Mohon tunggu...
Cahaya
Cahaya Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Cahayaharuna.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Dongeng) Kisah Ulat Bulu dan Kupu-Kupu

10 Desember 2018   20:35 Diperbarui: 10 Desember 2018   20:45 1464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada zaman dahulu kala, ada negeri di kutub utara. Negeri tersebut dinamakan Negeri Kejujuran. Di sana sangatlah makmur. Banyak pepohonan rindang dengan buah-buahan segar yang tumbuh.

Penghuninya tidak ada satu pun yang akan merasa kelaparan, meski ada satu makhluk yang begitu rakus.

"Emmm, lezaaat sekali buah ini! Enak ... enak ... enak," ucap si Ubu, ulat bulu yang gendut dan menggemaskan.

"Ubu! Kau ini kerjaannya hanya makan tidur, makan tidur ... tolong bantu aku untuk membersihkan ranting-ranting ini," lirih Uket, ulat keket yang ramping.

Si Ubu tidak memedulikan ucapan si Uket. Dia tetap asyik memakan buah-buahan sampai habis tak tersisa.

"Mengganggu kesenangan aku saja!" cibir Ubu yang tidak mau dinasihati oleh siapa pun.

***

Ketika si Ubu sedang asyik menikmati buah-buahan, dia melihat ada seekor kupu-kupu cantik hinggap di seberang pohon. Dia sangat takjub dengan kecantikannya, diam-diam dia menghampiri si kupu-kupu.

Dengan tubuhnya yang gendut terlihat sangat lucu ketika dia sedang berjalan, geal, geol, bletak, bletuk ... geal, geol, bletak, bletuk. Butuh perjuangan si Ubu untuk menghampiri si kupu-kupu.

"Lelah sekali membawa tubuh ini. Benar juga kata si Uket, kerjaanku hanya makan, tidur, tidak pernah olahraga apalagi kerja," gumam si Ubu.

"Halo? Kenapa kamu berbicara sendiri? Lucu banget deh kamu," ujar kupu-kupu dengan senyum termanisnya dan sudah memperhatikan Ubu dari tadi.

"Hai, aku Ubu. Kamu siapa? Bolehkah aku tahu namamu?" jawab si Ubu dengan malu-malu.

"Panggil saja aku Pupu .... "

Akhirnya mereka pun berteman dan menjadi sahabat.

"Pupu, bolehkah aku bertanya? Kenapa kamu begitu cantik dan anggun? Aku merasa iri. Kamu bisa terbang ke sana ke mari, dari pohon satu ke pohon yang lain, bisakah aku seperti kamu?" 

"Kamu bisa seperti aku, tetapi ada syaratnya," jawab Pupu dengan semangat.

"Apa itu? Aku akan melakukan apa saja untuk bisa seperti kamu, aku janji ..., " jawab Ubu dengan antusias.

"Karena kamu sudah berjanji, aku akan beritahu rahasianya. Kamu hanya perlu berpuasa selama dua minggu, itu saja syaratnya."

"Oke ... aku mampu melakukannya."

Baru satu jam berpuasa, perut Ubu terasa lapar. Dia melihat kanan kiri, atas bawah, dan akhirnya dia tidak bisa menepati janji.

"Enak sekali Pupu bisa bebas makan buah apa saja semaunya dengan cepat," gerutu Ubu yang begitu lelah bila harus pindah dari satu pohon ke pohon lain.

Ternyata Ubu hanya memikirkan bagaimana bisa memakan buah-buahan dengan cepat.

Dua minggu sudah berlalu ....

"Ubu! Kenapa kamu belum berubah seperti aku, kamu menjalankan persyaratannya, kan?" tanya Pupu kepada Ubu yang pura-pura lemah.

"Iya, aku sudah berpuasa selama dua minggu seperti yang kamu bilang, kamu berbohong kepada aku, kan? Jawab! Mana mungkin ulat bulu seperti aku bisa terbang dan memiliki sayap yang begitu indah," cibir Ubu yang begitu emosi.

"Mengapa kamu malah menuduh aku? Apakah kamu tidak mengenali aku? Aku Uket," lirih Pupu dengan sedih dan langsung meninggalkan Ubu.

"Uket? Mana mungkin dia bisa berubah seperti Pupu, aku jadi lapar!"

Dia berpikir Pupu sudah pergi dengan bebas dan melahap kembali daun dan buah-buahan.

***

Pupu merasa bersalah telah memaki sahabatnya, lalu dia kembali untuk meminta maaf. Dia begitu terkejut melihat Ubu yang sedang asyik makan dengan lahapnya.

"Ubu! Kamu telah berbohong kepadaku. Apakah kau tidak tahu selama dua minggu ini tidak ada lagi pohon yang berbuah? Ternyata kamu penyebabnya!"

"Aku selalu berharap kamu bisa berubah Ubu, dari sebelum aku menjadi kupu-kupu, di otakmu hanya soal makan dan makan. Meski aku kesal dengan kamu, tetapi aku masih bersedia bersahabat dengan kamu! Ternyata harapanku sia-sia," isak tangis Pupu tidak bisa lagi terelakkan.

Dalam 14 hari pohon tidak lagi berbuah. Tak ada lagi makanan di hutan. Ubu menyesali perbuatannya, tetapi semua terlambat.

Sesuai namanya, tidak boleh ada yang berbohong di Negeri tersebut. Karena kebohongan Ubu, Negeri Kejujuran kini terkena akibatnya.

Tiba-tiba udara dingin menyelimuti. Semua berubah menjadi es. warga Negeri Kejujuran hanya bisa pasrah.

Negeri Kejujuran telah musnah. Kini di Kutub Utara tidak ada lagi negeri yang rindang,  yang ada tinggal negeri berselimut es. 

Sumber gambar: pinterest.com

#Keepsmile&Istiqamah

Jakarta, 101218

Senin, 08:35

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun