Mohon tunggu...
DKG Foundation
DKG Foundation Mohon Tunggu... Wiraswasta - penulis

Kumpulan Berita seputar museum museum dan barang barang seni

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inilah 3 Senjata Mematikan Khas Tentara Kesultanan Ottoman Turki di Museum Islam Indonesia Lamongan

1 Juli 2023   19:14 Diperbarui: 1 Juli 2023   19:24 1513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sugeng Enjing Sobat Museum!

Bagaimana kabarnya hari ini? Pasti sehat-sehat dong! Amiin..  

Kali ini mimin ingin berbagi artikel mengenai 3 senjata tikam mematikan tentara Ottoman Turki ketika berperang yang terpajang di Museum Islam Indonesia Lamongan.

Hmm..sudah siap membacanya??

Lets get to the list...!!!

Pasukan Janissary merupakan pasukan elite Kekaisaran Ottoman yang dibentuk sebagai pasukan dalam tugas pengawalan atau infanteri. Pembentukan pasukan Janissary dalam sejarahnya diperkirakan terjadi pada masa kepemimpinan sultan Orhan (1323-1362 M) dan wazir Alaeddin yang membuat pondasi dari berdirinya pasukan Janissary. Kemudian pembentukan dan penyempurnaan dari Janissary dilakukan pada kepemimpinam sultan Murad I (1362-1389 M).

Museum Islam Indonesia Lamongan
Museum Islam Indonesia Lamongan

Museum Islam Indonesia Lamongan
Museum Islam Indonesia Lamongan

Nah, pada awalnya pasukan Janissary ini hanya dipersenjatai dengan busur, anak panah, dan pedang. Akan tetapi, pada masa Sultan Mehmed II, mereka telah dibor dengan senjata api dan menjadi mungkin pasukan infanteri pertama yang dilengkapi dengan senjata api di dunia. Janissary dianggap sebagai tentara modern pertama yang berdiri.

Dari segi perlengkapan dan persenjataan, seorang Janissary dilengkapi dengan beberapa senjata tajam dan senjata api. Umumnya Janissary dipersenjatai dengan pedang pendek yang disebut dengan Yataan dan Pesh Kabz, senjata yang juga menjadi simbol Janissary. Selain itu, Janissary dilengkapi dengan kapak, tombak, belati, tongkat, dan pedang Kilij dengan bilah yang melengkung.

Untuk senjata jarak jauh, Janissary dilengkapi dengan busur dan anak panah. Senapan juga menjadi senjata Janissary yang paling penting. Beberapa Janissary juga banyak menggunakan meriam tangan.

Nah, salah satu senjata andalan pasukan Janissary ini ada koleksinya di Museum Islam Indonesia Lamongan yaitu Pedang Kilij. Selain pedang, ada pula koleksi-koleksi senjata tikam mematikan lain dari tentara Ottoman yang terpajang di museum. Untuk selengkapnya simak ulasannya berikut ini:

1. Jambya Morocco Dagger (Jambia)

Museum Islam Indonesia Lamongan
Museum Islam Indonesia Lamongan

Koleksi senjata tikam diatas merupakan senjata tikam jarak dekat yang bernama Jambya atau Jambiya. Senjata ini konon berasal dari abad ke-18 Masehi dan terbuat dari baja, perak, dan kulit. Dengan bentuknya yang pendek, melengkung, dan bilahnya bermata ganda, senjata ini pada dasarnya dibuat untuk tujuan dekoratif tetapi tidak menutup kemungkinan belati ini bisa digunakan sebagai senjata yang efisien dalam pertempuran.

Jambiya umumnya digunakan untuk menggambarkan pisau jenis tertentu dengan pisau melengkung pendek yang dipakai di ikat pinggang. Meskipun jambiya istilah juga digunakan di negara-negara Arab lainnya, maka sebagian besar berhubungan dengan orang-orang Yaman. Biasanya pria di atas usia 14 memakainya sebagai senjata adat untuk pakaian mereka dan sudah biasa mereka pakai di setiap acara-acara penting.

Jambiya secara tradisional umumnya dikenakan oleh kaum pria dengan cara dikaitkan dengan ikat pinggang. Selain berfungsi sebagai senjata, Jambiya juga menjadi aksesoris utama pakaian tradisional kaum pria di Arab.

Pada zaman dahulu Jambiya benar-benar digunakan sebagai alat proteksi. Orang-orang sudah bersiap melindungi rumah dari pencuri dan juga membela keluarga mereka. Jambiya hingga kini masih dinilai begitu beharga. Bahkan benda tersebut menjadi simbol kebanggaan nasional serta dikenakan para pria untuk menghormati masa lalu suku. Untuk itulah, Jambiya pada akhirnya disebut sebagai lambang identitas kesukuan di beberapa bagian Arab Saudi, Oman, dan Yaman. Harga sebuah Jambiya pun tak main-main, ada yang bisa mencapai puluhan ribu dolar.

2. Pisau Khas Arab dengan Ukiran Singa (Pesh Kabz)

Museum Islam Indonesia Lamongan
Museum Islam Indonesia Lamongan

Pesh Kabz adalah belati dari Persia dengan mata pisau tunggal yang meruncing dan tidak memiliki batang silang. Nah, biasanya gagang Pesh Kabz terbuat dari gading gajah atau batu semi mulia. Ujung meruncing dalam belati ini memang sengaja dirancang agar bisa menembus baju zirah jenis rantai dan juga jenis lainnya yang biasanya dipakai oleh pasukan kavaleri (berkuda) dan pasukan infanteri. Pesh-kabz mempertahankan kegunaannya sebagai pisau pertempuran jarak dekat. Pisau belati Iran atau Pesh Kabz ini terbuat dari campuran baja dan perak yang konon berasal dari abad ke-13 Masehi.

Pesh-kabz atau yang disebut juga fore grip adalah jenis pisau yang berasal dari Persia yang dipopulerkan ke Asia, Afghanistan, Pakistan dan India Utara.

Pesh-kabz masih digunakan sampai sekarang sebagai senjata pribadi serta lencana upacara kedewasaan bagi etnis Pashtun dan suku pegunungan Afghanistan lainnya.

3. Pedang

A. Pedang Damaskus

Museum Islam Indonesia Lamongan
Museum Islam Indonesia Lamongan

Pedang Damaskus adalah pedang yang amat populer baik di kalangan kaum muslim maupun non muslim. Pedang ini diproduksi dari tahun 1100 hingga tahun 1750. Pedang Damaskus merupakan pedang yg paling tajam di dunia, lebih tajam daripada katana Jepang maupun keris Indonesia.

Pedang ini dengan mudah menembus baju zirah pasukan Crusader, bahkan mampu membelah tameng. Ciri Khas Pedang Damaskus adalah Pattern/Pola Tanda Air Di Permukaannya mirip dengan Keris Indonesia/Pedang Jepang. Pedang Damaskus itu sendiri dikenal sebagai pedang yang digunakan oleh Salahuddin al Ayyubi, seorang sultan Mesir-Syria sekaligus panglima perang yang dapat merebut kembali Yerusalem dari tangan bangsa nasrani melalui perang Hattin.

B. Pedang Kilij

Museum Islam Indonesia Lamongan
Museum Islam Indonesia Lamongan

Pedang yang dinamakan Kilij ini pertama kali diciptakan di Turki pada tahun 400 masehi. Pada awal pembuatanya, Kilij mengalami beberapa kali perombakan modelnya. Bahkan di era Ottoman, Kilij tetap digunakan oleh para tentara sampai prajurit tingkat atas.

Pada umumnya Kilij digunakan oleh penunggang kuda untuk membunuh musuh. Menurut informasi, Kilij dapat digunakan untuk membelah tubuh lawan dengan mudah. Pedang Kilij tetap digunakan sebagai standar senjata dari para prajurit tingkat biasa hingga atas.

Nah, menarik bukan ulasannya?

Jadi semakin penasaran dong untuk berkunjung ke Museum Islam Indonesia.

Tak hanya menyuguhkan hal-hal yang berkaitan dengan ukiran kayu khas Madura. Museum Islam Indonesia pun menyajikan benda-benda koleksi dari berbagai kerajaan Islam masyhur di dunia maupun Nusantara seperti Kesultanan Ottoman Turki, Kesultanan Mughal India, Dinasi Cina, Kerajaan Islam Demak, Mataram Islam, Samudera Pasai, Kesultanan Aceh, peninggalan Wali Songo, dan lain-lain.

Museum Islam Indonesia Lamongan
Museum Islam Indonesia Lamongan

Museum Islam Indonesia Lamongan
Museum Islam Indonesia Lamongan

Museum Islam Indonesia Lamongan
Museum Islam Indonesia Lamongan

Museum Islam Indonesia Lamongan
Museum Islam Indonesia Lamongan

Museum Islam Indonesia Lamongan
Museum Islam Indonesia Lamongan

Nah, Museum Islam Indonesia juga dilengkapi dengan teknologi terbaru berupa Augmented Reality (AR) yang bisa memungkinkan pengunjung untuk berfoto dan bervideo dengan mengunduh aplikasi playstore dengan nama Indonesian Islamic Art Museum AR. Teknologi Augmented Reality (AR) dalam dunia permuseuman merupakan terobosan yang brilian untuk memodernisasi tampilan museum agar lebih kekinian. Aplikasi ini berfungsi seperti layaknya kamera yang apabila diarahkan ke obyek gambar dalam museum akan muncul karakter 3 Dimensi.

Lokasi:

Museum Islam Indonesia Lamongan yang berlokasi di Jl. Raya Daendless Paciran, Lamongan. Museum ini terdapat di satu area dengan Wisata Bahari Lamongan (WBL) dan Maharani Zoo Lamongan (Mazoola).

Tarif Masuk:

     Rp. 15.000  (Weekday - Senin- Kamis)

     Rp. 20.000  (Weekend - Jumat - Minggu)

Jam Buka Museum:

Pukul 08.00 - 17.00 WIB.

Jangan tunda lagi!

AYO KE MUSEUM!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun