Kedua sosok ini (FARIS ROSUL ARIFIN dan M. ZAENUL FALAH) merupakan pribadi-pribadi yang sarat akan prestasi, bukan hanya organisatoris melainkan juga tetap mampu menjaga kualitas dirinya sebagai seorang akademisi. Tentu saja seorang akademisi tidak hanya mengejar indeks prestasi di bangku perkuliahan, melainkan juga mampu menghasilkan karya dan prestasi yang mengangkat nama besar almamater yaitu UM itu sendiri.Â
Mereka adalah pribadi yang memiliki keinginan dan tekad yang kuat, bukan hanya untuk personalnya sendiri, melainkan juga memiliki idealisme untuk menghadirkan kebermanfaatan bagi entitas yang lebih besar yaitu mahasiswa UM secara umum. Karena sejatinya BEM UM adalah medium bagi orang-orang yang ingin berkarya dan memberikan kebermanfaatan bagi sesamanya (termasuk mahasiswa UM itu sendiri), bukan untuk mereka yang mencari eksistensi pribadi apalagi sekedar ingin agar namanya tercantum di selembar kertas Surat Keputusan (SK) yang ditandatangani Rektor.Â
Selain menjadi lembaga eksekutif mahasiswa tertinggi di UM, BEM UM juga mesti mampu menjembatani kepentingan antara mahasiswa UM secara umum dengan jajaran birokrat kampus. Sehingga distansi (baca; jarak) antara mahasiswa dengan elit-elit universitas mampu diminimalisir atau bahkan dieliminir. Hal ini tentunya didasarkan pada fakta bahwa kemajuan suatu lembaga (dalam hal ini universitas) juga sangat bergantung pada partisipasi dari seluruh civitas akademik, termasuk mahasiswa itu sendiri.Â
Ruang partisipasi bagi mahasiswa harus terbuka lebar, sehingga mahasiswa UM secara umum mampu berkreasi, berprestasi, turut serta membangun nama besar UM sembari terus mengembangkan kualitas dirinya masing-masing. Elit-elit universitas juga harus bersikap terbuka terhadap sikap korektif maupun kritik mahasiswa yang didasarkan pada idealismenya. Dengan demikian maka, kampus tetap berada pada posisinya sebagai lahan untuk menyemai pribadi-pribadi yang berpemikiran bebas dan merdeka serta tetap berkarakter.
Di tengah kondisi umat dan bangsa akhir-akhir ini yang seringkali dihadapkan pada isu dan permasalahan radikalisme, BEM UM juga harus mampu menampilkan dirinya sebagai organisasi mahasiswa yang memegang teguh nilai-nilai Pancasila. Sebagaimana data yang telah dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) pada beberapa waktu lalu, beberapa kampus di tanah air (termasuk kampus tetangga) disinyalir menjadi tempat tumbuh suburnya paham radikalisme.
Menjadi salah satu organisasi intra kampus yang ada di UM, BEM UM juga tentunya memiliki tanggung jawab untuk menjaga nama baik kampus sebagai salah satu pionir dalam menangkal paham radikalisme yang akhir-akhir ini menjadi salah satu permasalahan bangsa. Posisi dan sikap BEM UM ini tentunya harus termanifestasi dalam setiap gerakan dan programnya.Â
Di samping itu, ada pula tekad dari pasangan calon nomor urut 2 untuk senantiasa mendorong mahasiswa UM secara umum agar terus berprestasi, tentunya dengan memberikan wadah dan perhatian yang serius dari BEM UM. Peningkatan kualitas intelektual juga tentunya menjadi salah satu determinasi mahasiswa sebagai kaum terdidik. Dengan demikian maka, selain mendorong kreatifitas dan prestasi mahasiswa juga mesti diseimbangkan dengan adanya apresiasi, termasuk bagi mahasiswa/mahasiswi yang berkebutuhan khusus. Komunikasi dan silaturahmi pun mesti senantiasa dijaga erat antar seluruh elemen mahasiswa di UM. BEM UM harus inklusif bagi seluruh golongan mahasiswa.Â
Selain fokus dengan permasalahan-permasalahan yang ada di internal kampus, BEM UM ke depan pun harus tampil sebagai salah satu problem solver bagi permasalahan-permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Saat ini banyak sekali kondisi dan permasalahan di tengah masyarakat (khususnya wilayah Malang Raya) yang semestinya bisa direspon dan diberikan solusinya oleh BEM UM. Dengan demikian maka sumbangsih BEM UM juga akan terasa kebermanfaatannya bagi masyarakat secara umum.Â
Dengan keinginan dan tekad yang kuat, dan apabila diamanahi oleh mahasiswa UM untuk memegang tampuk kepemimpinan di BEM UM untuk periode tahun 2019, maka FARIS ROSUL ARIFIN dan M. ZAENUL FALAH siap dan akan berjuang untuk mewujudkan itu semua. Tentunya ini bukan hanya manifesto belaka, karena Pemira UM tahun 2018 ini harus mampu melahirkan BEM UM dengan wajah dan semangat yang baru. Dengan berbekal semangat, cita-cita dan pengalaman pribadi mengenai organisasi serta berbagai prestasi yang berhasil disabet, mereka akan siap untuk mengabdi di BEM UM, untuk mahasiswa, untuk UM tercinta.
#soliddanberkualitas #bukankalengkaleng
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H