Mohon tunggu...
Cahaya
Cahaya Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Cahayaharuna.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mahligai Cinta

18 Desember 2018   10:19 Diperbarui: 18 Desember 2018   10:23 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Raksi napas terpapar ke khoisum, menembus hati membius otak ... nalar terhenti seketika. Wajah sendu pengobat rindu, kuukir nama di relung sukma.

Dia datang menyiram kalbu yang gersang, ditaburi benih tumbuh mekar bersemi. Lebah pun ikut menari-nari mencicipi madu kasih.

Wajah ilam kian memancar, elegi untukku sirna. Engkau menjaga cahaya yang mulai redup_hilang terhindar gelap gulita.

Pelangi serta melambaikan suka cita, swastamita pun enggan menyapa, tetapi alkolam ingin bersua, menyaksikan keindahan alam yang bernama cinta.

Bunga bermekaran kian menguar semerbak tak terbantahkan. Aroma yang terurai kuhidu dengan perlahan ... raga melepaskan jiwa, terbang ke atas awan melambung tinggi hingga ke langit ke tujuh.

Kuketuk pintu istana-Nya, hasrat bergemuruh membentuk tanya "Adakah namaku dan namanya terpatri di sana untuk membina mahligai cinta?"

#keepsmile&istiqamah

Jakarta, 171218

Senin,11:19

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun