Sudah lama saya tidak ke Museum Sejarah Jakarta. Museum ini juga dikenal dengan nama Museum Fatahillah karena terletak di Jalan Fatahillah. Cukup mudah mencapai museum ini karena berlokasi di kawasan kota tua Jakarta.
Pagi hari saya diundang pembukaan pameran di Museum Bank Indonesia. Selepas makan siang saya menyempatkan diri ke sana. Ternyata meskipun hari biasa, jumlah pengunjung cukup ramai. Padahal pada hari biasa karcis masuk Rp 10.000/dewasa, Rp 5.000/mahasiswa, pelajar, anak-anak, dan Rp 50.000 untuk wisatawan asing. Pada Sabtu dan Minggu tiket dewasa menjadi Rp 15.000, yang lain tetap.
Banyak pelajar di hari itu, juga wisatawan mancanegara. Tadinya wisatawan mancanegara hendak membayar dengan kartu, sayang museum belum memiliki fasilitas. Terpaksa seorang wisatawan merogoh-rogoh tasnya. Untung ia menemukan beberapa lembaran 50.000-an untuk membayar tiket. Saya lihat rombongannya berjumlah lima orang.
Pameran furnitur
Saya sendiri sudah sering ke museum itu. Jadi yah cuma mengobrol dengan beberapa kenalan lama. Selain itu saya menyempatkan berkunjung ke pameran Furnitur Bertutur, tidak jauh dari loket penjualan karcis.
Sebenarnya furnitur di Museum Sejarah Jakarta cukup banyak. Â Bahkan berukuran besar. Ditambah berbahan kayu jati tua, jadinya berat. Koleksi furnitur ada di lantai dua. Setahu saya, koleksi furnitur yang berupa meja, kursi, lemari, dll dulunya milik Museum Nasional. Adanya di Gedung A bagian kanan depan. Â Waktu itu koleksi kolonial di Museum Nasional cukup banyak.
Koleksi Raden Saleh
Kursi Raden Saleh, begitu salah satu materi pameran. Raden Saleh adalah pelukis terkenal Indonesia. Kursi Raden Saleh dibuat sekitar 1862. Menurut Berita Acara dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW), kursi itu merupakan hadiah berdasarkan surat tertanggal 17 Februari 1909 dari Mr. Ch. J.E. Meyll.
Terlihat pula kursi sudut, meja kerja, dan ranjang. Karena ruang pameran temporer kecil, maka yang dipamerkan berupa barang-barang kecil. Museum van Het BGKW (cikal bakal Museum Nasional) mulai mengumpulkan furnitur pada akhir abad ke-19 untuk melestarikan dan menampilkan gambaran romantisme tentang "masa kejayaan" VOC.