Mohon tunggu...
DNyota
DNyota Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu yang selalu ingin belajar dan belajar terus bahagia dalam segala hal kehidupan

Bismillah kembali belajar menuangkan rasa dan kebermanfaatan

Selanjutnya

Tutup

Book

KEMI 2 #Reviewbuku #22

2 September 2024   08:25 Diperbarui: 2 September 2024   08:25 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul: KEMI 2 ( Menyelusuri Jejak Konspirasi )
Penulis: Adian Husaini
Penerbit: Gema Insani Press
Tahun: 2012
Tebal: 253  halaman

Alkisah dalam KEMI, santri cerdas (Ahmad Sukaimi) terjerumus dalam jeratan liberalisme atas dorongan Farhan, kakak kelas Kemi di Pondok. Namun nasib Kemi berujung tragis. Ia disiksa donaturnya sendiri karena dianggap gagal menjalankan misi.

Kini, KEMI 2 berkisah tentang dalang dari penculikan Kemi oleh dokter gadungan dari Rumah Sakit dan dikirim ke pusat pengobatan yang lebih canggih.

Pergulatan antara Islam dan liberalisme memasuki babak seru yang melibatkan aktor penting bernama Doktor Rajil, pengamat politik terkenal, dan Habib Marzuki, pegiat Islam yang dicap garis keras. Kelihaian Doktor Rajil merekayasa proyek liberalisme  berbenturan dengan suara hati putri kecilnya sendiri yang suatu ketika merajuk pada sang ayah, "Orang liberal itu suka jualan agama, mengajarkan semua agama benar, menghalalkan yang diharamkan Allah, dan suka berkawan dengan orang kafir sambil menjelek-jelekkan orang-orang islam. Pokoknya pa, orang liberal itu sifatnya seperti orang-orang munafifk, yang di Al Qur'an dikatakan akan dimasukkan ke jurang neraka. Papa bukan orang liberal kan, Pa? "
" Memangnya kenapa?"
"Pokoknya Papa jangan liberal, ya... Putri takut, Pa...nanti Papa masuk neraka! Janji ya, Pa! Papa enggak liberal!"

Bagian akhir Siti berdebat dengan aktivis gender terkenal doktor demiwan Ita di gedung DPR. Perdebatan yang luar biasa hingga moderatorpun tidak menyimpulkan namun menyerahkan kesimpulan seluruhnya pada audiens yang hadir saat itu. Dan ternyata Rahmatpun hadir disana. Sepertinya degup yang sama dirasakan oleh Siti dan Rahmat. Akankah merasa bersatu dalam rajut pernikahan? Dan akankah doktor Rajil bertaubat dari jerat liberalisme?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun