Dinamika ekonomi dan keuangan global sering kali berubah, pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang semakin kuat dan ketegangan geopolitik yang meningkat telah menekan beberapa nilai mata uang di negara lain. Pada Rabu 01 Mei 2024 waktu setempat, The Fed mengumumkan untuk tetap mempertahankan tingkat suku bunga, karena AS masih berjuang melawan inflasi yang belum mencapai target 2% dengan data terakhir yang menunjukan tingkat inflasi AS berada di angka 3,5% (yoy).Â
Beberapa ekonom mengatakan perekonomian AS berada pada fase soft-landing yaitu situasi dimana pertumbuhan ekonomi rendah dengan tingkat inflasi cenderung meningkat namun terhindar dari resesi dan konsumen menunjukan resiliensi tingkat suku bunga yang tinggi.Â
Keputusan The fed mempertahankan suku bunga jangka pendek pada target 5,25% hingga 5,5%. Pada 16 April 2024 Dolar AS menguat tajam, terapresiasi 4,86% dari level akhir 2023. Tingginya indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) memberikan tekanan depresiasi hampir kepada seluruh mata uang dunia, termasuk Rupiah. Tercatat pelemahan Rupiah tembus ke angka sekitar IDR 16.240 (per 17 April 2024) ini adalah sinyal serius bagi pasar keuangan, memunculkan kekhawatiran yang mendalam.
Source: Investing.com
Sikap the fed yang mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi didorong dengan meningkatnya ketegangan di timur tengah disebut sebagai dalang akibat melemahnya nilai tukar. Intervensi mata uang menjadi medan pertempuran utama di negara-negara emerging market terutama Indonesia yang telah terdepresiasi 5,12% (ytd).Â
Konflik di timur tengah meningkatkan ketidakpastian global dan ketidakpastian pasar keuangan global sehingga para investor enggan untuk berinvestasi dan menarik dananya dari aset-aset berisiko tinggi. Tercatat, hingga 18 April, total capital outflow Indonesia sudah USD 1,92 miliar dalam kurun waktu sebulan terakhir. Peningkatan capital outflow pada akhirnya memicu kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia untuk tenor 10 tahun dari 6,71% menjadi 6,91% dan untuk tenor 1 tahun dari 6,14 menjadi 6,24% pada April 2024.
Merespon hal tersebut Bank Sentral Indonesia (BI) Memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan/BI Rate. Melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 23-24 April 2024, BI memutuskan untuk menaikan suku bunga (BI-Rate) sebesar 25 basis point (bps) menjadi 6,25 persen. hal tersebut diharapkan dapat memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak buruknya risiko global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward-looking untuk memastikan inflasi tetap terjaga di sasaran 2,5%.Â
Tingkat suku bunga yang stabil menunjukan bahwa kondisi pasar uang yang sehat dan seimbang antara permintaan dan penawaran. dalam teori moneter, suku bunga dapat dijadikan suatu sasaran dalam melakukan kebijakan moneter. Suku bunga sendiri merupakan imbalan jasa atas pinjaman uang.Â
Selain itu, alat kebijakan makroprudensial juga menjadi komplemen penting dari kebijakan moneter dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Â BI melonggarkan kebijakan makroprudensial guna mendorong kredit/pembiayaan perbankan bagi dunia usaha dan rumah tangga.Â
Tercatat pada triwulan I 2024, kredit tumbuh sebesar 12,40 persen (yoy) dan hampir di seluruh sektor ekonomi. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh permodalan yang tinggi dan likuiditas yang memadai. Sementara itu dari sisi permintaan pertumbuhan kredit korporasi didorong oleh kinerja penjualan dan investasi koperasi yang terus mengalami peningkatan pasca pemilu 2024 sebesar 14,83 persen untuk kredit investasi, 12,30 persen kredit modal, dan 10,22 persen kredit konsumsi.Â