Kamu tanya padaku,
Apa puasaku?
Bagaimana wajah shalatku?
Sudah sucikah wudhuku?
Lalu satu-satu kamu menghardikku,
menguliti kekosongan dan ketololan ibadahku
Selaksa puasaku melulu pada tali kekang kuda
Kamu bilang semakin erat siang kuikat
Semakin bidal saat terlepas dimalamnya
Menghambur segala nafsu bertumpuk-tumpuk minta dipuaskan
Seribu hidangan disiapkan, terburu-buru dihabiskan, hanya balas dendam memindah jam makan
Masih katamu,...
Wajah shalatku adalah riak dan kesombongan atas halusnya mukena yang kukenakan
Sujud-sujudku hanya setara rajutan sajadah impor-an
Gemerlap doaku hanyalah pamer gemerincing manik tasbih bersenggolan
Biarlah aku diam
Tersenyum menyikapi apatismu
Aku tetap puasa
Karena aku tak sempurna
Karena aku penuh dosa nista
Karena aku berkubang nafsu birahi
Maka aku berpuasa
Tak peduli su’udzonmu atas puasaku
Tak peduli betapa tak sempurnanya shalatku
Aku berusaha tetap puasa
Menahan nafsuku yang belum bisa kukekang sempurna
Merendahkan pandangan karena tak ingin selamanya beriman rendahan
Menurunkan niat jahat berburu jatah jabatan
Apa salah aku puasa?
Meski tak akan pernah sempurna
Aku tidak akan pernah minta kamu menjadi mata-mata
Berkomentar, cuap-cuap menambah-nambah dosa mengata-ngataiku karena aku puasa
Bukankah puasa adalah ibadah rahasia
Antara aku dan Sang Penciptaku
Antar kamu dan Sang Penciptamu
Kamu tak puasa?
Aku tak akan berprasangka!
Sby080812
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H