Dikemas apik lewat bahasa manis dan paragraf puitis. Ditulis DK Sumirta dan diterbitkan oleh Grasindo. Dapat dijumpai di TB Gramedia seluruh Indonesia.
” Setiap kali kulihat dia tersenyum, setelah bertemu belahan hatinya…
Hatiku diliputi kemarahan, dendam dan kecewa…
Namun aku tak bisa berbuat apa-apa,
Selain percaya…
Meski dia menyukai orang lain, pada akhirnya akan kembali..”
Karena kecintaannya pada biola. Mengantarkan Ni Luh Miranti bertemu Kadek Bagus Adinata. Seorang pria bermata kelam. Yang kerap menghardik dan menumpahkan caci maki, sejak awal pertemuan. Meski begitu, dia betah berlama-lama dengannya. Bahkan menjadikan Kadek Bagus Adinata sebagai guru biolanya.
Disela kesibukannya menjadi tukang suun di pasar Badung. Ni Luh Miranti berlatih keras. Menaklukan setiap komposisi lagu. Dengan menangkap ruh yang bersemayam didalamnya. Hingga suatu hari. Berhasil lolos audisi Jakarta Pilharmonic Orchestra, sebagai solois biola.
Namun impian Ni Luh Miranti kandas. Saat malam terakhirnya di Bali, mendapat kecelakaan. Hingga menyebabkan matanya buta.
Perjalanan hidup Ni Luh Miranti memasuki babak baru. Ketika dirinya tak lagi mampu menaklukan biola dan rasa percaya dirinya. Ditambah kisah masa lalu orang tuanya dan Kadek Bagus Adinata mulai terkuak.
“ Sekeras apapun aku mencoba,