Sejak dulu, saya menyukai hal-hal yang berbau Jepang. Berawal dari kesukaan membaca manga, lalu menonton anime dan dorama karena terpengaruh oleh teman sekolah. Sayapun mengikuti ekstrakurikuler Jepang yang membahas tentang bahasa, budaya, seni desain, dan kuliner Jepang saat SMA. Bahkan kuliner Jepang seperti okonomiyaki, matcha, dan berbagai makanan berbahan dasar rumput laut menjadi kuliner favorit saya.
Di klub ini saya belajar membuat origami dan melakukan tarian khas Jepang untuk acara tahunan di sekolah. Selain itu, salah satu pembahasan dalam ekstrakurikuler yang berkesan ialah pelajaran tentang menerjemahkan nama dalam bahasa Jepang, yang ditulis dalam huruf katakana. Seperti nama Indonesia saya yang tadinya Della berubah menjadi Derra.
Hal-hal tersebut yang memupuk rasa penasaran, kagum, dan ketertarikan saya pada Jepang, negara kepulauan di Asia Timur yang mempunyai empat musim. Menikmati Jepang dari dekat adalah hal yang selalu saya nanti-nantikan. Apalagi sebelumnya saya pernah hampir mendapat kesempatan untuk berlibur ke Osaka, namun karena satu dan lain hal, akhirnya tidak jadi. Padahal sudah terbayang keseruan dan kenikmatan ketika mencicipi okonomiyaki khas Osaka, yang proses pembuatannya memakai konsep “open kitchen”.
Pertama kali saya mencoba Okonomiyaki, atau biasa disebut pizza ala Jepang ini, saya langsung jatuh cinta. Kalau menurut saya ini lebih mirip martabak telur. Kelembutan telur berpadu dengan berbagai isian daging/seafood yang kita pilih, serta keju panas yang lumer di mulut, apalagi ditambah dengan taburan katsuobushi favorit saya (serutan tipis daging ikan kering yang gurih). Tentunya akan memanjakan indra pengecap saya, sehingga tak boleh dilewatkan! Maka dari itu saya sangat penasaran dengan rasa otentik dari okonomiyaki ala Osaka, yang katanya sangat menggugah selera. Selain okonomiyaki, saya juga ingin berburu berbagai jenis makanan khas Osaka yang terkenal seperti Pablo Cheesecake, matcha ice cream, dan takoyaki. Apalagi okonomiyaki dan takoyaki Osaka pernah dibahas di dalam salah satu seri manga Detective Conan favorit saya.
Salah satu kawasan yang paling terkenal di Osaka yaitu "Dotonburi Street", surganya kuliner. Hal yang paling ingin saya lakukan disini, selain menjelajahi kulinernya ialah berfoto di depan Landmark Glicoman yang menyala di malam hari, Landmark Giant Puffer Fish dan Landmark Kani Doraku Giant Crab, lalu menikmati daging kepiting di restoran tersebut. Tentu saja pemandangan tak kalah menarik yang ingin saya lihat ialah kanal ditengah-tengah Dotonburi yang akan membawa saya bernostalgia saat naik gondola di kota Venezia, Italia yang pernah saya kunjungi beberapa tahun lalu. Katanya kalau malam hari, suasananya sangat romantis dan menyenangkan. Area ini memang sangat memanjakan indera penglihatan dan pengecap turis.
Setelah puas melihat permainan cahaya, saatnya melihat Osaka Aquarium Kaiyukan. Saya ingin berjalan-jalan di terowongan air sambil menikmati pemandangan dunia air, yang membuat saya makin mengagumi karya ciptaan Tuhan. Tentunya ada begitu banyak flora dan fauna air yang diciptakan dengan keunikan masing-masing. Wisata alam yang edukatif ini sungguh mengingatkan saya untuk mensyukuri rahmat Allah, yang telah membuat dunia beserta dengan segala keindahan isinya.
Setelah mata saya dipuaskan, indera pendengaran sayapun ingin dimanjakan dengan menikmati pertunjukkan musik tradisional Jepang. Selama ini saya hanya bisa membaca tentang alat musik tersebut lewat buku atau internet dan mendengarnya dari pilihan suara di keyboard. Tapi tetap saja berbeda kalau saya melihat sendiri dan menikmati keindahan melodi dari alat musik koto, taiko, sakuhachi, dan shamisen secara langsung. Bagi penggemar musik seperti saya, menonton pertunjukkan musik tradisional seperti ini akan menjadi momen yang berkesan.
Saya juga ingin merasakan wisata petik buah stroberi Jepang yang terkenal besar dan manis di Nara. Jika diumpamakan, manisnya stroberi Jepang semanis indahnya hidup. Lalu saya ingin melihat langsung rusa-rusa jinak di Nara, serta memberi mereka makan.
Setelah puas jalan-jalan, saya ingin menikmati pemandian air panas yang membuat tubuh rileks yaitu Arima Onsen yang terletak di Kobe. Hal yang menarik dari Arima Onsen ini adalah disini terdapat dua tipe pemandian, yakni pemandian air emas (Kinsen) dan air perak (Ginsen). Kinsen yang berwarna kuning kecoklatan karena mengandung besi dan garam, bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit kulit dan nyeri otot. Sedangkan Ginsen yang berwarna bening keabuan mengandung karbonat yang berfungsi untuk menyembuhkan penyakit sendi.
Kalau saya ingin memanjakan diri di pemandian privat Kinsen khusus wanita dan berendam di malam hari sambil ditemani temaram lampu-lampu taman yang sangat indah. Pemandangan yang menakjubkan serta suasana yang tenang membuat pikiran dan badan segar seketika. Walaupun pemandian air panas ini telah memiliki tampilan modern, namun ketika berjalan-jalan di pusat kota masih dapat ditemukan bangunan yang terbuat dari kayu serta. Menarik bukan?
Dari sekian banyak pengalaman tersebut, berbagi kepada keluarga, teman-teman, dan rekan kerja merupakan hal yang indah. Setidaknya lewat oleh-oleh, foto-foto, dan laporan perjalanan yang akan saya buat. Di Jepang makanannya terkenal enak, orang-orangnya kreatif, disiplin, tekun, dan ramah. Negaranya bersih, aman, dan teknologinya canggih. Di Jepang saya dapat menikmati modernitas, sekaligus kekayaan budaya tradisional. Jadi dari setiap kunjungan tersebut kelak, ada banyak hal yang bisa saya pelajari. Inilah Jepang yang ingin saya lihat dan kunjungi. Sampai ketemu di Jepang !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H