Sebahagian mengatakan bisa menulis dengan cara belajar sendiri (autodidak) dan rajin berlatih, bahkan memulai sejak masih duduk di bangku SMP. Menulis gampang berbeda dengan gampang menulis seperti yang digunakan dalam judul tulisan ini. Gampang menulis bisa berarti apa saja ditulis atau kerapkali menulis.Â
Seperti makna pada ungkapan gampang sakit. Mengikuti gaya humor pelawak di program acara Democrazy di salah satu stasiun televisi swasta beberapa tahun lalu mungkin "lebih kena" atau pas dengan ungkapan khasnya: "Sedikit-sedikit menulis. Sedikit-sedikit menulis. Menulis kok sedikit?!.."
Bagi penulis yang produktif, agaknya perlu sesekali melakukan refleksi dan kontemplasi, untuk kemudian meluruskan dan merumuskan kembali niat, motivasi, dan tujuan menulis, sambil senantiasa menyimak dan memahami semua realitas dan perubahan lingkungan. Namun demikian bagi sebagian kalangan menulis itu bukan perkara mudah.Â
Sebagaimana yang diamati oleh salah seorang kompasianer beberapa waktu lalu yang mengungkapkan bahwa tak sedikit orang dengan latar pendidikan pascasarjana, alih-alih menunjukkan kualitas performa justru tak satu pun tulisan lepas apalagi berbentuk buku yang dihasilkan dari tangannya, baik karena alasan kemampuan, kemauan, kesempatan, atau siapa tahu--dilema.Â
Namun bagian penting yang perlu diketahui dan disadari bahwa  eksistensi dalam berbagai bidang prosesnya berjalan secara alami, mengikuti kaidah atau "hukum pasar", begitu kata ahli marketing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H