pandemi COVID-19. Setelah dua bulan bekerja, ia harus menerima kenyataan bahwa kontraknya diputus karena situasi ekonomi yang sulit pada masa itu. Pandemi juga menyebabkan gangguan besar dalam kegiatan perkuliahan. Proses belajar yang awalnya dilakukan secara tatap muka diubah menjadi daring, yang berlangsung selama hampir dua tahun. Perubahan ini membuat banyak pembelajaran praktik yang seharusnya dilakukan di lapangan menjadi tertunda atau bahkan terlewatkan.

Pada semester keenam, Sensen mendapatkan kesempatan untuk magang di sebuah kebun kopi. Pengalaman magang ini sangat berat, bahkan mendekati kondisi yang menyerupai perjuangan fisik seorang kuli. Sensen dan teman-temannya harus tidur di sebuah gubuk kecil di tengah kebun kopi. Gubuk tersebut sangat sempit sehingga mereka harus berdesakan seperti ikan pindang setiap malam. Namun, meski penuh tantangan, pengalaman ini justru memperdalam ketertarikan Sensen terhadap dunia kopi. Ia mempelajari banyak hal, mulai dari proses budidaya kopi di kebun hingga bagaimana mengolah dan menyajikannya di sebuah kedai kopi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun