Mohon tunggu...
Dewi Nurita Piliang
Dewi Nurita Piliang Mohon Tunggu... Guru - Simple

hanya sekelumit debu yang berusaha menjadi berguna ll Dreamer, Writer, Vounteer, Teacher. ll Pemimpi yang gila juga penggila kata ll

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dandelion

8 Januari 2016   18:35 Diperbarui: 8 Januari 2016   18:40 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jangan kira aku tak ingat sangkar jika aku hidup di alam liar
Aku hanya seorang muhibi yang sedang mencari cinta di sudut senja
Bagiku, menjadi dandelion sudah biasa,
Padang rumput luas adalah tempatku
Jadi jangan cari aku di taman bunga
Temukan aku di kerumunan ilalang yang tersembunyi di balik padang rerumputan
Tak peduli, aku tak seindah mawar juga tak seharum melati
Yang jelas tangkai kecilku mampu memberikan kehidupan baru
Dan ku pastikan bunga kecilku akan terbang lebih tinggi dan tumbuh dimanapun mereka akan singgah nanti
Aku memang tumbuhan liar. yang siap beradu di udara dan tak bersisa
Aku tak membenci angin yang menghembuskanku, karna dengan begitu alam terbentang untukku, jagad raya menjadi milikku
Dengar,
Mawar, melati, atau anggrek sekalipun tak mampu menyaingiku
Ah, sekuat itukah aku?

Dalam pergumulan hati
Galang
Cc. Dnp . 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun