Mohon tunggu...
Rudy
Rudy Mohon Tunggu... Editor - nalar sehat N mawas diri jadi kata kunci

RidaMu Kutuju

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gaduh UU Pilkada

12 September 2014   23:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:51 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuhan Maha Demokratis

Prinsip utama demokrasi adalah penghormatan terhadap kebebasan individu (hak hidup, hak menyatakan pendapat dan berekspresi). Konsep demokrasi pada awalnya digagas dan dicetuskan oleh Voltaire, seorang filsuf asal Prancis yang hidup pada abad ke-18. Belakangan Amerika Serikat mengklaim dirinya sebagai pendekar dan penegak demokrasi. Belum banyak yang mengemukakan dan mengulas bahwa konsep demokrasi sesungguhnya telah ada sebelum manusia “turun” ke dunia, seiring dengan kisah terusirnya Adam dan isterinya Hawa dari taman sorga. Hal itu dapat ditelisik bila mengikuti suatu segmen dialog ruhani antara Tuhan dengan Malaikat dan Iblis bagaimana Tuhan mempertunjukkan sikap atau sifat demokrasi-Nya, yang dengan “rendah hati” memberi kesempatan kepada iblis untuk mengemukakan “asiprasi” dan menyatakan pendapatnya sebagaimana diriwayatkan dalam Al-Quran (QS 7:12-18) Tuhan berfirman: “Apa yang menghalangimu untuk tunduk pada perintahKu agar kalian bersujud (kepada Adam)?”. Tak hanya itu, bila dicermati pada dialog selanjutnya dalam surat tersebut bahkan terjadi semacam “negosiasi” antara Tuhan dan iblis. Sebuah bukti nyata betapa luar biasa Tuhan menghargai makhlukNya! Sikap demokratis Tuhan itu lagi-lagi ditunjukkan pada rentang waktu kemudian lewat sebuah dialog dengan Nabi Ibrahim as sebagaimana diriwayatkan dalam AlQuran (2:260). Sekalipun dalam ungkapan yang lebih keras Ibrahim as seperti “mengkritisi” eksistensi dan kekuasaan Tuhan sedikit “kurang ajar” dengan mengajukan pertanyaan: “bagaimana Engkau menghidupkan (kembali) dari (ke)mati(an?”. Namun lagi-lagi sungguh luar biasa, seperti diriwayatkan, Tuhan dengan “telaten” dan “murah hati” tetap “meladeni”. dan menjelaskannya.

Semenjak peristiwa itu, bukan hanya sebagai “bapak” para nabi (istilah yang sama digunakan untuk memberi julukan presiden RI ke-2 Soeharto sebagai “bapak pembangunan”), namun lebih dari itu sesungguhnyalah Nabi Ibrahim as lebih layak untuk disebut sebagai pelopor demokrasi. Hal itu dapat dibuktikan ketika beliau pertama-tama menerapkan ajaran demokrasi itu dalam keluarganya sendiri. Dikisahkan saat beliau hendak melaksanakan mimpi benarnya untuk menyembelih anak sendiri yang amat disayanginya Ismail as dengan terlebih dahulu meminta dan menanyakan pendapat kepada anaknya tersayang:“ ..apa pendapatmu?” sebagaimana diriwayatkan AlQuran (QS 37:102).

Kalau demikian, masihkah mereka tetap bersikeras dengan keinginan dan “nafsu”nya?

“SEKELOMPOK ORANG” DI SENAYAN YANG MERASA DIRINYA BAK “PEMILIK NEGERI INI” KONON SEDANG SIBUK MENYUSUN RENCANA BAGAIMANA CARANYA AGAR BISA MERAMPAS DAN MEMBAJAK HAK PARTISIPASI MASYARAKAT KEPADA NEGERINYA. BAHKAN BUKAN SAJA HAK MASYARAKAT YANG HENDAK DIRENGGUT, BAHKAN LEBIH DARI ITU HENDAK MELAMPAUI HAK TUHAN. KARENA PADA WAKTU LALU SEBAGIAN DI ANTARA MEREKA ADA YANG RAJIN SEKALI MENGUTIP SLOGAN DARI PRANCIS, NEGARA ASAL DEMOKRASI YANG SANGAT MASYHUR ITU: “VOX POPULEI VOX DEI” (SUARA RAKYAT SUARA TUHAN). BAGAIMANA MENURUT ANDA??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun