Sedangkan lebih dari itu, dari peristiwa Isra Mi'raj sebenarnya pesan yang paling fundamental adalah merupakan batu ujian bagi sekalian manusia untuk mempercayai atau tidak mempercayai Nabi Muhammad saw secara total.Â
Sebab cerita mengenai kedahsyatan dan keluarbiasaan perjalanan Isra Mi'raj itu sendiri sesungguhnya menjadi salah satu dari banyak sekali tanda-tanda ke-Maha Besar-an serta ke-Maha Kuasa-an Allah swt yang sesungguhnya dapat disaksikan kapanpun dan dimanapun.
Sebagaimana diriwayatkan bahwa berita tentang peristiwa perjalanan Nabi saw tersebut ketika disampaikan kepada khalayak khususnya umat muslim sendiri saat itu sebagian dari mereka sempat meragukan kebenaran dari kejadian tersebut.Â
Maklum pada waktu itu baik ilmu pengetahuan maupun perkembangan teknologi khususnya di bidang transportasi jauh dari kemungkinan jarak dari Masjid Al-Haram di kota Mekah ke Masjid Al-Aqsha di kota Jerusalem dapat ditempuh dalam tempo satu malam pergi pulang.Â
Sampai-sampai untuk menunjukkan akan kebenaran peristiwa perjalanan malam tersebut Nabi saw harus menyebutkan banyaknya jumlah pintu Masjid Al-Aqsha untuk membuktikan melalui penalaran sehat bahwa malam itu beliau benar-benar telah berkunjung ke sana. Padahal sebelumnya satu kali pun beliau belum pernah berkunjung ke tempat tersebut.Â
Hanya saja, peristiwanya bukan hanya Isra sebagaimana disebutkan dalam Alquran dan paling sering dijadikan rujukan utama untuk mengenang kembali kajadian luar biasa tersebut, melainkan ada peristiwa berikutnya, yakni Mi'raj, yang sesungguhnya  merupakan hal yang gaib (QS 2:3) namun selama ini rujukan dan uraian yang kerapkali dikembangkan justru lebih banyak mengacu pada Hadist yang notabene autentitas dan kredibelitasnya tentu saja tidak seperti Alquran.Â
Padahal dalil naqly yang memaparkan tentang peristiwa mi'raj sesungguhnya Alquran juga mencantumkan dan memberitakannya. Hanya saja, di ayat tersebut tidak disebutkan secara spesifik dan jelas, Mi'raj, sebagaimana halnya Isra.
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar
An-Najm 13-18
Akan halnya peritiwa Mi'raj dikaitkan dengan perintah salat wajib lima waktu, dari manapun sumber dan latar balakangnya sesungguhnya sudah sesuai dengan dan memenuhi fungsi Hadist sebagai penjelas dan penafsir Alquran. Karena perintah salat itu sendiri secara garis besar memang disebutkan dalam Alquran.
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku