Konsumsi MasyarakatÂ
Menurut data Badan Pusat Statistik, daya beli masyarakat mengalami penurunan. Konsumsi rumah tangga yang jadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh 4,91 persen, lebih rendah dari kuartal II sebesar 4,93 persen. Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, penurunan konsumsi rumah tangga besar dipengaruhi oleh faktor musiman. Pada dua kuartal sebelumnya ada Ramadan, Idul Fitri dan libur panjang akhir pekan. Namun meskipun mengalami penurunan, konsumsi rumah tangga masih terbilang tumbuh terjaga. Konsumsi rumah tangga pada periode ini ditopang oleh sektor transportasi dan komunikasi serta restoran dan hotel yang masing-masing tumbuh 6,54 persen dan 6,61 persen. Dimana kedua sektor tersebut juga mengalami penurunan pertumbuhan dibanding kuartal sebelumnya yang masing-masing tumbuh 6,84 persen dan 6,8 persen.Â
Salah satu faktor menurunnya daya beli masyarakat adalah adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran. Data Kementerian Ketenagakerjaan RI, per Oktober 2024, ada sebanyak 59.796 orang di-PHK. Menteri Kementerian Ketenagakerjaan RI, Yassierli, mengatakan bahwa jumlah tersebut mengalami peningkatan sebanyak 25.000 orang pekerja dalam tiga bulan terakhir. Di sisi lain, jumlah kelas menengah juga semakin menyusut. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS Pada 2014, jumlah kelas menengah masih sebanyak 43,34 juta orang lalu pada 2019 menjadi 57,33 juta orang. Sementara itu, pada 2021 jumlahnya merosot menjadi sebesar 53,83 juta orang, sedangkan pada 2024 sudah tersisa 47,85 juta orang.Â
Potensi Pemulihan dari Sektor PariwisataÂ
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat hingga Juli 2024, sebanyak 7,75 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan lebih dari 598 juta wisatawan nusantara (wisnus) melakukan perjalanan wisata di Indonesia. Dari hasil kegiatan berwisata tersebut Indonesia memperoleh devisa mencapai USD7,46 miliar. Pada April 2024, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di Indonesia mencapai 1,07 juta kunjungan. Jumlah ini naik sebesar 2,41 persen dibandingkan Maret 2024 month-to-month (m-to-m) dan naik 23,23 persen dibandingkan bulan yang sama pada tahun lalu (y-on-y). Jumlah perjalanan wisatawan nasional (wisnas) pada April 2024 mencapai 756,02 ribu perjalanan. Jumlah tersebut naik sebesar 9,28 persen bila dibandingkan dengan Maret 2024 (m-to-m) dan naik 33,13 persen dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya (y-on-y).
Terlihat pada data diatas, bahwa sektor pariwisata tahun 2024 sudah cukup baik. Namun sudah seharusnya untuk lebih berkembang lagi kedepannya. Untuk mencapai target tersebut, langkah prioritas yang perlu dilakukan salah satunya adalah fokus pada pengembangan infrastruktur dan fasilitas pendukung destinasi wisata untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan keamanan bagi wisatawan. Pelestarian dan pengembangan budaya lokal juga harus diperhatikan, agar pengalaman wisatawan menjadi lebih autentik dan berarti. Para pakar mendorong keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan dalam setiap aspek pembangunan dan aktivitas pariwisata, serta peningkatan aksesibilitas darat, laut, dan udara menuju destinasi wisata yang memiliki potensi unggulan. Para pakar juga  menyarankan untuk memperkuat pendidikan dan pemahaman masyarakat tentang sustainable tourism, quality tourism, dan regenerative tourism agar berkontribusi dalam menjaga kelestarian dan kualitas pariwisata di Indonesia.
Pemerintah juga akan mengembangkan sisi desa wisata dan segi konten juga digitalisasi, karena nyatanya hal ini yang memberikan banyak dampak positif pada peningkatan sektor pariwisata, karena pengunjung biasanya akan tertarik berkunjung karena melihat konten di sosial media, bukan hanya kreativitas dan inovasi tapi juga kearifan lokal diharapkan dapat meningkatkan penjualan. Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo menyampaikan untuk tahun anggaran 2025, pihaknya akan fokus mengembangkan dan memperkuat SDM parekraf Indonesia.Â
Peran dan Kebijakan Pemerintah
Pemerintah berperan penting dalam merespon tantangan penurunan pertumbuhan ekonomi ini melalui kebijakan fiskal dan moneter yang adaptif. Beberapa langkah yang telah diambil antara lain:Â