Sebagaimana diketahui Adam as diciptakan tidak melalui proses bertemunya spermatozoa seorang lelaki sebagai ayah dan indung telor dari seorang perempuan sebagai ibu. Adam as diciptakan Tuhan dari tanah, tidak diceritakan apakah sebelumnya ada proses "negosiasi" atau tawar menawar tentang kesiapan dan kesediaan Adam as untuk menjadi manusia. Yang ada malah riwayat tentang sebuah dialog "negosiasi" antara Tuhan dan Iblis ketika Iblis menolak perintah Tuhan untuk bersimpuh kepada Adam as.Â
Simak juga: Asmaul Husna
Ketika ditanya atau mungkin lebih tepatnya dipertanyakan oleh Malaikat tentang rencana dan maksud Tuhan untuk menciptakan suatu makhluk "baru", yang kemudian ternyata bernama Adam itu, Tuhan hanya menjawab kepada Malaikat: "Sesungguhnya Aku lebih Mengetahui apa yang tidak engkau ketahui". Dan perlu dicatat bahwa pertanyaan Malaikat tersebut muncul tak lain disebabkan karena Tuhan sebelum menciptakan Adam as pernah menciptakan suatu makhluk tetapi kemudian dimusnahkan karena dinlai sebagai "proyek yang gagal".Â
Apakah kemudian dapat dikatakan bahwa Tuhan di dalam menciptakan juga melalui proses uji coba atau ekperimen? Tak ubahnya ketika manusia membuat pesawat luar angkasa, misalnya? Riwayat tersebut sesungguhnya dapat menjadi jawabannya. Lagi-lagi menurut hemat saya, di sinilah barangkali maksud dan makna sesungguhnya dari firman Tuhan yang menyebutkan bahwa "Tidaklah kehidupan dunia melainkan permainan dan gurauan" (QS 6:32). Dari uraian singkat secara garis besar tersebut, pelajaran dan kesimpulan apa yang dapat ditarik? Jawabannya silakan masing-masing cari melalui pertanyaan berikut:
- Â Siapakah yang berani atau dapat menyangkal kalau di hadapan Zat Yang Maha Bijaksana dan Maha Adil di akhirat nanti Tuhan justru mengulurkan Tangan KasihNya kepada manusia-manusia yang terlahir sengsara dan papa itu?
- Siapa yang mengira bahwa sabda Nabi saw tentang orang fakir potensial untuk menjadi kafir (tertutup dari kebenaran karena saking atau kelewat menderitanya) sesungguhnya dan sangat boleh jadi bukan maksud beliau untuk menyumpahi orang fakir, akan tetapi bukankah justru (mestinya) menjadi peringatan dan tamparan keras bagi kaum empunya?
Allah swt Maha Mengetahui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H