Begitu pula dengan kesenian, dapat dikatakan bahwa kesenian yang berada di Kecamatan Wringinanom dari sebelum masuknya industri hingga pasca industri tidak mengalami pengaruh yang berarti terhadap perkembangan kesenian di Wringinanom, namun apabila terjadi penurunan dalam hal minat dan perkembangan kesenian, kemungkinan disebabkan oleh faktor lain diluar kemajuan industri.
Ragam kesenian yang ada di Wringinanom memang tidak begitu banyak. Kesenian di Wringinanom yang senantiasa identik dengan nilai dan kebudayaan Islam tidak mengalami perubahan pasca industrialisasi. Namun, kesenian seperti rebana mulai kurang diminati oleh para pemuda, sebagian besar hanya masyarakat golongan tua yang menggemari rebana. Dampak yang paling menonjol pasca terjadinya industrialisasi di wilayah Wringinanom yaitu pada sistem religi.
Sistem religi yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai sistem upacara keagamaan. Sistem ini berkaitan langsung dengan perkembangan budaya, sehingga pengaruhnya akan lebih mudah untuk diidentifikasi, seperti bancaan.
Dalam perkembangannya, tradisi tersebut saat ini hanya diikuti oleh beberapa warga, kebanyakan di antaranya adalah warga yang sudah berumur di atas 40 tahun. Sehingga tradisi ini tidak lagi dianggap sebagai suatu kewajiban yang memiliki makna yang sakral, melainkan hanya sebagai sebuah simbol identitas bagi sebuah keluarga dengan status kelas sosial yang tinggi.
Penelitian mengenai dampak adanya pabrik terhadap kehidupan sosial budaya yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Rista Anggraini (Jurusan IPS), Kholifatus Saadah (Jurusan Geografi), dan Veneshia Auralia Medida (Jurusan IPS). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, memang benar jika terdapat perubahan sosial budaya akibat adanya industri di wilayah Kecamatan Wringinanom.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H