Raksi napas terpapar ke khoisum, menembus hati membius otak ... nalar terhenti seketika. Wajah sendu pengobat rindu, kuukir nama di relung sukma.
Dia datang menyiram kalbu yang gersang, ditaburi benih tumbuh mekar bersemi. Lebah pun ikut menari-nari mencicipi madu kasih.
Wajah ilam kian memancar, elegi untukku sirna. Engkau menjaga cahaya yang mulai redup_hilang terhindar gelap gulita.
Pelangi serta melambaikan suka cita, swastamita pun enggan menyapa, tetapi alkolam ingin bersua, menyaksikan keindahan alam yang bernama cinta.
Bunga bermekaran kian menguar semerbak tak terbantahkan. Aroma yang terurai kuhidu dengan perlahan ... raga melepaskan jiwa, terbang ke atas awan melambung tinggi hingga ke langit ke tujuh.
Kuketuk pintu istana-Nya, hasrat bergemuruh membentuk tanya "Adakah namaku dan namanya terpatri di sana untuk membina mahligai cinta?"
#keepsmile&istiqamah
Jakarta, 171218
Senin,11:19
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H