Teori Money Velocity
Money Velocity atau Velositas Uang mengukur seberapa cepat uang beredar dalam perekonomian, serta menggambarkan transaksi barang dan jasa yang terjadi antar individu. Ketika kondisi velositas uang stabil menunjukkan bahwa kondisi perekonomian juga stabil (Mukhlis dan Fakhruddin, 2018). Seperti, saat terjadinya kenaikan PDB yang disebabkan oleh daya beli masyarakat yang meningkat, menunjukkan bahwa permintaan terhadap barang juga meningkat. Hal tersebut menyebabkan kenaikan harga barang yang berimbas terhadap kenaikan inflasi sehingga velositas uang semakin cepat.
Dalam konteks penurunan pendapatan kelas menengah, money velocity dapat dipengaruhi oleh penurunan daya beli dan pengeluaran konsumen. Penurunan daya beli menyebabkan masyarakat cenderung menyimpan uangnya daripada menghabiskannya, yang mengurangi perputaran uang dalam perekonomian. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, karena mengurangi aktivitas ekonomi dan investasi. Di sisi lain, peningkatan daya beli dan pengeluaran konsumen dapat meningkatkan money velocity, yang dapat memicu pertumbuhan ekonomi dan inflasi.
Dalam jangka panjang, tingkat money velocity yang stabil dan tinggi dapat menjadi indikator kesehatan ekonomi, karena menunjukkan bahwa uang beredar aktif dan digunakan untuk melakukan transaksi ekonomi. Namun, fluktuasi dalam money velocity juga dapat mengindikasikan ketidakstabilan ekonomi yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dan pembuat kebijakan.Â
Langkah Pemerintah dalam Menghadapi Turbulensi Ekonomi
Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi, pemerintah harus merancang strategi yang tepat untuk mencegah terjadinya guncangan yang lebih besar terhadap kondisi ekonomi yang sedang tidak stabil. Untuk itu, penting bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan moneter dan fiskal yang sesuai dengan situasi ekonomi dalam negeri. Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam situasi turbulensi ekonomi adalah kebijakan moneter ekspansif.
Menurut Sadono Sukirno : Kebijakan moneter merupakan langkah-langkah bank sentral untuk mempengaruhi jumlah penawaran uang dan suku bunga dalam perekonomian dengan tujuan untuk mengawasi bentuk-bentuk pinjaman serta investasi yang dilakukan oleh bank-bank perdagangan (Sukirno, 2002).Â
Dalam konteks ini, pemerintah melalui bank sentralnya melakukan salah satu kebijakan moneter guna meredam guncangan ekonomi yang sedang terjadi sehingga roda perekonomian dapat berputar dengan normal, kebijakan tersebut adalah kebijakan moneter ekspansif, kebijakan tersebut terdiri dari beberapa instrumen antara lain:
Menurunkan Suku Bunga : Penurunan suku bunga acuan, seperti BI Rate di Indonesia, dilakukan oleh lembaga yang berwenang yaitu Bank Indonesia. Langkah ini dilakukan guna mengurangi biaya pinjaman bagi individu dan rumah tangga, termasuk kelas menengah, sehingga mendorong mereka untuk meminjam dan menghabiskan lebih banyak uang. Serta dapat mendorong investasi bisnis karena biaya pinjaman yang lebih rendah akan membuat proyek-proyek investasi menjadi lebih terjangkau.
Meningkatkan Likuiditas Pasar : Pemerintah dapat meningkatkan likuiditas pasar dengan mengadopsi kebijakan kuantitatif, seperti pembelian obligasi pemerintah, penyediaan likuiditas perbankan dengan repo SBN, swap valas, serta penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah. Dengan menyediakan likuiditas tambahan ke pasar, bank sentral dapat membantu menjaga stabilitas sistem keuangan dan meningkatkan ketersediaan kredit bagi rumah tangga dan bisnis, termasuk kelas menengah.
Mendorong Investasi Produktif : Langkah ini dapat diambil untuk mendorong investasi produktif yang dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan produktivitas ekonomi secara keseluruhan.hal ini bisa dilakukan melalui insentif fiskal untuk investasi, perbaikan infrastruktur, atau kemudahan berusaha bagi sektor-sektor yang dianggap strategis.