Mohon tunggu...
doan aji prianto
doan aji prianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kolaborasi Prabowo Gibran: Kolaborasi antara Senior dan Junior dalam Membangun Negri

5 November 2024   13:35 Diperbarui: 5 November 2024   13:35 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KOLABORASI SENIOR DAN JUNIOR DALAM MEMBANGUN NEGRI

Prabowo Subianto Djojohadikusumo, lahir pada 17 Oktober 1951 di Jakarta, adalah seorang politikus, pengusaha, dan jenderal purnawirawan TNI. Ia merupakan presiden Indonesia kedelapan yang mulai menjabat pada 20 Oktober 2024, setelah sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pertahanan dari 2019 hingga 2024 di bawah Presiden Joko Widodo. Prabowo berasal dari keluarga terpandang; ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo, adalah seorang ekonom terkemuka yang pernah menjabat sebagai menteri di era pemerintahan Soekarno dan Soeharto. Ia tumbuh dalam lingkungan yang disiplin dan berpendidikan tinggi, yang membentuk karakter dan pandangannya terhadap negara12. Karier militer Prabowo dimulai setelah lulus dari Akademi Militer Nasional pada tahun 1974, di mana ia bertugas di Pasukan Khusus (Kopassus) dan kemudian memimpin Komando Cadangan Strategis (Kostrad) pada tahun 1998. Meskipun kariernya cemerlang, ia dihadapkan pada kontroversi terkait dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang mengakibatkan larangan masuk ke Amerika Serikat. Setelah keluar dari militer, Prabowo terjun ke dunia bisnis dan menjadi pengusaha sukses dengan mengelola berbagai perusahaan. Ia juga aktif dalam politik sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, mencalonkan diri dalam pemilihan presiden beberapa kali sebelum akhirnya terpilih sebagai presiden

Gibran Rakabuming Raka, lahir pada 1 Oktober 1987 di Surakarta, adalah putra sulung Presiden Joko Widodo. Ia menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Orchid Park di Singapura sebelum melanjutkan studi di Management Development Institute of Singapore dan University of Technology Sydney, Australia. Sebelum terjun ke dunia politik, Gibran dikenal sebagai pengusaha sukses dengan beberapa bisnis, termasuk katering Chilli Pari dan jaringan martabak Markobar. Karier politiknya dimulai ketika ia terpilih sebagai Wali Kota Surakarta pada tahun 2021, menjadikannya wali kota termuda dalam sejarah kota tersebut. Pada tahun 2024, Gibran diangkat sebagai Wakil Presiden Indonesia, menjadikannya wakil presiden termuda sepanjang sejarah negara. Keputusan ini diambil setelah Mahkamah Konstitusi mengubah ketentuan usia minimum untuk calon wakil presiden, yang memungkinkan Gibran untuk mencalonkan diri meskipun usianya masih di bawah 40 tahun

Terpilihnya pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada Pemilu 2024 dapat dipahami karena kombinasi unik dari latar belakang mereka dan juga dari Strategi kampanye mereka melibatkan penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam iklan politik yang kreatif dan fresh, menarik dukungan generasi muda Indonesia. Dengan presensi aktif di media sosial dan strategi komunikasi yang efektif, pasangan ini berhasil meningkatkan citra dan popularitas mereka, serta membangun suara dari berbagai kalangan masyarakat.

Dinamika kepemimpinan di era modern menghadirkan fenomena menarik tentang kolaborasi lintas generasi dalam pemerintahan. Bayangkan saat seorang pemimpin senior yang kaya pengalaman duduk berdampingan dengan wakil yang lebih muda dan enerjik. Perpaduan semacam ini bukan sekadar kebetulan, melainkan cerminan kebutuhan zaman akan keseimbangan antara kebijaksanaan dan inovasi. Di beberapa negara, kita bisa melihat bagaimana presiden yang sudah malang melintang di dunia politik berkolaborasi dengan wakil presiden yang membawa cara pandang segar. Si senior membawa pengalaman puluhan tahun dan jaringan luas, sementara yang muda hadir dengan pemahaman mendalam tentang teknologi dan aspirasi generasi kekinian. Mereka saling melengkapi, seperti puzzle yang menemukan pasangannya.

Tantangan memang selalu ada. Kadang perbedaan cara pandang dan gaya komunikasi bisa memicu gesekan. Tapi justru di sinilah letak uniknya. Ketika presiden yang matang dalam menghadapi gejolak politik bisa belajar cara baru berkomunikasi lewat media sosial dari wakilnya, atau sebaliknya, wakil presiden muda mendapat wejangan berharga dari pengalaman hidup sang presiden. Ini bukan sekadar transfer pengetahuan, tapi lebih pada saling menghargai kearifan masing-masing generasi. Yang lebih menarik lagi, kolaborasi semacam ini menciptakan jembatan antara kelompok pemilih yang berbeda. Pemilih senior merasa terwakili oleh sosok yang mereka kenal dan percayai, sementara generasi muda melihat harapan perubahan dari wakil yang seusia dengan mereka. Inilah yang membuat kombinasi lintas generasi dalam kepemimpinan eksekutif menjadi formula yang semakin populer di berbagai belahan dunia.

Dalam dimensi kepemimpinan senior, pengalaman bertahun-tahun telah menempa kemampuan membaca situasi dan mengambil keputusan dengan lebih bijak. Mereka sudah menghadapi berbagai krisis, mengelola konflik, dan membangun jaringan yang luas. Pemimpin senior biasanya lebih tenang dalam menghadapi tekanan, karena sudah melewati berbagai "medan pertempuran" politik. Kemampuan bernegosiasi dan memahami dinamika birokrasi yang kompleks menjadi nilai plus mereka. Mereka juga memiliki pemahaman mendalam tentang sejarah kebijakan dan bisa menghindari pengulangan kesalahan masa lalu. Di sisi lain, pemimpin yang lebih muda membawa semangat perubahan dan cara pandang yang lebih segar. Mereka lebih cekatan dalam mengadopsi teknologi baru dan memahami tren digital yang sedang berkembang. Keberanian mereka dalam mempertanyakan status quo dan mendorong reformasi birokrasi menjadi energi yang dibutuhkan untuk pembaruan sistem. Pemimpin muda juga lebih dekat dengan aspirasi generasi milenial dan Gen Z, sehingga bisa menjembatani kesenjangan antara pemerintah dan warga muda. Pendekatan mereka yang lebih terbuka dan kolaboratif, ditambah dengan kemampuan memanfaatkan media sosial, membuat komunikasi kebijakan menjadi lebih efektif dan menjangkau berbagai lapisan masyarakat.

Perspektif tradisional dalam kepemimpinan menekankan nilai-nilai yang sudah mengakar seperti musyawarah, gotong royong, dan penghormatan pada hierarki. Para pemimpin yang menganut cara pandang ini percaya bahwa perubahan perlu dilakukan secara bertahap dan penuh pertimbangan. Mereka sangat menghargai proses tatap muka langsung dalam pengambilan keputusan dan memandang penting ritual-ritual formal sebagai bagian dari legitimasi kepemimpinan. Bagi mereka, membangun kepercayaan butuh waktu dan harus didasari oleh track record yang jelas, bukan sekadar janji-janji manis di atas kertas.

Sementara itu, pendekatan modern membawa angin segar dengan mengedepankan efisiensi, transparansi, dan keterlibatan publik yang lebih luas. Pemimpin bergaya modern lebih suka mengambil keputusan berdasarkan data dan analisis mendalam, ketimbang sekadar mengikuti kebiasaan lama. Mereka tidak ragu menggunakan platform digital untuk berkomunikasi langsung dengan masyarakat dan membuka ruang dialog yang lebih cair. Birokrasi yang berbelit-belit mulai disederhanakan, digantikan dengan sistem yang lebih ramah pengguna dan berbasis teknologi.

Yang menarik, ketika kedua cara pandang ini bertemu, sering kali justru menciptakan formula yang pas. Contohnya, ketika rapat kabinet bisa digelar secara hybrid - menggabungkan pertemuan tatap muka dengan konferensi virtual - sambil tetap menjaga esensi musyawarah yang bermartabat. Atau saat program bantuan sosial tradisional didigitalisasi tanpa menghilangkan unsur gotong royong masyarakat dalam pelaksanaannya. Keseimbangan semacam ini membuktikan bahwa nilai-nilai lama dan baru bisa berjalan seiring, saling menguatkan, bukan malah saling menegasikan. Kesempatan modernisasi pemerintahan di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dipandang cukup tinggi. Kombinasi antara pengalaman Prabowo sebagai mantan jenderal dan pemahaman Gibran sebagai perwakilan generasi muda memberikan potensi untuk mengimplementasikan kebijakan yang inovatif dan responsif terhadap tantangan zaman. Visi pemerintahan mereka berfokus pada pembangunan berkelanjutan, peningkatan kualitas pendidikan, dan pemberantasan korupsi, yang semuanya memerlukan pendekatan modern dan adaptif.

Perbedaan usia yang terpaut 41 tahun antara Prabowo dan Gibran memang menjadi sorotan dalam dinamika komunikasi mereka. Namun, hal ini justru bisa menjadi modal berharga bila dikelola dengan tepat. Prabowo yang telah malang melintang di dunia politik bertemu dengan Gibran yang membawa perspektif segar dunia digital, menciptakan kombinasi unik dalam kepemimpinan nasional. Mengatasi kesenjangan komunikasi bisa dimulai dari hal-hal mendasar. Prabowo yang terkenal dengan gaya formal mulai mengadopsi pendekatan yang lebih lentur saat berdiskusi dengan Gibran. Sebaliknya, Gibran belajar memahami protokol dan timing yang tepat saat menyampaikan gagasan ke seniornya. Ada kalanya Prabowo memerlukan penjelasan lebih rinci tentang inovasi digital, sementara Gibran perlu mencerna pengalaman berharga dari rekam jejak politik Prabowo.  Kolaborasi keduanya dalam berkomunikasi dengan publik menciptakan paduan yang menarik. Prabowo dengan gaya retorika yang khas dan berwibawa sangat tepat untuk forum-forum kenegaraan. Di sisi lain, Gibran dengan bahasa yang lebih ringan dan aktual menjadi penghubung komunikasi dengan generasi milenial dan Gen Z. Mereka bisa menghadirkan konten kolaboratif yang memadukan kedua karakteristik ini - misalnya dalam bentuk dialog publik yang substansial namun tetap mengikuti perkembangan zaman.

Keberhasilan mengatasi hambatan komunikasi terletak pada kesediaan untuk saling memahami dan melengkapi. Prabowo menunjukkan keterbukaan untuk mempelajari hal baru dari generasi muda, sementara Gibran memahami kapan harus mendengarkan dan menyerap kebijaksanaan dari seniornya. Pendekatan ini bukan sekadar menyelesaikan kendala komunikasi, tetapi lebih pada bagaimana mengubah perbedaan menjadi kekuatan dalam membangun kerja sama yang lebih efektif. Kombinasi antara pengalaman Prabowo dan energi Gibran menciptakan harmoni yang diharapkan dapat menjawab tantangan-tantangan besar yang dihadapi bangsa saat ini. Keduanya membawa visi dan misi yang saling melengkapi, dengan Prabowo fokus pada aspek keamanan dan stabilitas, sementara Gibran mengusung ide-ide progresif untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Masyarakat Indonesia memiliki harapan besar terhadap kepemimpinan Prabowo-Gibran. Mereka berharap pasangan ini dapat mengatasi masalah mendesak seperti kemiskinan, pengangguran, pendidikan, dan kesehatan. Harapan ini mencerminkan keinginan akan kombinasi pengalaman Prabowo yang teruji dengan inovasi Gibran. Masyarakat juga menginginkan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan serta kebijakan pro-rakyat. Masyarakat yakin bahwa kepemimpinan mereka akan membawa perubahan positif bagi kesejahteraan bersama. Sinergi antara Prabowo dan Gibran menjadi kunci dari "harmoni" dalam kepemimpinan mereka. Pengalaman Prabowo memberikan landasan strategis bagi kebijakan-kebijakan yang akan diambil, sementara Gibran membawa perspektif segar dari generasi muda.

Lembaga survei Indikator Politik merilis survei terkait keyakinan dan ekspektasi publik terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran. Tingkat keyakinan publik terhadap Prabowo mencapai 85,3%. Survei dilakukan selama 10-15 Oktober 2024. Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini, jumlah sampel sebanyak 1.200 orang. Asumsi margin of error sekitar 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih. Dalam sumber-sumber yang ada, penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 60% masyarakat Indonesia menginginkan perubahan menuju pemerintahan yang lebih transparan dan akuntabel, mencerminkan harapan tinggi terhadap inovasi dalam kebijakan publik. Dengan dukungan dari generasi muda dan tokoh senior dalam kabinet, serta fokus pada isu-isu penting seperti ketimpangan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan, pemerintahan Prabowo-Gibran memiliki peluang besar untuk membawa perubahan positif bagi Indonesia dalam lima tahun ke depan. Pemerintahan Prabowo-Gibran berkomitmen untuk mengatasi tantangan ketimpangan ekonomi dengan mendorong investasi di sektor UMKM dan industri hijau. Selain itu, mereka juga menekankan pentingnya pendidikan dan kesehatan yang berkualitas untuk semua lapisan masyarakat. Harapan masyarakat terhadap pemerintahan ini tercermin dalam hasil survei yang menunjukkan lebih dari 60% responden menginginkan pemerintahan yang lebih transparan dan akuntabel. Dengan kombinasi pengalaman Prabowo dan inovasi Gibran, diharapkan mereka dapat menciptakan kebijakan yang tidak hanya responsif terhadap kebutuhan masyarakat tetapi juga berkelanjutan dalam jangka panjang.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menjelaskan bahwa konsep public confident biasanya kita tanyakan sebelum presiden terpilih resmi menjabat presiden. Ternyata keyakinan publik terhadap Prabowo begitu tinggi. Namun Burhanuddin mengingatkan bawah keyakinan publik ini bisa menjadi pisau bermata dua. Sebab, jika pemerintahan Prabowo gagal memenuhi ekspektasi publik, kekecewaannya juga bisa berat. "Seperti pisau bermata dua sebenarnya, di satu ini menunjukkan legitimasi dan modal politik Pak Prabowo yang sangat besar. Tapi di sisi lain, itu juga bisa menjadi penanda kalau misalnya pemerintahan Prabowo gagal memenuhi ekspektasi publik, tingkat kekecewaannya juga jauh lebih berat," ujarnya.

Harapan untuk Indonesia ke depan dalam kepemimpinan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sangat optimis, terutama setelah pelantikan mereka pada 20 Oktober 2024. Masyarakat berharap pasangan ini mampu membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek, termasuk ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Visi pemerintahan mereka adalah mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkeadilan, dengan fokus pada pembangunan berkelanjutan yang mengutamakan kesejahteraan rakyat dan pemeliharaan lingkungan hidup. Harapan untuk pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia sangat beragam, mencerminkan ekspektasi masyarakat yang tinggi terhadap kepemimpinan mereka. Salah satu harapan utama adalah agar Prabowo dan Gibran dapat membuka ruang demokrasi yang lebih luas, memungkinkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, menekankan pentingnya keterlibatan publik dalam menyampaikan masukan dan kritik yang konstruktif, sehingga pemerintahan mereka dapat lebih responsif terhadap kebutuhan rakyat.

Dalam konteks pembangunan ekonomi, masyarakat berharap Prabowo-Gibran mampu melanjutkan fondasi yang telah dibangun oleh presiden-presiden sebelumnya dan menghadirkan solusi konkret untuk tantangan yang ada. Dengan Gibran yang dikenal dekat dengan generasi muda, diharapkan pasangan ini dapat memanfaatkan potensi bonus demografi Indonesia untuk menciptakan lapangan kerja baru dan inovasi yang relevan dengan perkembangan zaman. Melibatkan generasi muda dalam kebijakan publik diharapkan dapat membawa perspektif segar dan ide-ide kreatif yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, harapan juga diarahkan pada kemampuan Prabowo-Gibran untuk menjaga stabilitas politik dan sosial di Indonesia. Mengingat tantangan yang dihadapi, seperti potensi konflik antar partai politik dan isu-isu sensitif terkait politik dinasti, penting bagi mereka untuk membangun koalisi yang solid dan inklusif. Hal ini tidak hanya akan memperkuat posisi mereka dalam pemerintahan, tetapi juga menciptakan iklim politik yang kondusif bagi pembangunan nasional. Masyarakat menginginkan pemimpin yang mampu merangkul semua pihak dan menciptakan harmoni di tengah perbedaan.

Akhirnya, harapan besar juga terletak pada integritas dan komitmen Prabowo-Gibran untuk menjalankan pemerintahan yang bersih dari korupsi serta mengedepankan prinsip-prinsip keadilan sosial. Dengan latar belakang Prabowo sebagai mantan jenderal dan Gibran sebagai tokoh muda, masyarakat berharap mereka dapat mengimplementasikan kebijakan yang tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi juga memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Keberhasilan mereka dalam memenuhi harapan ini akan sangat menentukan legitimasi dan keberlanjutan kepemimpinan mereka di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun