Mohon tunggu...
DLa
DLa Mohon Tunggu... Penulis - DLa_d'CurlyAuthor

Passionate Woman who loves to eat, read, listen to the music, enjoy design, and etc.. https://m.kwikku.com/novel/read/writing-is-my-first-love IG : @d_curlyauthor https://www.wattpad.com/user/DellaDella306

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Japan That I Love...

22 Juli 2015   08:29 Diperbarui: 22 Juli 2015   08:29 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak dulu, saya menyukai hal-hal yang berbau Jepang. Berawal dari kesukaan membaca manga, lalu menonton anime dan dorama karena terpengaruh oleh teman sekolah. Sayapun mengikuti ekstrakurikuler Jepang yang membahas tentang bahasa, budaya, seni desain, dan kuliner Jepang saat SMA. Bahkan kuliner Jepang seperti okonomiyaki, matcha, dan berbagai makanan berbahan dasar rumput laut menjadi kuliner favorit saya. 

 Di klub ini saya belajar membuat origami dan melakukan tarian khas Jepang untuk acara tahunan di sekolah. Selain itu, salah satu pembahasan dalam ekstrakurikuler yang berkesan ialah pelajaran tentang menerjemahkan nama dalam bahasa Jepang, yang ditulis dalam huruf katakana. Seperti nama Indonesia saya yang tadinya Della berubah menjadi Derra.

 

Hal-hal tersebut yang memupuk rasa penasaran, kagum, dan ketertarikan saya pada Jepang, negara kepulauan di Asia Timur yang mempunyai empat musim.  Menikmati Jepang dari dekat adalah hal yang selalu saya nanti-nantikan. Apalagi sebelumnya saya pernah hampir mendapat kesempatan untuk berlibur ke Osaka, namun karena satu dan lain hal, akhirnya tidak jadi. Padahal sudah terbayang keseruan dan kenikmatan ketika mencicipi okonomiyaki khas Osaka, yang proses pembuatannya memakai konsep “open kitchen”. 

 

Pertama kali saya mencoba Okonomiyaki, atau biasa disebut pizza ala Jepang ini, saya langsung jatuh cinta. Kalau menurut saya ini lebih mirip martabak telur. Kelembutan telur berpadu dengan berbagai isian daging/seafood yang kita pilih, serta keju panas yang lumer di mulut, apalagi ditambah dengan taburan katsuobushi favorit saya (serutan tipis daging ikan kering yang gurih). Tentunya akan memanjakan indra pengecap saya, sehingga tak boleh dilewatkan! Maka dari itu saya sangat penasaran dengan rasa otentik dari okonomiyaki ala Osaka, yang katanya sangat menggugah selera. Selain okonomiyaki, saya juga ingin berburu berbagai jenis makanan khas Osaka yang terkenal seperti Pablo Cheesecake, matcha ice cream, dan takoyaki. Apalagi okonomiyaki dan takoyaki Osaka pernah dibahas di dalam salah satu seri manga Detective Conan favorit saya. 

 

Salah satu kawasan yang paling terkenal di Osaka yaitu "Dotonburi Street", surganya kuliner. Hal yang paling ingin saya lakukan disini, selain menjelajahi kulinernya ialah berfoto di depan Landmark Glicoman yang menyala di malam hari, Landmark Giant Puffer Fish dan Landmark Kani Doraku Giant Crab, lalu menikmati daging kepiting di restoran tersebut. Tentu saja pemandangan tak kalah menarik yang ingin saya lihat ialah kanal ditengah-tengah Dotonburi yang akan membawa saya bernostalgia saat naik gondola di kota Venezia, Italia yang pernah saya kunjungi beberapa tahun lalu. Katanya kalau malam hari, suasananya sangat romantis dan menyenangkan. Area ini memang sangat memanjakan indera penglihatan dan pengecap turis.

 

Suasana yang tak kalah romantispun bisa didapat saat berjalan-jalan dibawah jutaan bunga sakura yang bermekaran saat musim semi. Semilir angin sepoi-sepoi yang memancarkan keharuman sakura disertai dengan hangatnya sinar mentari keemasan yang muncul malu-malu di balik awanpun, semakin menambah semarak. Saya jadi teringat suatu adegan di dalam anime, ketika seorang laki-laki menyematkan setangkai bunga di telinga sang wanita, seperti layaknya gadis Bali. 

 

Ada banyak tempat di Jepang dimana kita bisa melihat keindahan bunga sakura yang bermekaran, salah satunya adalah di Osaka Mint Bureau. Ada ratusan pohon sakura yang mekar di tempat yang terletak di tepi Sungai Okinawa ini. Apalagi lokasi yang hanya dibuka untuk umum setahun sekali ini, tidak memberikan tarif masuk, alias gratis. Jadi saya bisa asyik berhanami ria, layaknya masyarakat lokal. Piknik asyik sambil melihat bunga sakura yang bermekaran, sungguh merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Alternatif tempat lain yang tak kalah menariknya dari Osaka Mint Bureau yaitu Osaka Castle, yang merupakan salah satu situs bersejarah yang memiliki keunikan dan cerita tersendiri. Saya ingin naik ke lantai paling atas, untuk melihat pemandangan Osaka yang eksotik di pagi hari. 

Bicara soal pemandangan, saya juga ingin mengunjungi Floating Garden Observatory, yang terletak di Umeda Sky Building Osaka. Gedung ini merupakan rangkaian bangunan menjulang setinggi 173 meter yang dilengkapi dengan eskalator transparan yang memberi sensasi seperti "terbang ke langit". Selain menyediakan kawasan hijau di lingkungan metropolitan, taman ini  penuh dengan pepohonan, bebatuan, tebing, rerumputan, air terjun dan kolam buatan. Arsitekturnya yang megahpun sungguh menakjubkan. Perpaduan tersebut seolah menciptakan harmonisasi alunan musik yang indah. Sungguh satu karya besar manusia, ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

 

Di lantai paling atas, saya ingin menikmati pemandangan kota Osaka, dengan menggunakan teropong yang ada di Observatori tersebut. Tentunya akan lebih mantap jika saya datang saat malam hari, karena Osaka tampak cantik bermandikan kerlap-kerlip cahaya lampu gedung pencakar langit. Di area 173 ada berbagai tempat duduk dengan sensor cahaya. Saya ingin mencoba duduk disitu dan melihat perpaduan cahaya apa yang akan keluar, sebagai hasil dari suhu dan suasana hati saya saat itu. Tentunya permainan cahaya seperti ini sangat spektakuler.

 

Setelah puas melihat permainan cahaya, saatnya melihat Osaka Aquarium Kaiyukan. Saya ingin berjalan-jalan di terowongan air sambil menikmati pemandangan dunia air, yang membuat saya makin mengagumi karya ciptaan Tuhan. Tentunya ada begitu banyak flora dan fauna air yang diciptakan dengan keunikan masing-masing. Wisata alam yang edukatif ini sungguh mengingatkan saya untuk mensyukuri rahmat Allah, yang telah membuat dunia beserta dengan segala keindahan isinya. 

 

Setelah mata saya dipuaskan, indera pendengaran sayapun ingin dimanjakan dengan menikmati pertunjukkan musik tradisional Jepang. Selama ini saya hanya bisa membaca tentang alat musik tersebut lewat buku atau internet dan mendengarnya dari pilihan suara di keyboard. Tapi tetap saja berbeda kalau saya melihat sendiri dan menikmati keindahan melodi dari alat musik koto, taiko, sakuhachi, dan shamisen secara langsung. Bagi penggemar musik seperti saya, menonton pertunjukkan musik tradisional seperti ini akan menjadi momen yang berkesan. 

 

Setelah Osaka, saya ingin mengunjungi Kuil Fushimi Inari yang terkenal di Kyoto (kota seribu kuil) dan berfoto di lorong 1000 gerbang saat sinar matahari senja yang keemasan menyinari gerbang tersebut dan membuat warnanya lebih hidup. Senang rasanya kalau bisa berpose disini sampai puas dan membuat foto-foto yang keren, seperti yang ada di majalah-majalah. Sayapun akan menyusuri gerbang-gerbang tersebut sambil terus mensyukuri semua berkat dan karya Tuhan di dalam hidup saya hingga detik ini. 

 

 

Saya juga ingin merasakan wisata petik buah stroberi Jepang yang terkenal besar dan manis di Nara. Jika diumpamakan, manisnya stroberi Jepang semanis indahnya hidup. Lalu saya ingin melihat langsung rusa-rusa jinak di Nara, serta memberi mereka makan. 

 

Setelah puas jalan-jalan, saya ingin menikmati pemandian air panas yang membuat tubuh rileks yaitu Arima Onsen yang terletak di Kobe. Hal yang menarik dari Arima Onsen ini adalah disini terdapat dua tipe pemandian, yakni pemandian air emas (Kinsen) dan air perak (Ginsen). Kinsen yang berwarna kuning kecoklatan karena mengandung besi dan garam, bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit kulit dan nyeri otot. Sedangkan Ginsen yang berwarna bening keabuan mengandung karbonat yang berfungsi untuk menyembuhkan penyakit sendi. 

 

 

Kalau saya ingin memanjakan diri di pemandian privat Kinsen khusus wanita dan berendam di malam hari sambil ditemani temaram lampu-lampu taman yang sangat indah. Pemandangan yang menakjubkan serta suasana yang tenang membuat pikiran dan badan segar seketika. Walaupun pemandian air panas ini telah memiliki tampilan modern, namun ketika berjalan-jalan di pusat kota masih dapat ditemukan bangunan yang terbuat dari kayu serta. Menarik bukan?

 

Dari sekian banyak pengalaman tersebut, berbagi kepada keluarga, teman-teman, dan rekan kerja merupakan hal yang indah. Setidaknya lewat oleh-oleh, foto-foto, dan laporan perjalanan yang akan saya buat. Di Jepang makanannya terkenal enak, orang-orangnya kreatif, disiplin, tekun, dan ramah. Negaranya bersih, aman, dan teknologinya canggih. Di Jepang saya dapat menikmati modernitas, sekaligus kekayaan budaya tradisional. Jadi dari setiap kunjungan tersebut kelak, ada banyak hal yang bisa saya pelajari. Inilah Jepang yang ingin saya lihat dan kunjungi. Sampai ketemu di Jepang !

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun