Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Kursi Raden Saleh dan Lukisan Mural Tidak Selesai di Museum Sejarah Jakarta

12 Desember 2024   11:10 Diperbarui: 12 Desember 2024   11:10 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kursi yang pernah digunakan oleh Raden Saleh/kiri (Dokpri)

Sudah lama saya tidak ke Museum Sejarah Jakarta. Museum ini juga dikenal dengan nama Museum Fatahillah karena terletak di Jalan Fatahillah. Cukup mudah mencapai museum ini karena berlokasi di kawasan kota tua Jakarta.

Pagi hari saya diundang pembukaan pameran di Museum Bank Indonesia. Selepas makan siang saya menyempatkan diri ke sana. Ternyata meskipun hari biasa, jumlah pengunjung cukup ramai. Padahal pada hari biasa karcis masuk Rp 10.000/dewasa, Rp 5.000/mahasiswa, pelajar, anak-anak, dan Rp 50.000 untuk wisatawan asing. Pada Sabtu dan Minggu tiket dewasa menjadi Rp 15.000, yang lain tetap.

Banyak pelajar di hari itu, juga wisatawan mancanegara. Tadinya wisatawan mancanegara hendak membayar dengan kartu, sayang museum belum memiliki fasilitas. Terpaksa seorang wisatawan merogoh-rogoh tasnya. Untung ia menemukan beberapa lembaran 50.000-an untuk membayar tiket. Saya lihat rombongannya berjumlah lima orang.

Beberapa kursi yang pernah dipakai pembesar di Batavia (Dokpri) 
Beberapa kursi yang pernah dipakai pembesar di Batavia (Dokpri) 

Pameran furnitur

Saya sendiri sudah sering ke museum itu. Jadi yah cuma mengobrol dengan beberapa kenalan lama. Selain itu saya menyempatkan berkunjung ke pameran Furnitur Bertutur, tidak jauh dari loket penjualan karcis.

Sebenarnya furnitur di Museum Sejarah Jakarta cukup banyak.  Bahkan berukuran besar. Ditambah berbahan kayu jati tua, jadinya berat. Koleksi furnitur ada di lantai dua. Setahu saya, koleksi furnitur yang berupa meja, kursi, lemari, dll dulunya milik Museum Nasional. Adanya di Gedung A bagian kanan depan.  Waktu itu koleksi kolonial di Museum Nasional cukup banyak.

Kursi yang pernah digunakan oleh Raden Saleh/kiri (Dokpri)
Kursi yang pernah digunakan oleh Raden Saleh/kiri (Dokpri)

Koleksi Raden Saleh

Kursi Raden Saleh, begitu salah satu materi pameran. Raden Saleh adalah pelukis terkenal Indonesia. Kursi Raden Saleh dibuat sekitar 1862. Menurut Berita Acara dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW), kursi itu merupakan hadiah berdasarkan surat tertanggal 17 Februari 1909 dari Mr. Ch. J.E. Meyll.

Terlihat pula kursi sudut, meja kerja, dan ranjang. Karena ruang pameran temporer kecil, maka yang dipamerkan berupa barang-barang kecil. Museum van Het BGKW (cikal bakal Museum Nasional) mulai mengumpulkan furnitur pada akhir abad ke-19 untuk melestarikan dan menampilkan gambaran romantisme tentang "masa kejayaan" VOC.

Lukisan mural yang tidak selesai di dinding Museum Sejarah Jakarta (Dokpri) 
Lukisan mural yang tidak selesai di dinding Museum Sejarah Jakarta (Dokpri) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun