Mohon tunggu...
Sinn Mega
Sinn Mega Mohon Tunggu... Guru - Educator | Content Writer

Mengamati fenomena kehidupan. Menulis apapun yang terlihat.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sampah Eletronik, Bagaimana Bahaya dan Dampaknya?

25 Juni 2024   07:00 Diperbarui: 31 Juli 2024   09:10 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paparan terhadap bahan kimia beracun dari e-waste dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Anak-anak yang tinggal di dekat tempat pembuangan sampah elektronik sering menunjukkan tingkat timbal dalam darah yang tinggi, yang dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak dan sistem saraf. 

Selain itu, pekerja yang terlibat dalam proses daur ulang tanpa perlindungan yang memadai berisiko mengalami berbagai penyakit kulit, gangguan pernapasan, dan bahkan keracunan logam berat.

Meskipun dari segi kesehatan, sampah elektronik mengandung bahan-bahan berbahaya, tetapi juga mengandung logam berharga yang dapat didaur ulang. Misalnya, satu ton ponsel bekas dapat mengandung beberapa gram emas, tembaga dan perak. 

Jika dikelola dengan benar, e-waste bisa menjadi sumber pendapatan yang signifikan. Sayangnya, banyak negara berkembang yang tidak memiliki teknologi dan infrastruktur yang memadai untuk mendaur ulang e-waste secara efisien, sehingga potensi ekonomi ini banyak terbuang.

Apakah Ada Solusinya?

Untuk mengatasi masalah e-waste, diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Pemerintah perlu memperketat regulasi dan meningkatkan infrastruktur daur ulang, sementara produsen elektronik harus mengambil tanggung jawab lebih besar terhadap siklus hidup produk mereka, termasuk desain yang lebih ramah lingkungan dan program pengambilan kembali. 

Konsumen juga memainkan peran penting dengan lebih bijak dalam membeli dan membuang peralatan elektronik mereka. Beberapa konvensi skala global telah berusaha mengurangi dampak dari e-waste. Misalnya, dalam Konvensi Basel, mengatur perpindahan lintas batas e-waste untuk memastikan pengelolaan yang lebih aman dan bertanggung jawab. 

Selain itu, beberapa perusahaan teknologi besar telah meluncurkan program pengembalian produk untuk mendaur ulang peralatan elektronik bekas.

Sampah elektronik merupakan ancaman serius bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Adanya peningkatan tiap tahunnya, jumlah e-waste, diperlukan tindakan yang lebih tegas dan efektif untuk mengelola masalah ini. 

Melalui kerjasama antara pemerintah, industri, dan masyarakat, kita dapat mengurangi dampak negatif sampah elektronik dan memanfaatkan potensi ekonominya yang lebih berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun