Mohon tunggu...
Manda Danastri
Manda Danastri Mohon Tunggu... -

Manusia hidup yang masih sekolah. Suka apapun yang bisa dibaca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sudahkah Kita...

30 Agustus 2017   09:06 Diperbarui: 30 Agustus 2017   09:22 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seperti yang kita ketahui, Nusantara yang kita cintai ini berbentuk negara kepulauan. Ribuan pulau yang ada di negeri ini disambung menjadi satu oleh laut sehingga kita dapat disebut sebagai Indonesia.

Negara dengan segala kekayaannya, negara yang dicintai, negara yang mememukau banyak saksi mata. Negara dengan cita-citanya yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, negara dengan seluruh elemennya yang berusaha keras untuk mencapai cita-cita mulia sebagai negara madani.

Untuk itu Indonesia selalu mengedepankan aspek-aspek Pancasila sebagai pegangan utama dalam bernegara. Sejahtera yang ingin dicapai, melindungi adalah kewajiban seluruh elemen bernegara. Antara pemerintahan dan rakyatnya, rakyat dan sesama masyarakatnya patut bersikap adil sehingga paling tidak, kondisi aman, nyaman dan kondusif dapat tercipta.

Sejalan dengan keinginan menciptakan kondisi aman tersebut kita punya garda terdepan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk mengamankan negara serta Polisi Republik Indonesia (POLRI) untuk mengamankan masyarakat. Setidaknya opini sebagian awam seperti itu.

TNI-AD untuk bumi, TNI-AL untuk laut, TNI-AU untuk angkasa nusantara. Terbagi rata untuk melindungi setiap inci negara ini, untuk menjaga keselamatan warga negara, menjaga di setiap perbatasan terluar dari Sabang sampai Merauke. Pun pasukan-pasukan terbaik untuk melayani dan mengayomi masyarakat tersusun dalam POLRI. Seragam cokelat yang gagah membuat masyarakat merasa aman. 

Usaha pemerintah sudah sempurna demi mencapai segala cita-cita bangsa. Tinggal bagaimana kita masyarakatnya berperan dan bekerja sama dengan program yang dicangangkan. Hal sederhana seperti mematuhi peraturan lalu lintas supaya memininalisir kecelakaan. Supaya aman dalam berkendara.

Tidak membangun rumah di perbatasan laut dan lepas pantai supaya jika sewaktu-waktu terdapat bencana bukan warga yang pertama kali tertimpa. Sampai sedetil itu keselamatan kita dipikirkan dan dipersiapkan.

Tapi mengapa bui masih saja banyak penghuni? Padahal kita punya regulasi sekian detil.

Kembali lagi soal hak asasi manusia. Hak kita dibatasi oleh hak orang lain, saat kita menginginkan sesuatu kita tidak bisa semena-mena menginginkan hal tersebut menjadi milik kita. Misal, kita ingin sebuah motor, maka uang dengan nominal sekian adalah hak dealer tempat motor tersedia. Bukan malah melakukan pembegalan di jalanan sepi, melakukan kejahatan pada orang lain dan melanggar hak milik bagi orang lain. 

Hal-hal tersebut yang menyebabkan bui masih saja terisi. Sebut saja terorisme, sebut saja penculikan, sebut saja kasus-kasus kriminal yang jadi list panjang pihak berwajib. Petugas berwajib sudah berupaya menangani dan melindungi, tinggal bagaimana kita masing-masing mengerti hak dan kewajiban kita.

Hal tersebut menyangkut norma. Bagaimana dengan pemikiran? Sudahkah kita aman dari pemikiran kita sendiri? Pemikiran untuk berlaku jahat, untuk curang, untuk korupsi. Sudahkan kita dan generasi lain aman dari hal-hal tersebut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun