Mohon tunggu...
Devy ND
Devy ND Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer yow

Menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Jurnal Evektivitas Jam Belajar Matematika pada Murid Paud

13 Januari 2022   22:12 Diperbarui: 13 Januari 2022   22:31 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

EVEKTIVITAS JAM BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA PADA MURID PAUD

Devy Nurdiana, Syahira Luqna Aqila M, Fatkhur Syahrul Ramadhan

Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Kiai Haji Ahmad Shiddiq Jember

e-mail: dianadevv49@gmail.com, aqilasyahira@gmail.com, syahrulfatkhur9@gmail.com

ABSTRAK

Aktivitas atau kegiatan belajar mengajar itu bisa kita jadikan dengan tepat andaikan kita meminimalisir dan mencermati waktu yang sia-sia terlewat begitu saja dan ketepatan dalam menyampaikan materi. 

Hal ini sangat berguna untuk pembelajaran karena jika efisiensi pembelajaran berhasil maka akan menghemat waktu, tercapainya tujuan pembelajaran dan alokasi waktu pembelajaran khususnya untuk matematika untuk siswa di pendidikan anak usia dini (PAUD) akan berdampak baik pada pengembangan lebih lanjut jam efisiensi belajar mengajar mengacu pada kurikulum yang berlaku di sekolah, Pembelajaran matematika dan bahasa untuk siswa PAUD di sekolah, dan selama durasi waktu belajar di sekolah PAUD,  juga telah diatur dalam peraturan kurikulum PAUD yang dikeluarkan oleh pemerintah. 

Namun, harus ada efektivitas dalam mencapai hasil belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran yang terorganisir dengan baik akan memastikan bahwa setengah dari kegiatan dilaksanakan dengan sukses. Bagi anak, bagi  tenaga pendidik, penyelenggaraan kegiatan pembelajaran anak usia dini menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam menentukan jadwal belajar mengajar yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan anak.

Kata Kunci: Matematika, Evektifitas, dan Belajar Mengajar.

ABSTRACT

Activities or teaching and learning activities that we can make appropriate if we minimize and observe the wasted time missed and accuracy in delivering material. This is very useful for learning because if the efficiency of learning is successful it will save time, achieving learning goals. And the allocation of learning time, especially for mathematics for Students in early childhood education (early childhood education) will have a good impact on the further development of teaching and learning efficiency hours referring to the curriculum applicable in schools, l Learning mathematics and language for early childhood education students in schools, and for the duration of study time in Early Childhood Education schools, has also been regulated in early childhood education curriculum regulations issued by the government. However, there must be effective in achieving teaching and learning outcomes. Well-organized learning activities will ensure that half of the activities are carried out successfully. For children, for educators, the implementation of early childhood learning activities becomes a challenge in itself, especially in determining teaching and learning schedules that are truly in accordance with the needs of children.

Keywords: Mathematic, Effectiveness, Learning Time

 

PENDAHULUAN 

Struktur pendidikan nasional sudah tertera di Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 yaitu tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 14 menyatakan bahwa upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan anak usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohai agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan anak usia dini adalah bentuk pendidikan yang bertujuan untuk meletakkan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual), emosional ( sikap dan perilaku serta keragaman), bahasa dan komunikasi, tergantung pada keunikan dan tahap perkembangan yang terjadi pada anak usia dini.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ialah pembimbingan bagi anak dari lahir hingga usia enam tahun, yang dilaksanakan dengan memberikan insentif pendidikan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental sehingga anak dipersiapkan untuk pendidikan yang lebih tinggi.

Plus untuk dapat berperan dalam rivalitas global, kita selaku bangsa harus selalu meningkatkan mutu sumber daya kita. Ada sejumlah intensitas yang akan mengubah jaln hidup kita tentang metode belajar (Learning Revolution) begitu juga yang dijabarkan oleh Dryen dalam Siti Irene Astuti bahwa dunia bergerakk sangat cepat melalui persimpangan sejarah yang menentukan.

Dan karena itu, meningkatkan taraf sumber daya manusia yaitu realitas yang direncanakan secara efisien, intensif, efektif, terencana, dan terasah dalam proses pengembangan, jika tidak menginginkan kekalahan bersaing dalam menghadapi era globalitas itu (Dwiningrum: hlm. 79).

Gerakan untuk mengembangkan keterampilan dan kreativitas anak setakar dengan tingkat perkembangan. Dari sudut pandang guru, kualitas ditunjukkan pada bagaimana guru bisa secara maksimal mendukung proses belajar siswa. 

Menurut Djemari Mardapi, setiap guru bertanggung jawab atas keberhasilan belajar siswa dan keberhasilan guru dalam mengajar. Dan selain itupu materi pembelajaran yang relevan dapat memberikan berbagai saran dan berbagai kesempatan belajar (Mardapi: hlm.99-100). 

Aspek iklim pembelajaran, kualitas ditunjukkan sejauh mana lingkungan belajar mendukung terciptanya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menghibur dan bermakna bagi pembentukan profesionalisme pendidikan. Dari sisi pembelajaran, kualitas pembelajaran Media dapat ditunjukkan dengan efektifitas kerja guru dalam menggunakan media pembelajaran untuk meningkatkan intensitas belajar siswa.

Dari sudut pandang fasilitas belajar, kualitas ditunjukkan pada sejauh mana fasilitas fisik berkontribusi dalam menciptakan situasi belajar yang aman dan menyenangkan.Sementara aspek material, kualitas kualitas terlihat dari kesesuaiannya dengan tujuan dan keterampilan yang harus dikurangi siswa.

Kamus Besar Bahasa Indonesia “Efektivitas adalah kata serapan dari bahasa Inggris, artinya hasil menjadi efektif, artinya hasil berguna atau tepat bagi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.” Dalam dunia pendidikan, efektivitas dibagi menjadi dua unsur yaitu, efektivitas guru dan efektivitas siswa Dalam kaitannya dengan efektivitas guru, seseorang dapat mengidentifikasi sejauh mana seorang guru dapat menggunakan sarana, metode atau sumber belajar lainnya untuk melaksanakan pengajaran dan kegiatan belajar dengan benar.

Sedangkan, Efektivitas siswa erat kaitannya dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai setelah kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Oleh karena itu, Efektifitas dapat diartikan sedemikian rupa agar hasil penyelenggaraan Pendidikan tercapai sesuai dengan perencanaan, sehingga proses belajar mengajar terlaksana dengan baik. 

Dalam hal ini, penulis mengasumsikan masalah yang berkaitan dengan efektivitas jam belajar mengajar mata pelajaran matematika dan bahasa untuk siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

 

PEMBAHASAN

  • Evektifitas Jam Belajar Mengajar

Efisiensi berasal dari kata dasar efisien. Menurut Sinambela, pembelajaran efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan, baik dari segi tujuan pembelajaran maupun prestasi belajar siswa yang maksimal. menyelesaikan masing-masing dari kegiatan yang tertuang dalam RPP), maka ketercapaian ketuntasan belajar, ketercapaian keefektifan kemampuan guru mengelola pembelajaran dan respon siswa terhadap pembelajaran positif.

Sementara itu, faktor pendukung tercapainya efektifitas jam belajar mengajar matematika dan bahasa bagi siswa PAUD, akan terwujud jika dilaksanakan program pembelajaran yang terstruktur selama satu tahun pembelajaran. Kegiatan yang akan diatur dan ditentukan menurut sistem setengah tahunan, ada tiga jenis perencanaan kegiatan permainan di Gaming Group, yaitu:

  • Penjadwalan Tahunan dan Semester

 Cara-cara yang harus ditempuh oleh seorang pengajar dalam melaksanakan pembuatan perencanaan tahunan dan semester; Memulai kegiatan awal tahun ajaran baru, yaitu perencanaan dan penyusunan jadwal dan pemberian fasilitas yang dibutuhkan untuk kelangsungan dalam kegiatan bermain anak didik. Kegiatan lain dalam semester seperti menyediakan buku kegiatan harian ataupun mingguan dan pengeluaran untuk fasilitas-fasilitas keperluan semester.

  • Penjadwalan Kegiatan Bermain Harian dan Mingguan

Perencanaan unit kegiatan mingguan adalah penyusunan kegiatan kesiapan belajar yang akan diselesaikan oleh pendidik dalam satu minggu. Perencanaan unit kegiatan harian adalah persiapan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh pendidik di satu hari untuk meningkatkan kecerdasan holistik anak dengan mengacu pada menu pembelajaran generik. Perencanaan waktu sangat penting dalam mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Ketersediaan waktu sangat erat kaitannya dengan keberhasilan siswa dalam memahami mata pelajaran. Betapa waktu yang cukup dapat menyebabkan siswa menjadi lebih mahir dalam suatu mata pelajaran yang diajarkan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan siswa untuk memahami pelajaran dengan kecerdasan yang berbeda. Dan adapun penjadwalan atau perencanaan waktu yang disesuaikan dengan kegiatan yaitu: Mingguan yang mana kegiatan yang akan dilaksanakan setiap hari minggu. Seperti, setiap hari senin dilaksanakan kegiatan tanya jawab untuk murid-murid, dan pada hari sabtu di jadwalkan kegiatan mengevaluasi pengadaan kegiatan bermain yang telah dilaksanakan.

Harian yaitu kegiatan untuk anak didik berupa bermain, tergolong memeriksa kebersihan dan ketertiban kelas yang digunakan bermain murid-muird. Kegiatan ini dilaksanakan pada kegiatan mingguan dan harian yang dirancang berdasar pada penjadwalan tahunan dan semester. Hal-hal yang sangat perlu di perhatikan dan diterapkan yaitu:

  • Tema kegiatan
  • Kelompok yang berpartisipas dalam kegiatan
  • Semester dan tahun ajaran
  • Banyak waktu
  • Tanggal atau hari pelaksanaan kegiatan
  • Jam berlangsungnya kegiatan
  • Tujuan pelaksanaan kegiatan
  • Bahan ajar yang akan dimainkan dengan tema yang sesuai
  • Pola kegiatan permainan
  • Pengaturan lingkungan sekitar
  • Alat dan bahan keperluan untuk bermain
  • Evaluasi untuk perkembangan anak

Pendidik mengidentifikasi perilaku siswa yang harus dibentuk oleh pembiasaan. Hal ini dapat terwujud dalam aktivitas sehari-hari kelompok bermain, seperti melepas dan memakai sepatu secara mandiri, makan dan minum, merapikan peralatan makan dan minum atau bahkan merapikan mainan.

Pendidik juga mengidentifikasi keterampilan dasar siswa yang perlu dikembangkan, seperti keterampilan moral, sosio-emosional, bahasa, kognitif, artistik, fisik, dan motorik.

  • Jadwal tematik tidak harus sesuai dengan urutan dan pembagian waktu, tetapi disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak dengan penerapan topik dengan ketentuan sebagai berikut:
  • Pada usia 2-3 tahun, aktivitas bermain per minggu paling sedikit 2 kali pertemuan. Dan sedikitnya 2 jam setiap pertemuan jika ingin lebih ideal bisa selama 4 jam.
  • Pada usia 4-6 tahun, aktivitas bermain selama seminggu paling sedikit 5 kali pertemuan. Dan setiap pertemuan minimal durasinya 2,5 jam dengan pertemuan yang ideal bisa selama 6 jam.
  • Jadwal untuk libur sekolah saat menyambut hari-hari besar nasional dan keagamaan.

Aneka aktivitas bermain harus sesuai dengan pertumbuhan anak hingga anak senang dan mau mematuhi aturan yang sudah diberikan. Bagian waktu di adaptasikan berdasarkan kemampuan serta kebutuhan anak. Contohnya untuk bermain bermain inti anak memerlukan kurun waktu selama 1 jam, sedangkan bermain motorik membutuhkan waktu 15 menit, serta waktu makan membutuhkan waktu 20 menit paling lambat.

Tak jarang banyak dari siswa di karenakan terbatasnya waktu membuat mereka harus menyelesaikan tugas intruksional yang di berikan kepada siswa. Hal ini di sebabkan oleh kenyataan yang di terima rakyat tentang bahan pengajaran di Indonesia cukup di Bilang overload.

Satu kenyataan bahwa bahan pembelajaran kurikulum di Indonesia memiliki jumlah yang berlebih. Sehingga tak jarang karena terbatasnya waktu membuat siswa harus menyelesaikan sekian banyak tugas dari mata pelajaran tertentu dalam waktu yang singkat, bagi siswa sendiri itu merupakan sebuah ketakutan. Bagaimana bisa siswa memahami materi yang begitu banyak dalam waktu yang relative singkat, sehingga acapkali membuat kejenuhan belajar dan berfikir, dan secara bersamaan siswa di tuntut untuk menyelesaikan banyak tugas untuk memenuhi kolom nilai yang menjadi pegangan guru dalam waktu yang mepet. Sehingga mengakibatkan siswa ketakutan atau bahkan penurunan prestasi yang mereka miliki.

Kebanyakan guru mengejar target dalam proses belajar-mengajar, seperti dengan menumpuk tugas yang di berikan kepada siswa atau dengan mengejar target materi dengan melakukan pembelajaran dalam satu pertemuan dengan mengajarkan beberapa tema yang di ajarkan, seringkali membuat siswa tidak dapat mencerna materi yang diberikan secara mendalam. Resiko yang di terima siswa tidak mampu untuk menguasai materi pembelajaran dengan baik serta tidak sempat mengerjakan tugas secara maksimal dengan kendala waktu yang singkat, sehingga target pembelajaran yang seharusnya dapat memahmkan siswa dan menjadikan siwa cerdas, justru malah tidak tercapai atau bahkan menjadi sebuah boomerang untuk siswa sendiri. Pengelolaan waktu belajar-mengajar yang paling baik adalah ketika guru dan siswa bekerja sama untuk mencoba dan menjadwalkan waktu pembelajaran sesuai dengan pola pikir mereka, sehingga suasana selama proses pembelajaran menjadi nyaman.

Fisher, Rosenshine, dan Stalling & Kaskowitz mengungkapkan sebagaimana yang dikutip oleh Arends, setidaknya seorang guru harus mempertimbangkan kategori waktu instruksional di bawah ini :

  • Total time. Adalah jumlah waktu seharusnya yang dihabiskan siswa di sekolah. Di kebanyakan negara, waktu ini biasanya berjumlah 180 hari per tahun dengan enam hingga tujuh jam per hari.
  • Attended time. Adalah jumlah waktu siswa benar-benar hadir ke sekolahnya. Sakit, izin, dan alasan ketidakhadiran lainnya mengurangi waktu total time hingga attended time diperoleh.
  • Available time. Sebagian waktu di sekolah digunakan untuk makan siang, istirahat, dan kegiatan ekstra kurikuler yang tidak memiliki tujuan akademis.
  • Planned academic time. Ketika guru membuat buku perencanaan pembelajaran, mereka mengatur jumlah waktu tertentu untuk aktifitas dan subyek-subyek yang berbeda, inilah apa yang disebut planned academic time.
  • Actual academic time. Adalah waktu yang sebenarnya dihabiskan guru unuk aktifitas dan tugas-tugas akademis.
  • Engaged time or time on task. Merupakan jumlah waktu sebenarnya yang dihabiskan siswa untuk sebuah aktifitas belajar dan mengerjakan tugas. Misalnya ketika seorang guru memberikan durasi waktu untuk mendiskusikan sebuah materi pelajaran Bahasa Inggris kepada siswanya. Siswa yang menghabiskan waktu yang dialokasikan untuk mendiskusikan apa yang diminta disebut on-task, sedangkan siswa yang tidak menghabiskan waktunya untuk ini, misalkanmembicarakan hal lain selain Bahasa Inggris dalam durasi waktu disebut off-task. Dalam hal ini guru harus mengupayakan bagaimana semua siswa bisa sepenuhnya on-task dan belajar dalam durasi engaged time.
  • Academic learning time. Merupakan jumlah waktu yang dihabiskan seorang siswa untuk satu tugas akademik. Cara Menghitung Lama Belajar yang dibutuhkan oleh setiap satuan PAUD untuk mencapai muatan kurikulum, KI dan KD yang telah ditetapkan, dilihat dari berapa lama belajar di sekolah PAUD ditetapkan atas dasar kelompok usia. Setiap kelompok usia layanan di PAUD dialokasikan jumlah waktu minimal layanan dalam satu minggu. Jumlah waktu minimal tersebut adalah:
    • Kelompok usia lahir sampai 2 (dua) tahun dengan lama belajar paling sedikit 120 menit per minggu;
    • Kelompok usia 2 (dua) tahun sampai 4 (empat) tahun dengan lama belajar paling sedikit 360 menit per minggu; dan
    • Kelompok usia 4 (empat) tahun sampai 6 (enam) tahun dengan lama belajar paling sedikit 900 menit per minggu. Lama belajar merupakan keseluruhan waktu untuk memperoleh pengalaman belajar yang harus diikuti anak dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun.

Lama belajar pada PAUD dilaksanakan melalui pembelajaran tatap muka. Untuk pelajaran perlu adanya perencanaan waktu yang efektif dan efisien. Contoh Jam Belajar PAUD: TK Bhayangkari memberi layanan untuk anak usia 4-6 tahun sebanyak 4 kali dari pukul 07.00 – 10.00. Seharusnya layanan untuk anak usia 4-6 tahun selama 90 jam/minggu. Berarti TK Bhayangkari  kekurangan 56 jam pelajaran.

  • Efektivitas Jam Belajar Mengajar Matematika

Anak sejak dini harus sudah mulai di kenalkan dengan matematika atau bahkan sudah belajar tentang matematika, mereka harus merasakan bahwa matematika menjadi bagian dalam kehidupannya. Interaksi dan aktivitas belajarnya harus menarik, menantang dan membuat anak berfikir bahwasannya matematika sebuah kebutuhan, bukan karena dipaksa maupun terpaksa.

Pengelolaan jam belajar mengajar matematika memilii tujuan agar anak mampu mengelola hasil perolehan selama belajarnya, mengembangkan logika matematika, menemukan bermacam-macam alternative pemecah masalah, yang paling utama adalah mereka mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritis. Kegiatan pembelajaran matematika yang terpadu sangatlah penting bagi anak sejak usia dini, dikarenakan dapat membantu anak untuk mengembangkan seluruh potensi yang mereka punya.

Setiap anak tentunya memiliki potensi masing-masing atas aspek perkembangan. Seperti salah satunya potensi matematika, maka dari itu sangatlah penting bagi anak sejak dini untuk mengembangkan potensi matematika yang mereka punya secara optimal. Berdasarkan teori perkembangan yang dikemukakan Piaget, Lorton Cruinckshank, bahwa pemahaman anak terhadap konsep matematika ditempuh malalui tiga tahap yaitu: (1) pemahaman konsep (intuitive concept level), (2) masa transisi (connecting level) dan (3) tingkat lambang bilangan (symbolic level) dalam Sriningsih. Maka dari itu, dasar dan pondasi yang kuat sangat di butuhkan oleh anak untuk mempersiapakan anak ke pendidikan formal selanjutnya, seperti pemahaman konsep bilangan yang harus di tekan kan sebelum anak mengenyam bangku pendidikan dasar.

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas, bisa disimpulkan:

  • Hal yang sangat urgen yang harus diperhatikan oleh pengajar PAUD, ialah terkait dengan keefektivan jam belajar mengajar untuk mata pelajara matematika murid PAUD. Bentuk pendidikan di Indonesia secara umum masih dititikberatkan pada kepinataran atau kecerdasan kognitif.
  • Patokan yang menjadi standar kurikulum harus fleksibel, pada isi, waktu untuk disesuaikan dengan perkembangan, kebutuhan dan minat setiap anak.
  • Guru ialah perintis atau pendorong dalam kegiatan kegiatan belajar mengajar dituntut mampu menyeimbangkan waktu pembelajaran. Hal ini pun termasuk beberapa waktu yang diperlukan untuk tatap muka di kelas dan waktu tambahan yang dibutuhkan anak di luar sekolah untuk mengerjakan berbagai hal.

REFERENSI

Mardapi, Djemari. “Evaluasi Pendidikan”, Yogyakarta: Mitra Cendekia, 1996.

Martini Jamaris, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Grasindo, 2006.

Pandang, Abdullah, “Manajemen Waktu Belajar”, Bahan Disajikan pada Character Development Training bagi Mahasiswa Bidik-Misi UNM, 2013.

Rita Kurnia, Metodologi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Pekanbaru: Cendikia Insani, 2009.

Setiawan, Bambang, “Efektivitas Bimbingan Kelompok Menggunakan Metode Investigasi Kelompok dalam Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Siswa”,

Universitas Pendidikan Indonesia Press, 2006.

Piaget, Jean, “Psikologi Perkembangan Anak”,(Online, http://online ed, ASV.Edu/eppa/. Diakses 30 Desember 2010 dan dalam Sriningsih, “Pembelajaran Matematika Terpadu untuk Anak Usia Dini, Bandung: Pustaka Sebelas, 2009.

Dwiningrum, Siti Irene Astuti. “Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,“Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta: Balai Pustaka, 1996.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun