Peristiwa pengeboman Mal Alam Sutera sekali lagi menegaskan keterkaitan Bitcoin dengan kegiatan kriminal. Dengan kedudukannya sebagai sebuah inovasi teknologi, pemanfaatan Bitcoin sepenuhnya bergantung pada penggunanya. Tulisan ini akan sedikit mengulas teknologi di balik Bitcoin, karakter anonimitas Bitcoin, dan bagaimana Bitcoin memiliki potensi untuk berkontribusi terhadap perekonomian dunia.
Teknologi Bitcoin
Bitcoin merupakan sebuah terobosan baru dalam pemanfaatan kriptografi. Kriptografi sendiri merupakan sebuah ilmu (dan seni) untuk menyembunyikan informasi rahasia (proses enkripsi) dengan mengacak pesan. Tujuan utama dari kriptografi adalah melindungi informasi dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Hanya pihak yang dituju sajalah yang dapat membuka informasi aslinya (proses dekripsi). Diciptakan oleh seseorang yang mengaku bernama Satoshi Nakamoto[1], Bitcoin menggabungkan teknik-teknik kriptografi dengan efisien dan menciptakan sebuah sistem pembayaran digital yang tidak memerlukan pihak sentral yang mengendalikan sebagaimana terdapat pada uang tradisional seperti rupiah atau dollar AS.
Beberapa fitur kriptografi yang digunakan dalam sistem Bitcoin adalah public key infrastructure, tandatangan digital (digital signature), dan beberapa jenis algoritma hash. Public key infrastructure merupakan teknik kriptografi yang menggunakan 2 kunci yang berbeda, dan sebuah informasi yang dienkripsi oleh salah satu kunci dapat didekripsi oleh kunci pasangannya.
Sementara tandatangan digital, sebagaimana tercermin pada namanya, menggunakan teknik komputasi untuk membuktikan identitas si penandatangan. Algoritma hash merupakan teknik untuk merepresentasikan informasi digital dengan panjang ukuran berapapun ke dalam sebuah kombinasi angka dan huruf dengan jumlah karakter yang terbatas, oleh karena itu algoritma hash sering disebut sebagai sidik jari digital (digital fingerprint).
Ditunjang dengan bahasa skrip berbasis stack dan jaringan peer-to-peer, Bitcoin mengandalkan verifikasi dan validasi transaksinya murni pada kalkulasi matematika. Bitcoin memastikan bahwa semua orang yang bergabung dalam sistem dapat memverifikasi ulang seluruh transaksi yang terjadi dan memastikan bahwa tidak ada double spending atau bertransaksi koin yang sama lebih dari sekali.
Untuk menghindari terjadinya double spending, Bitcoin mengimplementasikan sebuah konsep yang disebut dengan proof-of-work, yaitu konsep di mana untuk membuktikan kebenaran informasi, kalkulasi dengan tingkat kesulitan tertentu harus terlebih dahulu dilakukan.
Bitcoin menggunakan konstruksi basis data (database) unik yang disebut blockchain. Blockchain terdiri atas blok-blok yang saling terhubung satu sama lain membentuk sebuah rantai. Sebuah blok terdiri atas 1 atau lebih transaksi bitcoin yang ada dalam sistem.
Pertambangan Bitcoin
Pertambangan Bitcoin (Bitcoin mining) memiliki persamaan dan perbedaan jika dibandingkan dengan pertambangan konvensional. Pertambangan Bitcoin menghasilkan koin baru, sama seperti pertambangan konvensional yang menghasilkan emas, minyak bumi, atau hasil-hasil tambang lainnya. Perbedaannya terletak pada bagaimana pertambangan Bitcoin dilakukan. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa Bitcoin memiliki fitur proof-of-work, dan fitur inilah yang harus dikerjakan oleh penambang Bitcoin agar memperoleh koin baru (fresh minted coins). Penambang Bitcoin bertugas mengumpulkan transaksi-transaksi yang terjadi dalam sistem Bitcoin dan menggabungkannya ke dalam sebuah blok.
Ketika penambang mampu menghasilkan sebuah blok yang valid menurut aturan yang ditetapkan, ia berhak memperoleh upah sebagai bayaran atas sumber daya komputasi yang telah dikeluarkan. Pada awal diciptakannya Bitcoin, upah yang diterima petambang sebesar 50BTC yang akan dipotong separuhnya setiap 4 tahun sekali, dan saat ini upah yang diterima petambang sebesar 25BTC yang akan berkurang separuhnya menjadi 12,5BTC pada awal tahun depan (2016).