Kota Blitar terkenal dengan wisata religi makam sang Proklamator Bung Karno. Tak hanya itu, Kota Blitar memiliki kesenian yang beragam mulai dari seni rupa dan pertunjukan. Salah satu dari kesenian yang masih hidup dan berkembang adalah kesenian jaranan. Salah satu seni pertunjukan yang mendapat perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakatnya sendiri.
Kesenian jaranan merupakan salah satu kesenian rakyat, kesenian yang tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat. Dalam sajiannya ditampilkan beberapa tarian sesuai alur antara lain Jaranan Pegon, Jaranan Sentherewe dan Tari Singobarong atau dalam hal ini Tari Barongan Kucingan.
Barongan Kucingan berasal dari kata “Barong” yang berarti kepala dengan topeng harimau berbalut kain sebagai penutup badan dan “Kucing” yang berarti hewan peliharaan manusia dengan sifatnya yang manis, manja dan lucu. Sifat kucing tersebutlah yang kemudian diaplikasikan dalam gerakan tari. Gerakan seperti merangkak, menjilat dan bermain layaknya kucing inilah yang menjadikan ciri khas tersendiri bagi barongan kucingan.
Barongan Kucingan secara umum memiliki ciri moncong yang tidak panjang, cengger dibawah, dan hidung yang naik. Tari Barongan Kucingan ditarikan berkelompok dengan jumlah 6 orang hingga penari yang jumlahnya tak terbatas. Dalam penampilannya biasanya Tari Barongan Kucingan akan tampil pada penghujung acara atau puncaknya.
Disitulah biasanya penari barongan kucingan akan mengalami kesurupan, salah satu ciri khas kesenian jaranan. Sehingga hampir semua kelompok jaranan di Kota Blitar ini menampilkan atraksi kesurupan sebagai puncak dari penampilan tersebut.
Banyaknya kelompok jaranan yang ada di Kota Blitar ini melahirkan Paguyuban Kelompok Jaranan Kota Blitar (Pakoja Kota Blitar) yang merupakan gabungan dari beberapa kelompok jaranan yang ada di Kota Blitar dengan tujuan yang sama, melestarikan kesenian jaranan di tengah era modernisasi dan globalisasi.
Ivan Leksana selaku Sekjend Pakoja mengatakan bahwa Pakoja sendiri baru-baru ini menciptakan kreasi tari barongan kucingan yang dinamai “Tari Barongan Kucingan Candramawa” hasil pengembangan tarian asli barongan kucingan oleh seniman muda Kota Blitar. Tarian tersebut menggambarkan kucing cerdas yang memiliki indera yang lebih tajam dibandingkan dengan kucing pada umumnya. Tentunya hal ini merupakan langkah dalam melestarikan Tarian Barongan Kucingan agar tetap lestari seiring perkembangan jaman.
Hingga saat ini Pakoja terus berupaya memperjuangkan hak paten dari Tarian Barongan Kucingan Candramawa ini. Dengan adanya hak paten di bidang kebudayaan ini, seharusnya bisa mengangkat kesenian jaranan di kancah nasional maupun internasional.
Sekjend Pakoja, Ivan Leksana juga mengatakan di Kota Blitar saat ini penari barongan banyak didominasi oleh kalangan anak muda. Dengan melihat potensi yang luar biasa dari seniman muda Kota Blitar, diharapkan anak muda dapat mempelajari tarian serta nilai filosofis dari tarian yang dibawakan, dan juga dapat melahirkan kreasi baru dari kesenian tersebut dengan tidak menghilangkan nilai luhurnya.