Mohon tunggu...
DKG Foundation
DKG Foundation Mohon Tunggu... Wiraswasta - penulis

Kumpulan Berita seputar museum museum dan barang barang seni

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fantastis! Museum Islam Indonesia Lamongan Punya Koleksi Senjata Tikam Mematikan dari Mughal India

31 Juli 2023   16:56 Diperbarui: 31 Juli 2023   16:58 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapak  Tabarzin dari campuran baja dan perak dengan hiasan ukiran kaligrafi Arab (DKG Foundation)

Potret pasukan garda terdepan Kerajaan Mughal era pemerintahan Shah Jahan 1628 - 1658

Sugeng Enjing Sobat Museum!

Bagaimana kabarnya hari ini? Pasti sehat-sehat dong! Amiin..  

Kali ini mimin ingin berbagi artikel mengenai  senjata tikam mematikan tentara Kerajaan Mughal India ketika berperang yang terpajang di Museum Islam Indonesia Lamongan.

Hmm..sudah siap membacanya??

Lets get to the list...!!!

Kerajaan Mughal merupakan kerajaan Islam paling berpengaruh di India karena daerah kekuasaannya sangat luas yakni di sebagian besar India, Pakistan, Nepal, dan Bangladesh di wilayah sekarang. Kerajaan ini berdiri dari abad ke-16 hingga abad ke-19. Sebelum berkembang Kerajaan Mughal terlebih dahulu berdiri Kesultanan Delhi yang juga bercorak kerajaan Islam. Sayangnya, kemasyhuran kerajaan ini tidak bombastis seperti halnya Kerajaan Mughal.

Kerajaan Mughal terkenal dengan ketangguhan tentaranya yang juga membuat kerajaan ini dapat berkuasa lebih dari 3 abad. Konon, terdapat empat cabang tentara pasukan Mughal yaitu kavaleri (aswwan), infanteri (paidgan), artileri (topkhana), dan Angkatan Laut. Diantara beberapa resimen tentara ini tentara kavaleri merupakan cabang paling unggul dan bergaji besar. Tentara kavaleri adalah tentara berkuda, tentara khusus untuk gajah perang, dan kavaleri unta. Khusus untuk pasukan kavaleri unta adalah orang-orang dari daerah gurun seperti Rajasthan dan Rajput. Mereka memakai baju besi yang terbuat dari baja kualitas terbaik atau kulit dengan senjata berupa pedang, panah, tombak, perisai, dan terkadang senjata api.

Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)
Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)

Ilustrasi pasukan kavaleri Kerajaan Mughal India ketika di medan perang

Pasukan selanjutnya adalah tentara infanteri yaitu tentara khusus pengawal raja tak berkuda dan tentara-tentara lain yang tidak memiliki  perlengkapan perang yang memadai karena tidak memakai baju besi. Mereka biasanya tidak digaji dengan layak dan cenderung tidak disiplin. Kelompok infanteri bertugas sebagai pembawa senjata, pendekar pedang, pelayan, dan pengrajin. Senjata yang digunakan biasanya berupa panah, pedang, tombak, kapak, tongkat, dan pisau.

Pasukan berikutnya merupakan pasukan artileri yang bertanggung jawab atas pengoperasian meriam yang terbuat dari perunggu. Jenis meriam yang digunakan yaitu meriam berat, artileri ringan, granat, dan rakitan. Meriam berat dalam pertempuran biasanya diseret oleh gajah, sementara artileri ringan ditarik oleh kuda.

Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)
Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)

Ilustrasi tentara divisi Angkatan Laut saat berperang di Sungai Gangga tahun 1565 M

Pasukan berikutnya yaitu Angkutan laut yang dinilai paling lemah dan termiskin dalam pendanaan. Armada kapal terdiri atas kapal pengangkut dan sedikit kapal perang. Tugas utama Angkatan Laut adalah mengendalikan pembajakan perompak dan sesekali ikut berperang.

Koleksi Senjata Tikam Mematikan Tentara Mughal di Museum Islam Indonesia Lamongan

Kemasyhuran Kerajaan Mughal India sebagai kerajaan Islam yang berpengaruh di dunia menjadikan pemilik Museum Islam Indonesia Lamongan ingin berbagi nilai edukasi dan pelestarian benda-benda bersejarah untuk khalayak umum. Oleh karena itu, museum kami memamerkan benda-benda peninggalan dari berbagai kerajaan Islam di dunia dan Nusantara, khusunya koleksi senjata perang khas tentara Mughal India.

1. Busur Panah dan Anak Panah dengan Hiasan Ukiran Kaligrafi Arab

Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)
Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)

Panah adalah media / alat berupa busur kayu yang berbentuk melengkung (setengah lingkaran) dan kedua ujung disambungkan oleh tali yang elastis sehingga panah bisa melemparkan anak panah ke sasaran yang dituju. Panah adalah alat yang dipercaya telah ditemukan 10.000 Sebelum Masehi. Pada saat itu, panah ditemukan dan digunakan untuk bertahan hidup serta berperang.

Senjata ini diperuntukkan untuk pasukan infanteri dan kavaleri Kerajaan Mughal yang terbuat dari baja dan perak. Diperkiran benda ini berasal dari abad ke-18 dan biasanya digunakan untuk pertempuran jarak jauh dan jarak dekat dengan lawan.

Sebelum ditemukannya senjata api, panah merupakan alat perang yang sangat berguna dan dijamin sangat mematikan. Untuk itu, dibutuhkan keterampilan dalam pembuatannya. Dalam panah terdapat busur yang terdiri dari bagian inti yang terbuat dari kayu, diperkuat dengan tanduk pada sisi yang menghadap ke pemanah dan lapisan luarnya terbuat dari tali urat.

Busur memiliki sifat refleks, yakni arah lengkungannya sebelum direnggangkan berlawan dengan arahnya setelah peregangan. Ketika diikat, busur itu secara langsung mendapat tekanan dari tali urat dan tanduk sehingga menambah tenaga cukup besar pada senjata itu.

2. Kapak

Kapak  Tabarzin dari campuran baja dan perak dengan hiasan ukiran kaligrafi Arab (DKG Foundation)
Kapak  Tabarzin dari campuran baja dan perak dengan hiasan ukiran kaligrafi Arab (DKG Foundation)

Kapak dari baja dengan panjang 1 meter (DKG Foundation)
Kapak dari baja dengan panjang 1 meter (DKG Foundation)

Kapak merupakan senjata yang biasa dipakai oleh pasukan infanteri ketika berperang. Rata-rata kapak terbuat dari baja dan terkadang dicampur dengan perak. Kedua koleksi kapak di atas diperkirakan berasal dari abad ke-17 dan ke-18. Kapak merupakan senjata untuk pertempuran jarak dekat dengan lawan.

Kapak yang dirancang untuk pertempuran biasanya juga berfungsi ganda sebagai alat lain seperti pemecah kayu. Kapak juga dapat dimodifikasi menjadi proyektil yang mematikan sebagai alternatif pengganti pedang karena harganya lebih murah.

Kapak perang umumnya memiliki berat yang jauh lebih ringan daripada kapak pembelah modern. Hal ini karena kapak ini dirancang untuk memotong kaki dan lengan daripada kayu; akibatnya, bilah pengiris yang agak sempit adalah sebuah keharusan. Tujuannya adalah untuk menghasilkan luka yang dalam dan menghancurkan. Selain itu, senjata yang lebih ringan jauh lebih cepat digunakan dalam pertempuran dan memanipulasi untuk serangan berulang terhadap musuh.

3. Tombak Allam Shamsir Katarkand

Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)
Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)

Tombak ini peninggalan Kerajaan Mughal pada abad ke- 18 hingga 19 Masehi. Tombak ini terbuat dari baja. Tombak merupakan alternatif pengganti pedang karena harganya relatif lebih murah dibanding pedang. Tombak  bisa dibuat dengan memasang kepala tombak yang terbuat dari besi pada sebuah tongkat dari batang pohon. Panjang sebuah tombak bervariasi. Paling pendek tak lebih dari dua meter dan yang paling panjang sekitar tujuh meter atau lebih. Tombak memiliki beberapa bagian utama yang terdiri dari batang (matn), kepala (sinan) dengan rongga (tsa'laba) untuk memasukkan tongkat, dan penutup dari logam (zujj) di ujung bawah batang.

Nah, menarik bukan ulasannya?

Jadi semakin penasaran dong untuk berkunjung ke Museum Islam Indonesia.

Tak hanya menyuguhkan hal-hal yang berkaitan dengan ukiran kayu khas Madura. Museum Islam Indonesia pun menyajikan benda-benda koleksi dari berbagai kerajaan Islam masyhur di dunia maupun Nusantara seperti Kesultanan Ottoman Turki, Kesultanan Mughal India, Dinasi Cina, Kerajaan Islam Demak, Mataram Islam, Samudera Pasai, Kesultanan Aceh, peninggalan Wali Songo, dan lain-lain.

Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)
Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)

Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)
Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)

Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)
Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)

Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)
Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)

Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)
Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)

Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)
Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)

Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)
Museum Islam Indonesia (DKG Foundation)

Nah, Museum Islam Indonesia juga dilengkapi dengan teknologi terbaru berupa Augmented Reality (AR) yang bisa memungkinkan pengunjung untuk berfoto dan bervideo dengan mengunduh aplikasi playstore dengan nama Indonesian Islamic Art Museum AR. Teknologi Augmented Reality (AR) dalam dunia permuseuman merupakan terobosan yang brilian untuk memodernisasi tampilan museum agar lebih kekinian. Aplikasi ini berfungsi seperti layaknya kamera yang apabila diarahkan ke obyek gambar dalam museum akan muncul karakter 3 Dimensi.

Lokasi:

Museum Islam Indonesia Lamongan yang berlokasi di Jl. Raya Daendless Paciran, Lamongan. Museum ini terdapat di satu area dengan Wisata Bahari Lamongan (WBL) dan Maharani Zoo Lamongan (Mazoola).

Tarif Masuk:

Rp. 15.000  (Weekday - Senin- Kamis)

Rp. 20.000  (Weekend - Jumat - Minggu)


Jam Buka Museum:

Pukul 08.00 - 17.00 WIB.

Jangan tunda lagi!

AYO KE MUSEUM!

Information & Reservation Center

W.A C.s.0857.4840.5800

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun